-01-

43 4 1
                                    

-Happy Reading-
[Song For Today]
●Kala Cinta Menggoda - Chrisye●

"Iya bunda ku sayannnnggg..." Ceyna memeluk bundanya dari belakang.
 
"Kamu di sekolah baru harus jadi temen yang baik Cey. Jangan nakal sama temen, nurut sama guru. Okey?" Tanya bunda--Erin sambil mencubit kedua pipi Ceyna.
 
"Okey bunda!" Jawab Ceyna sambil hormat kepada Erin.
 
Erin terkekeh lalu mencium kening Ceyna. Terkadang ia merasa bersalah dengan anaknya ini. Ia terlalu sibuk mengurusi kedua anak laki-lakinya, sampai-sampai ia lupa jika Ceyna ada disampingnya.
 
"Maafin bunda ya Cey. Bunda---"
 
Ceyna menutup mulut bunda dengan jari telunjuknya. Ia menggeleng sambil tersenyum.
 
"Bunda jangan minta maaf. Bunda gak salah, buktinya bunda masih ada disini jaga Ceyna. Bunda itu bunda yang hebat!" Ucap Ceyna. Bohong jika ia tidak sedih dulu. Rasanya sakit melihat bunda dapat mengurus kedua abangnya. Sedangkan Ceyna? Ia diurus oleh pembantu rumah tangga mereka.
 
"Yaudah. Kita sarapan yuk," ajak Erin sambil menarik putrinya agar duduk dimeja makan.
 
Erin mengambil roti tawar lalu mengolesinya dengan selai cokelat.
 
"Ini. Roti dengan selai cokelat, pasti kamu suka banget sama ini. Yakan?"
 
Erin memberi roti itu kepada Ceyna. Dan Ceyna lantas memintanya dan tersenyum.
 
"Makasih bunda." Ucap Ceyna tulus.
 
"Sama-sama sayang. Bunda panggil abang kamu dulu ya," Erin mengecup singkat kening Ceyna dan naik ke lantai dua.
 
Setelah melihat Erin pergi, senyum Ceyna luntur. Ia menatap roti ditangannya dengan senyum kecut.
 
"Ceyna gak suka roti cokelat bunda. Dan Ceyna alergi cokelat. Ceyna sukanya roti keju bunda. Bunda kenapa gak kenal sama Ceyna?"
 
Ia berjalan ke dapur dan membuang roti cokelat tersebut dengan hati yang sakit. Saat kembali, Ceyna mendapati Nathan--abang pertamanya sedang duduk sambil memakan roti tawar tanpa selai apapun.
 
"Abang masuk pagi?" Tanya Ceyna sambil meminum susu vanila.
 
"Lo liat sendiri kan?" Balas Nathan yang juga bertanya.
 
Ceyna hanya dapat tersenyum kaku sambil mengangguk. Niatnya untuk perhatian terhadap Nathan mungkin cara yang salah.
 
"Kamu itu seharusnya lebih disiplin Nathen. Kamu udah kelas 12, udah mau lulus SMA loh."
 
Erin membantu Nathen memakai tasnya sambil menuruni tangga. Nathen memang manja kepada Erin.
 
"Iya bunda." Jawab Nathen sambil duduk disamping Nathan.
 
Ceyna terus memandangi kedua laki-laki itu. Ia ingin mendengar sapaan dari mereka, tapi sepertinya itu tidak akan terjadi.
 
"Nathen. Kamu sekalian bareng Ceyna ya? Diakan anak baru disana." Ucap Erin sambil tersenyum kepada putra keduanya itu.
 
"Enggak mau bunda. Dia bisa naik taksi atau bis kan? Dia juga punya duit." Tolak Nathen dengan wajah cemberut.
 
"Yaudah, Nat--"
 
"Nathan berangkat ya bunda. Nathan sibuk, hari ini Nathan masuk pagi." Nathan mencium tangan Erin lalu berlari keluar rumah dan segera pergi ke kampus dengan menaiki mobil.
 
"Nathen berangkat ya bund,"
 
Nathen mencium tangan Erin, saat ingin pergi Erin segera menahan tanganya.
 
"Bunda mohon anter Ceyna ya," Erin memohon sambil menatap anaknya penuh harap.
 
Nathen menghela nafas berat lalu mengangguk.
 
"Makasih sayang. Ayok Cey pake tas kamu," suruh Erin kepada Ceyna.
 
Ceyna segera menggendong tas hitamnya lalu mencium tangan Erin, "Ceyna berangkat ya,"
 
Ceyna segera berlari keluar, takut jika Nathen meninggalkannya. Untunglah, Nathen sudah berada di atas motor sambil menunggu Ceyna.
 
"Buruan." Ucap Nathen datar.
 
Ceyna seger naik ke atas motor Nathen dan memeluk abangnya itu. Nathen segera menepis tangan itu.
 
"Gak usah meluk!" Ketus Nathen.
 
Ceyna mendengus kesal, "Abang mau Cey jatoh? Abang mau dimarahin bunda?" Tanya Ceyna yang kembali memeluk Nathen.
 
"Serah,"
 
Nathen segera menancap gas motornya dengan kecepatan tinggi.
 
"Abang pelan-pelan!" Ucap Ceyna sambil cemberut.
 
Nathen segera menurunkan kecepatan motornya dan menatap Ceyna dari kaca spion.
 
"Lucu," gumam Nathen yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.
 
Ia tersenyum kecil melihat adiknya yang sekarang sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik. Tapi, ia kecewa pada dirinya karena belum bisa menjadi abang yang baik.
 
Gerbang sekolah ada beberapa meter di depan mereka tapi Nathen sudah berhenti.
 
"Kenapa berhenti bang? Mogok?" Tanya Ceyna sambil turun dari motor Nathen.
 
Nathen menggeleng, "Jalan sampe gerbang."
 
Setelah mengucapkan itu, Nathen pergi meninggalkan Ceyna yang terdiam.
 
"Gak apa-apa. Gue bisa jalan kok, gerbangnya juga udah deket. Semangat Cey!" Ceyna terus menyemangati dirinya selama berjalan menuju gerbang.
 
Ia menatap kagum sekolah barunya. Sekolah barunya ini bagus, muridnya pun banyak.
 
Ceyna mulai berjalan memasuki area sekolah tanpa tersenyum. Ia gugup, semua orang memandanginya.
 
"Ceyna!"
 
Ceyna menengok ke belakang dan mendapati seorang lelaki yang lumayan tampan berlari ke arahnya.
 
"Siapa ya?" tanya Ceyna.
 
Laki-laki itu tersenyum, lalu ia mengulurkan tangannya.
 
"Halo Cey. Kenalin, aku Maitreya."
 
Ceyna membalas uluran tangan Maitreya. Laki-laki di depannya ini tampan dan manis. Ia menyukainya.
 
"Tau nama gue darimana?" Tanya Ceyna.
 
"Denger di kantor guru. Katanya bakal ada murid baru namanya Ceyna," jawab  Maitreya sambil melepas jabatan tangan mereka.
 
"Lo nguping ya?"
 
Maitreya tertawa, "Enggak juga sih Cey. Waktu itu aku ada urusan dan gak sengaja denger." Jelas Maitreya.
 
Ceyna mengangguk.
 
Tiba-tiba Maitreya menarik tangan Ceyna, "Ayok Cey! Kamu satu kelas sama aku."
 
Ceyna hanya pasrah sambil terus berjalan di belakang Maitreya. Laki-laki ini cukup tinggi. Ceyna agak sulit menyamakan langkah mereka.
 
"Permisi bu," ucap Maitreya sambil masuk ke dalam kelas.
 
"Wah kamu bareng anak baru ya? Baguslah, kita jadi bisa langsung belajar." Ucap Bu Dina sambil tersenyum.
 
Maitreya segera duduk dibangkunya. Ceyna berdiri di depan kelas dengan gugup. Ia meremas roknya saat jantungnya berdetak kencang.
 
"Ayok, kenalkan diri kamu." Suruh Bu Dina.
 
Ceyna menarik nafas pelan lalu membuangnya, "Hai semua. Gue Ceyna, Ceyna Crystallia Exena."
 
Semua murid mulai berbisik-bisik. Ceyna diam menatap mereka satu persatu. Hanya ada satu murid yang menatapnya dengan senyum manis yang tak luntur sedari tadi.
 
"Baik Ceyna, kamu duduk disebelah Maitreya. Laki-laki yang ngantar kamu tadi,"
 
Ceyna mengangguk kepada Bu Dina lalu berjalan ke arah Maitreya. Tapi saat ia hendak duduk, Maitreya menahannya.
 
"Bentar Cey!" Tahan Maitreya dengan wajah panik.
 
"Kenapa?" Tanya Ceyna yang agak terkejut.
 
Maitreya tak menjawab. Ia malah mengusap-usap kursi disampingnya sambil meniupnya.
 
"Udah bersih. Kamu bisa duduk sekarang," ucap Maitreya sambil tersenyum.
 
Ceyna tersenyum. Selain senyumannya yang manis, Maitreya juga memiliki sifat yang tak kalah manis. Ini kali pertama Ceyna dilakukan seperti seorang putri.
 
Ceyna mulai mengambil buku didalam tasnya. Tak lupa ia mengambil pulpen dengan tinta hitam.
 
"Aku seneng kamu duduk disini." Bisik Maitreya yang membuat bulu kuduk Ceyna merinding.
 
"Biasanya, gak ada yang mau duduk disini." Bisiknya lagi.
 

MaitreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang