Happy Reading
[Song For Today]
●Easy On Me - Adele●Erin sudah berkali-kali membujuk Ceyna dari balik pintu, tapi tetap saja Ceyna tak ingin keluar kamar. Perempuan itu sedang dalam mode ngambek kepada seluruh anggota keluarganya.
“Setidaknya makan dulu Cey,” Ucap Erin.
“Gak laper.” Balas Ceyna sambil membaca novel di atas ranjang empuknya.
Erin pun hanya bisa berpasrah dan pergi dari kamar putrinya. Ceyna menghela nafas berat dan menatap kosong langit-langit kamarnya. Bosan, tapi ia terlalu malas untuk keluar kamar.
Ting
Ceyna segera mengecek ponselnya dan mendapati nomor tak dikenal mengirimnya pesan.
08XXXXXXXXXX
• ini Cecey kan?
• selamat malamm
• ada orang ga yaaaa?
Ceyna yakin itu Maitreya. Siapa lagi yang memanggilnya Cecey selain Maitreya? Awalnya ia agak ragu untuk membalas pesan itu. Tapi karena tidak enak, ia pun membalasnya.
• hm
• Maitreya ya?
Maitreya
• yey dibalessss
• haii Ceyyyyy
• aku dapet nomor kamu dari grup kelas loooooh
• hebat kan:D
• ya
Diluar dugaannya, Maitreya malah langsung menelponnya. Dengan pasrah Ceyna mengaangkat telepon tersebut.
“Apa?” Ucapnya cuek.
“Aku kangen ih,”
“Stress.”
Ceyna dapat mendengar suara tawa disana. Laki-laki itu sedang tertawa, padahal tidak ada hal yang perlu ditertawakan.
“Kamu udah makan Cey?”
“Belum. Kenapa? Mau kasih makan?” Tanya Ceyna dengan niat bercanda.
“Kok belum sih? Yaudah ayok! Kita cari makan buat kamu? Apa aku jemput aja ya? Ayok siap-siap, aku jemput sekarang.”
“Jangan! Gak usah! Ngapain kali,”
Cukup panik mendengar respon Maitreya. Mengenal laki-laki itu dalam dua hari membuat Ceyna tau sifat Maitreya. Ia pasti akan benar-benar menjemputnya jika tidak dilarang oleh dirinya.
“Tapi makan itu gak boleh dilewatin loh. Gini deh, kamu tau kan belokan ke arah rumah kamu? Aku samperin kesana aja ya? Kamu jalan kesitu. Kita cari makan buat kamu. Biar gak laper kamunya. Dadah!”
Panggilan tersebut sudah terputus. Jadi apa yang harus ia lakukan saat ini? Apa ia harus mengikuti perkataan Maitreya?
Karena sekarang Ceyna sedang lapar, ia pun bersiap untuk menemui Maitreya. Ia mengambil jaket hitam miliknya tak lupa dengan dompet dan ponsel. Setelah itu Ceyna keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
“Loh? Cey ayok makan. Kamu mau kemana sayang?” Tanya Erin yang sedari tadi berharap Ceyna turun.
“Mau ketemu temen. Cey gak lama,”
Ceyna meninggalkan Erin begitu saja. Sebenarnya ia tak tega begitu, tapi mengingat kejadian tadi siang ia menjadi lebih berani.
Udara malam yang dingin membuat Ceyna memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang ia pakai saat ini. Dari kejauhan ia sudah melihat Maitreya sedang duduk di atas sepedanya. Laki-laki itu cukup cepat ternyata.
“Malam Cey. Ayok naik,” Katanya sambil menoleh ke belakang sekilas.
Ceyna duduk dijok belakang dan langsung memeluk Maitreya, agar laki-laki itu tak perlu berbicara lagi. Maitreya mengayuh sepedanya dengan santai agar Ceyna tidak jatuh dari sepeda.
“Kamu mau makan apa Cey?”
“Gak tau. Kan lo yang ajak,”
Benar juga kata Ceyna. Maitreya berpikir sebentar. Ia sebenarnya bingung ingin mengajak Ceyna makan dimana. Ingin mengajak ke restoran, tapi duitnya tak cukup. Mau ajak makan dipinggir jalan, takut Ceyna tak suka.
“Eumm... kamu pernah makan pecel ayam gak Cey?” Tanya Maitreya ragu.
“Pernah kok. Kenapa? Lo mau ajak gue makan pecel ayam?”
Maitreya mengangguk pelan.
“Iya. Tapi aku takut kamu gak mau,” Ujarnya sambil cemberut.
Ceyna tertawa mendengar perkataan Maitreya barusan. Dipukulnya pelan punggung Maitreya sambil tertawa.
“Emang lo pikir gue orang kaya banget yang gak mau makan dipinggir jalan? Enggak lah! Gue mah makan dimana aja, yang penting enak ama sehat.” Ucap Ceyna yang mendapat kekehan dari Maitreya.
Laki-laki itu sedikit mempercepat jalan sepedanya. Khawatir jika Ceyna sudah sangat lapar.
“Bagus deh kalo gitu. Kalau kamu gak mau makan dipinggir jalan, aku jadi gak bisa ajak kamu makan deh. Soalnya uang aku dikit, gak cukup buat beli makanan mahal.” Ucap Maitreya yang membuat Ceyna seketika terdiam.
Setelah beberapa menit di atas sepeda, akhirnya mereka berdua sampai diwarung pecel ayam yang cukup ramai. Maitreya membawa Ceyna masuk dan langsung memesan dua porsi pecel ayam tersebut.
“Duduk disini Cey,” Maitreya menunjuk sampingnya yang saat ini kosong tanpa ada yang menduduki.
“Lo gak pake jaket?” Tanya Ceyna yang baru sadar jika Maitreya hanya memakai kaos putih dan celana panjang.
Maitreya menggeleng polos sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Aku lupa. Soalnya aku terlalu semangat mau jemput kamu,”
Satu hal yang dapat Ceyna lihat dari mata Maitreya. Ketulusan. Laki-laki itu selalu memandang dirinya dengan tatapan seperti itu setiap berbicara. Baru kali ini ia bertemu dengan laki-laki seperti Maitreya.
“Cey. Kenapa bengong?”
Ceyna segera menggelengkan kepalanya agar sadar dari lamunannya.
“Enggak kok. Eh ini masih lama ya? Gue udah laper nih,” Ucapnya untuk mengalihkan topik pembicaraan.
Maitreya segera melihat situkang jualan lalu kembali menatap Ceyna. “Bentar lagi Cey. Sabar ya,” Katanya sambil mengusap rambut Ceyna.
‘Jangan baper Cey! JANGAN!’ Batin Ceyna sambil meremas ujung celananya yang hanya sebatas lutut.
“I-iya. Gak usah megang-megang lah!”
Ceyna segera menepis tangan Maitreya dan merapihkan rambutnya. Dirinya sedang salah tingkah saat ini. Usapan tadi sangat lembut dikepalanya. Maitreya ini tak bisa dibiarkan kalau dalam mode tadi. Bikin jantung tidak aman.
“Nah.. ini buat kamu,” Ucap Maitreya sambil menaruh piring berisi nasi dan ayam yang sudah digoreng ke arah Ceyna.
“Makasih.”
Mereka berdua mulai makan dengan nikmat. Sudah lama Ceyna tidak makan dipinggir jalan seperti ini. Sedangkan Maitreya? Makan dipinggir jalan sudah menjadi setengah kegiatan dalam hidupnya. Biasalah, untuk menghemat duit katanya.
“Besok aku jemput mau ga?” Tanya Maitreya sambil menyeruput teh manis hangat pesanan mereka.
“Boleh. Tapi apa lo gak capek jemput gue? Rumah lo emang deket atau gimana sih?”
Ceyna sedikit heran dengan Maitreya. Laki-laki itu bisa dengan cepat menghampirinya, padahal ia menggunakan sepeda kemana-mana.
“Rumah kita lumayan deket kok. Tapi kalau kamu jalan, baru jauh.” Jawab Maitreya yang mendapat anggukan pelan dari Ceyna.
Maitreya mengambil satu bulir nasi pada bibir Ceyna. Kemudian ia memakan bulir nasi tersebut.
“Besok jam enam aku jemput ditempat tadi. Jangan tekat ya,”
Senyum Maitreya seakan menghipnotis Ceyna. Perempuan itu terdiam sambil menatap Maitreya. Aneh, jantungnya benar-benar tak aman saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maitreya
Teen FictionSemenjak pindah ke sekolah baru, Ceyna sering diikuti oleh Maitreya. Laki-laki dengan wajah tampan dan juga badan yang tinggi. Risih? Tidak usah ditanya lagi. Dari awal bertemu, Maitreya sudah berkata jika ia menyukai dirinya. Maitreya.. Maitreya...