-06-

10 3 2
                                    

Happy Reading
[Song For Today]
●Takut - Idgitaf●

Seperti ucapan Maitreya kemarin, saat ini Ceyna sedang menunggu laki-laki itu menjemputnya. Perempuan bermata sipit itu mengenakan kaos putih ditutupi kardigan hitam dan juga celana jeans yang panjangnya mencapai mata kaki.
 
Ceyna sudah mulai melihat Maitreya dari kejauhan, tentu dengan sepeda ontelnya. Dari jauh saja Ceyna tau jika Maitreya sedang tersenyum kepadanya.
 
“Maaf aku telat Cey. Aku tadi ada urusan.” Ucap Maitreya saat sudah sampai.
 
“Iya gak apa-apa. Tapi kita beneran naik sepeda?” Tanya Ceyna kala melihat kening Maitreya berkeringat.
 
“Eum.. kamu malu ya Cey?”
 
“Enggak kok! Gue Cuma ga enak sama lo. Pasti capek bonceng gue. Mending kita jalan, gimana?”
 
Maitreya lantas menggeleng dan tersenyum. Laki-laki itu mengusap kasar keningnya, lalu beralih menatap Ceyna.
 
“Aku keringetan karena malam ini panas banget Cey, bukan karena aku capek.”
 
Panas apanya? Tanya Ceyna membatin. Perempuan itu saja tau jelas jika udara malam sangat dingin saat ini. Maitreya yang melihat Ceyna hanya diampun menggoyangkan lengan perempuan itu.
 
“Ayo naik!” Ajaknya sambil menoleh ke belakang.
 
Ceynapun pasrah. Didudukinya sepeda itu, lalu dipeluknya Maitreya. Sudah terbiasa.
 
“Kita berangkat!”
 
Entah mau kemana Maitreya mengayuh sepedanya. Saat ini Ceyna hanya diam sambil menikmati angin malam yang menerpa wajahnya. Langit pun sepertinya sedang berpihak kepada mereka. Bintang-bintang terlihat jelas di atas sana, dan jangan lupakan bulan yang sedang menunjukkan sinarnya.
 
“Kita ini mau kemana Mai?”
 
“Pasar malam Cey.”
 
Seingat Maitreya, terakhir kali ia ke pasar malam adalah beberapa hari sebelum mamanya meninggal. Laki-laki itu sebenarnya ingin sekali datang ke pasar malam lagi, namun ia tak punya teman. Karena saat ini Maitreya mengenal Ceyna, ia pun mengajak perempuan itu.
 
Setelah beberapa menit berada di atas sepeda, menitipkan sepedanya ditempat penjual sate yang sedang berjualan disekitar sana.
 
“Ini beneran Mai? Nanti sepedanya ga bakal ilang kan?” Tanya Ceyna khawatir.
 
“Tenang Cey. Aku kenal sama bapak tukang satenya. Ayok!”
 
Maitreya menarik tangan Ceyna dengan lembut. Mereka berdua memasuki pasar malam yang lumayan ramai. Laki-laki itu membawa Ceyna ke arah penjual es krim.
 
“Mau rasa apa Cey?”
 
“Sama kayak lo aja.”
 
Maitreya merasa tak yakin. Kemudian ia menoleh ke arah Ceyna. “Aku bakal pesen rasa stroberi. Kamu yakin?”
 
Ceyna mengangguk. Sudah lama ia tak memakan es krim dengan rasa stroberi. Maitreya segera membeli dua es krim dan membayarnya. Diberinya satu es krim tersebut kepada Ceyna sambil menunjukkan wajahnya yang tersenyum.
 
“Makasih Mai.”
 
“Sama-sama Cecey.”
 
Ceyna tertawa kala melihat Maitreya yang begitu lahap memakan es krim. Sekarang ia yakin betapa sukanya Maitreya terhadap rasa stroberi ataupun buahnya. Buktinya, saat ini laki-laki itu memakan es krimnya seperti anak kecil. Jari lentik Ceyna terangkat dan mengusap ujung bibir Maitreya.
 
“Kayak bocil lo!” Ucapnya sambil terkekeh.
 
Dengan pipi yang memerah, Maitreya dengan sengaja memberi noda pada ujung bibirnya.
 
“Masih kotor Cey,” Katanya.
 
Ceyna lantas tertawa dan memukul lengan Maitreya. “Stres!”
 
Kedua orang itu tertawa bersama. Disaat sedang serius melahap es krim, Ceyna melihat boneka beruang putih yang cukup besar. Ia menarik ujung baju Maitreya.
 
“Mai! Liat deh! Lucu banget bonekanya! Aaaaaaaa!” Ucapnya gemas sambil menarik Maitreya.
 
“Kamu mau Cey?” Tanya Maitreya.
 
Dengan mata yang berbinar, Ceyna mengangguk. Untuk mendapatkan boneka besar itu, Maitreya harus memasukan lima bola yang jaraknya cukup jauh dari dirinya. Setelah membayar sepuluh ribu, Maitreya diberikan 5 bola kecil.
 
“Ayukk Mai!” Semangat Ceyna.
 
Melihat Ceyna yang begitu ingin mendapatkan boneka, Maitreyapun jadi semangat. Dengan cepat laki-laki itu memasukkan kelima bola itu. Melihat keberhasilan Maitreya, Ceyna melompat senang.
 
“YEYY!! BONEKA!!!”
 
Perempuan bermata sipit itu segera mengambil bonekanya dan memeluk erat benda itu. Maitreyapun terkekeh, ia kira Ceyna adalah tipe perempuan yang cuek. Tapi saat ini ia tahu bahwa Ceyna suka dengan benda-benda imut.
 
“Seneng Cey?”
 
“Iya! Makasih ya Maitreya,”
 
Maitreya mengangguk. Kemudian laki-laki itu mengajak Ceyna untuk pergi menaiki biang lala. Ceyna yang memang baru sekali menaiki biang lalapun mengangguk setuju.
 
“Waaah, rame banget ya Mai.” Ujar Ceyna kala melihat banyak orang yang mengantri untuk menaiki biang lala.
 
“Iya ya, ayok Cey kita masuk!”
 
Digenggamnya tangan Ceyna, kemudian Maitreya duduk dihadapan Ceyna. Laki-laki itu tersenyum kala melihat Ceyna yang masih memeluk bonekanya.
 
“Sesuka itu kamu sama boneka Cey?”
 
“Hehe.. sebenernya iya, cuma gak sempet beli. Hehehe..” Jawab Ceyna malu-malu.
 
“Gak sampet atau gengsi?” Tanya Maitreya lagi yang membuat kedua pipi Ceyna memerah.
 
Perempuan itu menyembunyikan wajahnya dibalik boneka besar itu. “Dua-duanya sih,”
 
“Hahahaha, lucu kamu Cey. Gemess..”
 
Perlahan Ceyna menoleh keluar dan menatap takjub ke bawah. Ternyata mereka sudah cukup tinggi sekarang.
 
Cekrek
 
“Lo moto gue ya?” Tanya Ceyna.
 
Maitreya hanya bisa cengengesan sendiri. “Kamu lucu sih. Sini aku foto lagi,”
 
Mungkin karena moodnya bagus, Ceynapun menurut. Iapun mulai berpose. Mulai dari dua jari yang didekatkan kewajahnya, tersenyum lebar, bahkan sampai melet. Maitreya dibuat gemas sendiri.
 
“Cantik gak Mai?” Tanya Ceyna.
 
“Cantik. Mau kamu diem aja tetep cantik. Bingung aku, kok kamu bisa cantik banget ya?”
 
Ceyna menggelengkan kepalanya. Ternyata Maitreya bisa juga menggombal.
 
“Gue mah emang cantik. Kata siapa jelek?”
 
“Enggak ada. Dan enggak boleh ada,”
 
Ceyna terkekeh. Keadaanpun menjadi hening. Ceyna yang sibuk dengan bonekanya, dan Maitreya yang sibuk memandangi Ceyna. Kapan lagi ia bisa melihat Ceyna sedekat ini?
 
“Melihat kamu sekarang, aku jadi bahagia banget. Udah lama aku gak kayak gini.”
 
Maitreya memasukan ponselnya kedalam saku celananya. Kemudian ia membenarkan posisi duduknya.
 
“Kamu tau Cey? Hati aku saat ini sedang jatuh, jatuh banget. Ngeliat kamu senyum, hati aku jadi seneng sendiri. Ngeliat kamu ketawa karena aku, bikin aku merasa jadi laki-laki istimewa. Cey, tolong terus kayak gini ya? Kalau kamu sedih, ayok tertawa sama aku. Aku pasti sebisa mungkin bikin kamu senyum, ketawa, intinya seneng-seneng.”
 
Ceyna diam. Tubuhnya serasa membeku. Yang ia lakukan saat ini hanyalah mendengar Maitreya melanjutkan kalimatnya.
 
“Aku, sesayang ini sama kamu. Aku yakin kamu tau betapa tulusnya hati aku. Kamu adalah perempuan pertama setelah mama yang aku cintai sedalam ini. Kamu adalah perempuan pertama yang membuat aku mengerti untuk apa aku bertahan hidup. Aku bertahan, karena aku mau lihat kamu bahagia lebih lama.”
 
Sebelum Maitreya semakin membuatnya terdiam, Ceyna segera menutup mulut Maitreya dengan tangan boneka yang ia pegang.
 
“Lo taukan gue belum suka sama lo?” Tanya Ceyna.
 
Maitreya terdiam. Itu masalahnya, hati Ceyna belum jadi miliknya.
 
“Aku tau. Dan sekarang tugas aku adalah membuat hati kamu jadi milik aku. Jadi, ayo belajar mencintai aku. Pelan-pelan Cey, aku yakin bisa.”
 
Sudah kesekian kalinya Ceyna melihat ketulusan yang teramat dalam dari mata Maitreya. Entah ia yang terlalu cengeng, atau memang perkataan Maitreya yang begitu mengharukan. Tapi saat ini, Ceyna benar-benar ingin menangis.
 
Disatu sisi, ia ingin sekali membalas perasaan Maitreya. Tapi disisi lain, hatinya masih menolak untuk menyukai laki-laki itu. Trauma terhadap sikap abangnya membuat ia sulit mencintai laki-laki. Saat kecil, Ceyna sangat menyayangi kedua abangnya. Tapi semakin ia dewasa, dirinya tak dapat melihat kasih sayang pada diri Nathan dan Nathen. Sejak itu, ia menyimpulkan jika laki-laki terdekatnya suka membuatnya menangis dan sakit hati.
 
“Bisa bantukan? Hati gue terlalu batu untuk mencintai.” Ucap Ceyna pelan.
 
Maitreya tersenyum kemudian tangannya mengelus lembut kepala Ceyna.
 
“Iya. Pasti aku bantu kamu,”
 
Malam itu, malam yang menjadi saksi dimana Ceyna mulai membuka hatinya secara perlahan. Jika boleh diingat, hanya Maitreya saja yang dapat melakukannya seperti ini.
 
Ia harus belajar mencintai Maitreya.
 

●●●

Halooooo

Apa kabar kamu?

Untuk part kali ini, sengaja aku kasih sedikit. Karena apa? Karena aku memang mau part ini khusus Ceyna dan Maitreya aja.

Jangan lupa votenya yaa

Jangan lupa rekomendasiin cerita Maitreya sama orang-orang yang kalian kenal:D

Terimakasih udah mau bacaaa

Maaf kalau ada kesalahan ataupun sebagainyaa

Salam hangat dari akuu, MamiKeju

MaitreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang