"Baru sampe Jen? malam banget" ujar sang bunda saat mendengar suara pintu utama dibuka, disana terdapat Jendra sedang menyeringai tanpa dosa kearah bunda nya, "Iya antar teman dulu Bun" balasnya seraya menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.
Sang bunda memicingkan matanya, penuh keheranan. "Diaz? perasaan kalo Diaz nebeng selalu minta nginep disini ngga minta anter" imbuh sang bunda lagi yang membuat Jendra semakin gugup, seperti maling tertangkap basah saja. "Anter cewenya kali Bun," tambah sang kaka tiba - tiba yang ternyata sedang menikmati teh hangat di meja makan. Jendra mendengus kesal, kakak satu - satu nya itu memang seperti yamaha kalau masalah menggoda adiknya, selalu didepan.
"Oh pantesan," Bunda nya pun tersenyum jahil, "diantar sampe rumah dengan selamat kan Jen?" Jendra mengangguk canggung, "Ya iyalah Bun, Jendra kalo nyetir masih waras gak kesetanan kaya abang" balasnya sambil melirik ke kakaknya yang dibalas dengan lemparan kacang dari Aldimas.
Hubungan Jendra dan Aldimas memang seperti tom and jerry, umur mereka hanya terpaut satu tahun sehingga membuat mereka seperti teman daripada adik - kakak. Bahkan Jendra terkadang malas memanggil Dimas dengan sebutan 'abang' kalau tidak dipaksa bunda nya.
Penampilan keduanya tampak sangat mirip, bagai pinang dibelah dua. Keduanya memiliki postur tubuh tegap, sangat tinggi. Bentuk mata mereka adalah foxy eyes, dengan ujung mata yang sangat tajam dan alis yang agak tebal. Tampan bukan? Uniknya, kepribadian mereka sangat berbeda, bertolak belakang bisa dibilang.Dimas sangat ramah, ramah dalam artian ke semua orang yang bahkan ia tidak kenal. Dimas akan menyebarkan senyumnya ke semua orang yang ia temui. Bisa dibilang ia memiliki peran jokester di sebuah grup pertemanan. Berbeda dengan Jendra yang "pelit senyum" kepada orang yang ia tidak kenal. Jendra hanya akan menunjukkan sisi lain dari dirinya kepada orang - orang yang dianggap nyaman. Jendra yang hangat, peduli, gampang khawatir, bahkan hingga panik jika sesuatu terjadi pada orang yang ia sayangi. Jendra yang humoris, penuh dengan banyolan - banyolan receh. Sisi inilah yang membuat banyak wanita penasaran untuk meluluhkan hatinya, namun sampai saat ini, belum ada yang berhasil. Well..sebelum Kala muncul dihadapannya.
***
Hari ini hari Minggu. Hari dimana orang - orang dirumah Kala akan direpotkan dengan pesanan kue dari pelanggan Ibu. Biasanya, Kala dan Asa akan membagi tugas. Kala membantu sang Ibu untuk membuat kue sedangkan Asa akan membantu sang Ayah untuk mengantar kue - kue pesanan tersebut ke pelanggan yang memesan. Namun, hari ini agak berbeda. Asa mendadak ada bimbingan skripsi sehingga Kala harus double job menggantikan Asa. Dahulu, Ibu sempat mempunyai toko kecil sendiri yang menjual kue kue buatan sendiri, namun sayang tokonya harus ditutup karena waktu itu keluarganya sangat membutuhkan uang untuk kuliah Kala dan sekolah Asa. Saat ini, Ibu nya hanya menerima pesanan saja, dan kue tersebut biasanya akan diantar oleh ayah, Asa, atau Kala seperti saat ini.
"Mbak Ala bener gak mau naik motor aja?" tanya Ibu memastikan. Kala memutuskan untuk mengantar kue pesanan tersebut dengan kereta saja, karena satu, Kala malas panas - panasan, kedua, motor nya lebih baik dipakai Asa yang lebih membutuhkan. "Bener Bu. Asa anter mbak sampe stasiun ya. Ini alamat antar nya deket dari stasiun juga kok Bu, biar lebih gampang." jawab Kala mantap untuk meyakinkan adik dan Ibunya. Akhirnya Ibu pun mengalah, "Hati - hati ya mbak. Kalo bingung cari alamatnya, chat aja Ibu nya baik banget kok, langganan Ibu juga." ujar sang ibu seraya menunjukkan kartu pesanan yang terdapat nomor telepon sang pemesan. Kala mengangguk paham dan segera mengambil posisi di jok bagian belakang Asa, "Berangkat dulu ya Bu!" mereka berdua pun berlalu.
***
Sudah setengah jam setelah Kala sampai di Stasiun Cikini, namun ia masih berada di sekitar stasiun saja. Masalahnya, Kala lupa sekali kalau ia buta arah. Ia tidak bisa membaca peta. Kala mendengus kesal, sedari tadi ia sudah menanyakan alamat tersebut ke orang - orang yang berlalu namun tidak ada yang hafal daerah sana. Kala mengacak rambutnya pusing hingga tiba - tiba seseorang menabraknya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Filosofi Hiu
RomanceDalam bukunya, Fiersa Besari pernah menulis, "Hidup adalah serangkaian kebetulan. Kebetulan adalah takdir yang menyamar." Ini adalah serangkaian cerita tentang orang - orang yang secara kebetulan bertemu. Tentang bagaimana penting nya rasa bersyuku...