Trauma

209 21 1
                                    

Sudah 2 minggu sejak Nagisa pulang dari rumah sakit, kini dia bisa bersekolah seperti biasa. Meskipun dia mengalami kesulitan sewaktu berjalan. Menurut dokter, kelumpuhan pada dirinya hanya bersifat sementara, cepat atau lambat dia akan pulih seperti sedia kala.

Nagisa berjalan tertatih-tatih menuju kelasnya, dia diantar oleh Hiromi ibunya sampai depan gedung sekolahnya.

"Bila kau sudah pulang kau bisa menghubungi paman mu untuk menjemput mu. Aku sudah minta tolong padanya." Ucap Hiromi. "Aku berangkat, jaga diri selama di rumah sendiri." Lanjutnya.

Nagisa melambaikan tangannya kepada mobil ibunya yang perlahan menjauh itu. Dia berjalan ke dalam kelasnya.

"Yosh! Semangat!" Monolognya.

Untungnya pintu kelasnya tidak tertutup, dia berjalan memasukinya. Kataoka yang melihatnya langsung berjalan membantu Nagisa untuk duduk di bangku miliknya.

"Apa kau tidak terlalu memaksakan diri Nagisa?" Tanya Kataoka.

"Tenang saja, aku baik-baik saja. Terimakasih atas perhatiannya." Ucap Nagisa.

Nagisa melewati kelas seperti biasa, kali ini tidak ada latihan fisik seperti sebelumnya. Hanya saja mereka tengah sibuk memikirkan cara untuk menyelamatkan gurita itu.

Nagisa menghela nafas, menyelamatkan gurita itu merupakan idenya, tapi dia pun tidak tahu bagaimana caranya. Belum lagi mengenai kesehatannya, hal itu pasti akan menyusahkan dalam misi.

Apa aku harus mengundurkan diri? Kalau begitu aku seakan-akan tidak bertanggung jawab bukan? Batin Nagisa.

Nagisa sedang mencari berbagai informasi dari ponsel miliknya, tentunya dibantu oleh Ritsu. Ritsu menampilkan data mengenai berita terbaru ataupun yang masih bersifat rahasia. Nagisa melihat artikel mengenai perjalanan keluar angkasa dan rumor dilakukan penelitian disana. Bukankah ini bagus? Siapa tahu itu penelitian mengenai Koro-sensei. Batinnya.

"Baiklah anak-anak sampai sini dulu, langsung pulang dan jangan mampir terlebih dahulu." Ucap Koro-sensei mengakhiri pembelajaran kali ini.

Nagisa memasukkan seluruh peralatan sekolahnya ke dalam tas.

"Mau ku bantu sampai menuruni bukit ini?" Tawar Nakamura.

"Tentu terimakasih sudah membantu." Ucap Nagisa.

Dengan bantuan Nakamura, Nagisa berjalan keluar gedung sekolah miliknya tak jauh dari mereka terlihat seseorang dengan surai strawberry blonde itu tengah kesal.

"Kau lama sekali. Sudah 30 menit aku menunggumu." Ucap Asano Gakushuu.

"Bukankah jam kelas E memang lebih lama daripada di gedung utama Asano-san?" Tanya Nagisa.

"Yang aku bicarakan itu waktu mu berjalan!" Tanpa aba-aba Asano Gakushuu mengangkat Nagisa meletakkannya di atas bahunya.

"Turunkan aku!" Pekik Nagisa.

"Terlalu lama bila membantumu berjalan. Buang-buang waktu. Ingat waktu adalah uang." Ucap Asano tidak mau kalah.

"Kalau begitu seharusnya kau bilang terlebih dahulu! Biar aku bisa menutupi panties-ku."

Asano menghela nafas, dia menurunkan Nagisa. Nagisa melepas sweater kuning miliknya mengikatnya di pinggang. Asano meletakkan Nagisa di bahunya lagi.

Sebuah mobil mewah terparkir tak jauh dari mereka, pintu mobil itu sudah terbuka. Asano mendudukkan Nagisa perlahan di sebelahnya. Perlahan mobil itu menjauhi gedung tua itu.

.

"Kau yakin akan baik-baik saja tinggal di rumah sendiri?" Gakushuu bertanya.

"Asano-san kau sudah mengatakan itu 20x. Jawaban aku masih sama, aku akan baik-baik saja." Ucap Nagisa yakin.

What ifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang