Kesempatan

126 20 0
                                    

Selesai menjelaskan, Asano Gakuho mengakhiri kelasnya. Dia berjalan keluar dari kelas meninggalkan murid-muridnya itu.

"Apa yang akan kau lakukan dengan informasi itu?" Kanzaki bertanya.

Tanduk imajiner menghiasai kepalanya, dia menyeringai. "Ini bahan yang sangat bagus untuk memeras." Dia melirik ke arah Karma. "Apa aku gunakan semua untuk mencari aib milik setan merah itu ya?" Nakamura bergumam.

"Kau tidak sayang memakainya hanya untuk bahan memerasnya?" Mimira Koki yang duduk tepat disampingnya bertanya.

"Kalau bertanya mengenai kiat menggaet wanita berdada besar akan dijawab tidak ya?" Okajima Taiga bergumam. Wajahnya berubah menjadi mesum, membuat seisi kelas menatapnya datar.

Asano Gakushuu menyeringai, "Tanyakan saja bila kau ingin dia tahu semua kebusukanmu. Kurasa dia akan menyuruhmu untuk meditasi menghilangkan nafsu duniawi."

"Nagisa tidak kesini?" Kayano melihat ke arah pintu menunggu gadis itu.

"Kalau kau ingin bertemu dengannya, kenapa kau tidak mencarinya di gedung utama?" Asano Gakushuu bangkit dari bangkunya.

"Mau kemana?" Maehara yang duduk tepat di depannya bertanya.

"Menemui Ren, OSIS membutuhkan bantuan ku. Sampai nanti." Asano Gakushuu melambai tangannya keluar dari kelas itu.

"Bukankah dia sudah bukan OSIS lagi?" Maehara bingung dengan maksud perkataan Asano itu.

"Menurutku dia hanya bekerja dibalik layar. Terkadang ada yang seperti itu." Ucap Chiba.

"Seperti konsultan?" Ucap Yada tidak terlalu yakin.

"Menurutku begitu." Ucap Hayami.

"Kalau gitu bagaimana bila kita ke tempatnya? Kurasa Nagisa akan senang bila kita ke sana." Usul gadis kalem Kanzaki Yukiko.

Dari bangku miliknya, Akabane Karma melihat ponselnya menunggu jawaban dari kedua orang tuanya itu. Popup notifikasi membuatnya tidak sabar untuk membukanya. Hee~ apa yang terjadi padamu nak? Kau tidak terbentur kan? Akan sangat panjang untuk menceritakannya di pesan. Aku akan menceritakannya saat kami pulang nanti.

Karma menghela nafas, terlalu lama untuk menunggu mereka pulang. Dia amat penasaran dengan perkataan kepala sekolah. Dia ingin bertanya, namun harga dirinya terlalu tinggi untuk itu.

"Karma-kun.." Okuda Manami menghampiri bangju pemuda itu. Karma mendongak.

"Ya? Ada apa?" Dia bertanya.

"Karma-kun mau-"

"Karma, mau ke gedung utama?" Ucap maniak pudding Kayano Kaede dengan suara cukup keras.

"Untuk apa kesana? Males." Jawab Karma.

"Tapi kita-."

Nakamura menepuk pundak gadis pecinta puding itu, "Sudahlah dia tidak berminat. Lagipula besok saja, kurasa Nagisa juga sudah pulang."

"Benar juga, gedung utama kan pulang 30 menit lebih awal." Seakan teringat kenyataan itu Kayano menepuk keningnya.

.
.

Nagisa duduk di dalam kelasnya, dia masih setia memperbaiki catatan miliknya. Sudah menjadi kebiasaan Nagisa untuk menulis ulang catatan yang dia miliki.

"Sedang apa kau?" Dia mendongak. Mata biru permatanya menatap pria dengan kemampuan sastra dan puisi itu.

"Menyalin catatan." Jawab Nagisa kemudian lanjut menyalin.

"Kau tidak pernah mencatat sewaktu jam pelajaran?" Tanya pria itu sembari duduk tepat di depannya.

"Aku mencatatnya, hanya saja kurang rapih." Jawab Nagisa.

What ifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang