Kebenaran

166 20 0
                                    

Karma mendengar suara bising disekitarnya. Tubuhnya terlalu lemah hanya sekedar membuka mata.

Dia memaksakan tubuhnya untuk membuka mata. Pandangannya buram, yang dia tahu saat ini gelap, hanya cahaya rembulan yang menemani. Takebayashi serta asistennya sibuk untuk menyelamatkannya.

"Nadinya kembali!"

"Siapkan peralatannya! Jangan lengah sedikit pun!""

.
.

"Hei, kapan aku bisa keluar?" Karma bertanya dengan suara lirih.

Takebayashi tidak merespon, dia memeriksanya dengan seksama.

"Oi! Takebayashi!"

"Kau bisa keluar dalam beberapa hari, tergantung hasil pemeriksaan selanjutnya." Takebayashi menyuntik cairan kekuningan kepada Karma.

Pria itu merasakan sakit di sekujur tubuhnya, rasa sakit yang memaksanya untuk terpejam lagi.

"Ini akan sedikit sakit, namun dalam 3 jam kau akan baik-baik saja. Efek sampingnya hanya mengantuk. Aku akan datang dalam 3 jam lagi." Ucap Takebayashi sambil menggoyangkan botol berisi cairan tadi.

.
.

Sinar matahari masuk di celah gorden membuat Akabane Karma terpaksa membuka matanya. Dia mengerjapkan matanya mencoba mencerna apa yang sedang terjadi.

"Aku benar-benar hidup lagi.." Gumamnya. Karma menghela nafas mencoba untuk duduk. Dia tidak merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Dia menertawakan kebodohannya, menabrak papan pembatas jalan lantaran kepikiran bekas luka milik gadis itu. Sungguh konyol.

Dia mengingat perkataan Takebayashi sebelum dia terlelap. Seharusnya sekarang Takebayashi datang untuk memeriksanya bukan?

"Kau sudah bangun Akabane?" Karma menoleh mendapati Asano Gakushuu rivalnya selama sekolah memasuki ruangannya.

"Ya." Jawab Karma sekenanya. Dia sedikit kecewa bukan gadis itu yang menjenguknya.

Asano Gakushuu meletakkan buah-buahan yang dibawanya, dia menarik kursi yang berada di sebelah kasur dan mendudukinya.

"Asano, ada yang ingin aku tanyakan." Karma memberikan wajah serius.

"Hoo~ seorang Akabane bertanya padaku?" Jawab Asano Gakushuu.

"Kau tahu saat misi melarikan diri.. aku tak sengaja melihat bekas luka sayatan. Awalnya aku kira aku berhalusinasi. Namun saat reuni itu aku melihatnya secara jelas..." Asano Gakushuu terdiam. Wajahnya terlihat sedih, kesal, dan kecewa.

"Tidak usah kau lanjutkan, aku tahu apa yang ingin kau tanyakan." Asano Gakushuu menarik nafas, ia sedang mempertimbangkan untuk menceritakannya atau tidak.

"Aku tahu.. kau pasti merasa tidak nyaman saat menceritakannya.. hanya saja .. aku yakin Nagisa tidak akan menjawabnya.. dan kupikir .. itu bukan ide yang bagus bertanya padanya." Jelas Karma.

Asano Gakushuu sangat tahu kenapa pria itu bersifat seperti itu. Terutama bila menyangkut sepupunya itu.

"Baiklah... Dari mana aku harus memulai?" Asano Gakushuu membenarkan posisi duduknya.

"Kau tahu tentang Nagisa masuk rumah sakit dan.. lumpuh?" Asano Gakushuu mencoba memulai cerita dari sana. Karma sedikit terkejut bagaimana pihak luar bisa tahu? Bukankah kejadian itu hanya diketahui oleh murid kelas E?

"Aku sudah tahu mengenai kau yang bodoh bisa terhasut oleh ilmuan gila itu. Kau ingat?" Tanya Asano Gakushuu.

Karma mencoba mengingat akar permasalahannya.

What ifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang