Rumit 2

228 27 1
                                    

Karma sedang duduk di tepi jurang memikirkan rencana untuk membunuh gurita itu, seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Tanpa menoleh, Karma tahu siapa orang tersebut.

"Apa yang kau inginkan?" Tanya Karma.

"Hee, kau tahu ini aku? Bahkan kau tidak menoleh sedikitpun?" Ucap orang itu.

Karma berdecih, "Jadi ada urusan apa kau menemui ku?"

"Kasarnya, aku menemui ku ingin mengetahui keadaan mu." Ucap orang itu dengan seringai menjijikan di wajahnya.

"Oh ayolah. Memangnya aku sebodoh itu? Kau pasti ingin melihat apa suntikan itu berhasil atau tidak bukan?" Ucap Karma dengan malasnya.

"Hahaha.." Tawa orang itu, "Ya itu juga sih.. tapi aku ingin tahu bagaimana hubungan kalian setelah kau mengatakan hal kejam kepada kekasih mu sendiri."

"Kekasih? Hah? Aku sudah muak dengan segala kepalsuan dirinya, semua itu menjijikan. Lagipula aku sudah tidak peduli lagi padanya." Ucap Karma terus terang.

"Apa kau tidak ada sedikitpun rasa peduli kepadanya? Bukankah dia cantik? Bisa saja akan ada yang terpikat akan kecantikannya."

"Tidak ada sedikitpun rasa peduliku padanya. Seperti yang ku bilang dia menjijikan, bila ada yang terpikat itu berarti orang itu sangat bodoh. Dan lagi bukankah gadis itu hanya modal tampang saja? Cih. Menjijikan."

Orang itu terkekeh melihat perubahan sikap Karma yang menurutnya sesuai dengan perkiraannya. "Baiklah aku menantikan pertarungan kedua kalian."

"Diam!" Pekik Karma kemudian pergi menjauh.

.
.

Keesokan harinya Koro-sensei dan yang lainnya menunggu di lapangan hingga Karma tiba.

Mereka tetap berdiri dalam keheningan selama sekitar 2 menit ketika embusan angin besar berlalu. 

"Sepertinya kalian semua ada di sini" Ucap Karma sembari sekarang berdiribdi depan Korosensei

"Karma." Gumam Nagisa.

"Bisakah kita mulai?" Tanya Karma tanpa memperdulikan tatapan khawatir teman-temannya itu.

"Karma hidupmu dalam bahaya! Jika aku tidak mengeluarkannya, kau akan-!" Ucap Koro-sensei memberikan pengertian padanya.

"Tidak! Kau salah! Aku merasa hidup dan aku tidak akan membiarkan siapapun ikut campur." Potong Karma.

Dia mengeluarkan api dari tentakelnya menyerang Koro-sensei dan yang lainnya.

"Koro-sensei!" Pekik seisi kelas, mereka tidak yakin dapat membantu.

Karma terus menyerang Koro-sensei tentu saja Koro-sensei menghindari semua serangan milik Karma.

"Berhenti menghindar! Dan lawan aku!" Pekik Karma emosi.

"Aku tidak akan melawan murid ku sendiri!" Ucap Koro-sensei sembari terus menghindar.

Keduanya terus bertarung tanpa henti selama 3 menit sampai... Karma menusuk jantung Korosensei.

Nagisa membelalakkan matanya melihat apa yang terjadi. Seakan-akan melihat adegan slow motion tanpa sadar Nagisa menitikkan air matanya.

"Nagisa." Panggilan itu membuat Nagisa mendongak menghapus air matanya.

Dia melihat Koro-sensei masih dalam keadaan hidup serta Karma yang tidak bisa bergerak. "Aku ingin kau mengalihkan perhatian Karma supaya aku memiliki waktu untuk melepas tentakelnya."

Perhatian Nagisa tertuju pada Karma yang berteriak serta  berusaha meloloskan diri dari cengkraman Koro-sensei.

Nagisa menarik nafas, kemudian berjalan kearahnya. Beberapa langkah lagi dia berada tepat di depan Karma.

What ifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang