| ENAM |

9 1 22
                                    

[ ]

"Hari ini bakal olahraga apa?."

"Nggak tau tha. Katanya sih kita bakal gabung sama anak MIPA 1."

Kanietha menghentikan aktivitasnya saat mendengar ucapan Bevara. "Kenapa di gabung?."

"Kata Pak Yosep di jam pelajaran kita nanti bakal keganggu sama rapat guru di aula."

"Oh yaudah kita ganti baju sekarang aja." Ajak Kanietha yang langsung diangguki oleh Bevara.

Hanya membutuhkan waktu 5 menit, kini mereka sudah memakai pakaian olahraga. Dan berjalan menuju lapangan yang terlihat ramai oleh kelas gabungan itu.

"Beva lo bawa iket rambut dua nggak?."

"Aduh.. Nggak tha. Emangnya ada apa sama iket rambut lo?."

"Ilang. Mana gerah."

"Kita cari di toi-."

"Kalian berdua cepat kesini. Jangan berleha-leha," titah Pak Yosep sedikit meninggikan suaranya.

Lantas mereka berdua dengan cepat menuju lapangan. Jeksa yang melihat itu hanya diam bersedekap dada.

Ketika berbaris, mata Kanietha tak sengaja menatap Jeksa yang juga sedang melihat kearahnya.

Jeksa menampilkan senyum tipisnya begitupun disambut hangat oleh Kanietha.

Kini mereka melakukan pemanasan sebelum berolahraga. Terik matahari di pagi hari ini cukup membuat tubuh mereka terkena keringat.

Di pelipis mata, leher, dan baju mereka pun terlihat basah.

Apalagi Kanietha dengan rambut yang terurai semakin merasa panas dan keringat yang terus-menerus bertambah.

Melihat gadis itu kesusahan dengan rambut, Jeksa memilih untuk semakin dekat dengan gadis itu.

"Rambutnya kenapa gak di iket? biasanya kalau lo olahraga rambut selalu di iket kan?."

"Iket rambutnya ilang waktu ganti baju." balas Kanietha sambil membenarkan rambutnya yang terlihat acak-acakan.

Tangan kekar itu membawa beberapa helaian rambut sang gadis untuk ia ikat dengan karet gelang yang terpasang pada lengannya.

Hal itu sontak membuat Kanietha terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Jeksa.

Jeksa mengikatkan rambut Kanietha dengan rapi dihadapan beberapa siswa yang ada disana. Beruntung tidak ada guru disana.

Teman kelas mereka sontak saling berbisik, ada juga yang menggoda mereka dengan siulan. Yang membuat pipi Kanietha memerah.

Sama halnya dengan Bevara, Malvin dan Raiden. Sahabat mereka yang menyaksikannya.

"Diiket nya pakai apa?."

"Pakai gelang."

"Punya lo kan? nanti gue kembaliin ya."

"Nggak usah. Pakai aja tiap hari, lagian gue juga punya banyak."

"Makasih Jeksa."

"Iya. Udah gak terlalu gerah kan?."

"Nggak kok. Malah adem." balas gadis itu sedikit terkekeh.

Selanjutnya, mereka melanjutkan pemanasan yang sempat tertunda akibat ulah Jeksa itu.

Tak sedikit kaum hawa yang merasa iri pada Kanietha.

Jika tadi Jeksa berkata ia memiliki gelang hitam yang banyak. Itu sebuah-kebohongan.

ARCHIVE JEKSA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang