Mungkin sekarang musim hujan sudah berakhir, tapi hawa dingin yang menusuk kulit seolah tidak pernah berakhir—terlebih ini adalah musim dingin. Kakaknya sudah kembali ke Korea dan itu artinya, Jimin bisa kembali bersantai di apartemennya. Hal-hal seperti berbaring di ranjang seharian berbalut selimut tebal; menonton drama kesukaannya di kamar; ditemani coklat panas atau makanan pedas lainnya. Ah, membayangkannya pasti akan sangat sempurna, bukan?
Namun, sayangnya persediaan bahan makanan Jimin habis disaat yang tidak tepat. Jadi ia mau tak mau harus pergi membelinya daripada ia mati kelaparan, itu tidak lucu, 'kan?
Jadi, dengan sangat terpaksa ia harus keluar menembus dinginnya udara hari ini. Lain kali Jimin harus lebih memperhatikan semua kebutuhannya—kalau perlu harus didata secara merinci agar kejadian seperti ini tak terulang lagi. Itu menyebalkan saat kau sudah nyaman dengan selimut tebalmu namun justru harus pergi ke luar—dimana udara sedang dingin-dinginnya hanya untuk membeli bahan makanan yang habis.
Mini market yang hanya berjarak beberapa meter dari gedung apartemennya menjadi tujuannya saat ini. Terlalu malas pergi ke pusat perbelanjaan hanya untuk membeli bahan makanan. Toh, mini market itu juga cukup lengkap untuk sekedar membeli kebutuhan makanan sementara.
Jimin tak ada niat untuk berlama-lama karna salju sedang turun deras hari ini. Jika ia terlalu lama diluar, bisa dipastikan ia akan membeku karna udaranya begitu menusuk hingga ke tulang. Jadi, ia hanya akan membeli beberapa snack, beberapa stock minuman hangat, sereal, bubur instan, dan beberapa bungkus ramyeon dulu untuk beberapa hari saja. Sisanya, mungkin ia akan memesannya secara online nanti atau ia akan kembali membelinya—kalau udara di luar sudah mulai bersahabat.
Setelah trolinya—yang hanya berisi makanan instan dan snack penuh, Jimin pun membayar itu dengan segera agar bisa langsung kembali ke apartemennya. Tujuannya kini adalah memasak ramyeon untuk mengganjal perut dan menyiapkan coklat panasnya untuk bersantai. Itu mungkin akan sedikit menumpuk lemak, tapi Jimin tidak perduli—untuk saat ini. Yang penting ia merasa nyaman dan kenyang—itu yang utama.
Belanjaannya cukup banyak, jadi agak sedikit berat juga menentengnya dalam kantung belanjaan. Apartemennya sendiri berada di lantai tujuh—di unit bernomor lima puluh delapan. Akan menggunakan sedikit tenaga tentunya untuk berjalan menuju unitnya—mengingat posisi lift dengan unitnya sedikit agak jauh.
Namun, saat keluar dari lift, Jimin menangkap seseorang yang mencurigakan sedang berjongkok di depan sebuah unit apartemen. Jika Jimin mengira-ngira, kalau tak salah itu adalah unitnya. Orang itu begitu mencurigakan dengan topi, hoodie hitam, jeans dan timberland yang juga berwarna senada.
Apakah orang itu memiliki niat jahat? Apa dia pencuri?
Kalau benar itu orang jahat, maka Jimin dalam bahaya karna lorong apartemen sedang sepi saat ini. Jelas, udara sangat dingin sekali, siapa yang mau berkeliaran di tengah suhu udara yang sangat dingin begini?
Baru saja Jimin akan menghubungi pihak keamanan apartemen, pria mencurigakan itu berdiri dan berbalik ke arah Jimin. Kalau ia tak salah lihat, orang mencurigakan itu juga berjengit saat mengetahui pemilik apartemen berdiri di belakangnya. Ya, Jimin benar, itu adalah unitnya.
Tapi, sepertinya ada yang tak asing dari orang itu—dimatanya tepatnya. Mata bulat itu sepertinya Jimin mengenalnya—meski baru beberapa kali bertemu saja.
“Kak Jeongguk?”
Pria itu menurunkan maskernya—dan benar itu Jeongguk. “Emm ... Jimin ... Saya—”
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kamu dan Hujan [Kookmin]
عاطفية"Orang memiliki banyak kisah yang berkaitan dengan hujan, dan Jimin adalah salah satunya. Dimana saat ia akan berpikir bahwa hujan menyebalkan, justru jadi mengesankan karna satu hal." >Alternate universe >Kookmin >Fluffy >Romance >Stranger to lovers