“Silahkan kopinya, pak.” Ujarnya seraya memberikan satu gelas terisi penuh cairan berwarna hitam kecoklatan.
“Kamu lagi roleplay jadi waiters? Atau jadi barista? Lagian ini coklat panas, bukan kopi. Bisa langsung dipecat kamu kalo ketahuan bos.”
“Yah, 'kan, cuma ceritanya gitu. Cuma ala-ala.”
Jimin dan Jeongguk tengah menikmati waktu libur bersama dengan segelas coklat panas yang disesap berdua. Saling berbagi kehangatan dalam sebuah pelukan—menonton derasnya hujan dari sofa yang menghadap ke balkon.
Jimin jadi menyukai hujan karna satu alasan; karna ada Jeongguk; karna kenangan manis yang tercipta bersamanya ketika hujan. Tahun ketiga bersama semakin tak terasa telah banyak yang mereka lewati. Tidak pernah ada pertengkaran hebat hingga harus saling mendiamkan satu sama lain.
Sesekali berdebat memang kadang terjadi—hampir setiap bulannya pasti ada perdebatan. Suatu hubungan akan terasa aneh jika tak ada konflik di dalamnya, bukan?
Jeongguk dan Jimin juga begitu, terkadang mereka akan berdebat—bahkan untuk hal sepele atau kelewat tidak penting sekalipun. Seperti berdebat untuk menu makan malam misalnya. Jeongguk yang ingin makan carbonara dan Jimin yang ingin makan jajangmyeon. Namun, perdebatan di antara mereka tak pernah terjadi lebih dari dua puluh empat jam.
Selalu berakhir salah satunya yang memeluk pada yang tengah merajuk. Hanya dengan kecupan kecil di tengkuk, dan semuanya kembali seperti semula. Atau, saat dimana salah satunya memiliki salah, maka ia akan langsung meminta maaf setelah dapat hukuman. Untungnya, baik Jeongguk ataupun Jimin, memiliki pemikiran yang dewasa untuk menyadari kesalahan sendiri. Tak perlu menunggu pasangannya selingkuh karna terlalu muak dengan sikap kekanakan.
“Kak, kita kapan nikahnya?”
Lagi, pertanyaan itu sudah yang ke sepuluh kalinya diminggu ini. Jeongguk sampai menghitungnya saking seringnya.
“Kamu ngga bosen nanya kapan nikah terus?”
Jimin menggeleng polos. “Lebih cepat, lebih bagus tau, kak.”
“Kamu masih muda, Jimin. Nikmatin dulu masa muda kamu. Soalnya saya ngga mau terima alasan, ketika kita udah nikah nanti, kamu malah selingkuh dengan alasan 'nikah diusia muda bikin aku ngga puas nikmatin main-main dimasa muda'. Kamu tau, 'kan? Nikah itu bukan untuk bercandaan.”
“Aku tau, tapi ... Aku pengen cepet sah gitu loh sama kakak.”
“Emang kamu mau apa kalo kita udah sah? Mau jungkir balik, kah?”
“Ish, kakak! Yang ngga gitu konsepnya, kak....”
“Ya, terus? Kebelet banget kayaknya dari dulu?”
“Takut kakaknya keburu digaet orang gatel kalo lama-lama nikahnya.”
“Saya 'kan udah ngejanjiin kamu altar pernikahan, gimana mungkin jadi saya yang selingkuh?”
“Ya, 'kan ... Cuma takut....”
“Kamu kebanyakan baca fanfiction, Jimin.”
“Ih kakak! Apa hubungannya coba....“
“Ada, buktinya kamu jadi sering haluin yang ngga jelas dan sering berpikiran negatif kaya gitu. Makanya saya ngga suka kalo kamu kebanyakan baca itu.”
“Tapi 'kan asik gitu....”
“Asik apanya? Ngga beda kaya nonton sinetron atau acara gosip. Mending main game, lebih berfaedah.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] Kamu dan Hujan [Kookmin]
Romance"Orang memiliki banyak kisah yang berkaitan dengan hujan, dan Jimin adalah salah satunya. Dimana saat ia akan berpikir bahwa hujan menyebalkan, justru jadi mengesankan karna satu hal." >Alternate universe >Kookmin >Fluffy >Romance >Stranger to lovers