04 | PICTURE OF YOU

297 46 0
                                    

       Satu lagi kecup di pipi, Jeongguk dapatkan hari ini. Terhitung, ini sudah yang keseratus tiga puluh satu kalinya ia mendapat kecup dari Jimin. Jeongguk sendiri tak habis pikir. Untuk apa ia menghitungnya?

       Jimin hanya mengatakan bahwa—Jeongguk sangat tampan hari ini. Padahal ia rasa setiap hari pun ia sama saja—tetap tampan. Bukan percaya diri, tapi itu memang kenyataannya.

       Jeongguk sempat berpikir 'Apa Jimin ada maunya? Makanya cium-cium begitu?'. Namun, segera ditepisnya saat hari telah hampir malam dan Jimin tak kunjung meminta sesuatu.

       Jimin selalu memuji Jeongguk akan sesuatu—membuat potret tentang dirinya. Ia suka saat melihat Jeongguk tersenyum; suka saat melihat Jeongguk sedang memikirkan sesuatu—tentang bagaimana alis tebalnya bertaut.

       Jimin suka mendengar Jeongguk berbicara—mendengar suara berat namun lembutnya. Ia suka aroma parfum Jeongguk yang membuatnya candu. Semua itu adalah sesuatu yang disukai Jimin saat kali pertama pertemuan mereka—saat hujan—di telfon umum pinggir jalan.

       Jeongguk juga selalu suka akan bagaimana Jimin mendeskripsikan Jeongguk yang sempurna di mata Jimin. Tentang bagaimana senyum bulan sabit itu muncul; tentang bagaimana kekehan gurih terdengar kala menceritakan sesuatu yang lucu; tentang bagaimana Jimin yang kadang kehilangan keseimbangan saat tertawa hebat.

       Jeongguk suka segala hal tentang Jimin dan Jimin juga suka semua hal tentang Jeongguk.

       Mungkin jika bisa dibandingkan, kisah cinta Jeongguk dan Jimin tidaklah semanis itu. Mereka juga menyadari kisah mereka bahkan jauh dari kata manis. Hampir setiap hari, selalu ada saja yang didebatkan—meski jika pun mereka bertengkar, pertengkaran mereka tidaklah seserius itu.

       Mereka hanya menikmatinya—bagaimana hubungan mereka berjalan dengan cara mereka sendiri. Mencintai dan dicintai dengan cara mereka sendiri. Sebab, sudah terlampau klasik berpacaran dengan gaya yang seperti itu itu saja.

       Selama mereka nyaman, maka apel malam minggu tidaklah penting. Toh, setiap weekend memang Jeongguk akan tinggal di apartemen Jimin. Selama mereka menikmati, maka setiap kencan tidaklah perlu harus romantis. Toh, mereka juga sering menghabiskan waktu berdua—menatap langit bertabur bintang sambil cuddle ria di dalam kamar. Romantis, bukan?

       Hal-hal seperti Jeongguk yang memasak untuk Jimin atau Jimin yang membuatkan kue untuk Jeongguk, itu sudah termasuk kategori manis menurut mereka. Hanya dengan Jimin menyalakan pemantik untuk menyulut rokok Jeongguk atau Jeongguk yang menyisiri rambut Jimin saat Jimin buru-buru atau malas, itu juga romantis, menurut mereka.

       Bukankah satu kebetulan yang indah ketika mereka dipertemukan di tiang telfon umum—dan Jimin telah jatuh cinta pada Jeongguk disaat itu juga. Dengan begitu, berarti cinta lama Jeongguk telah terbalas—bahkan tanpa Jeongguk perlu melakukan apapun untuk membuat Jimin memiliki rasa suka padanya.

       Dua tahun bersama bukanlah waktu yang terlampau lama untuk hubungan mereka. Namun, dalam dua tahun, mereka sudah saling memahami karakter masing-masing. Tentang bagaimana baik dan buruknya sifat masing-masing.

       Seperti bagaimana Jimin yang manja, Jimin yang hobi merajuk, namun, juga bisa begitu manis dan begitu lembut. Atau bagaimana Jeongguk yang sifatnya begitu dewasa, Jeongguk yang perhatian, namun, juga bisa menjadi Jeongguk yang mementingkan game-nya dan mengabaikan segalanya termasuk Jimin.

       Hidup Jeongguk benar-benar terasa berbeda setelah ia dipaksa mengurus salah satu juniornya yang tak sadarkan diri setelah baru saja menyelesaikan penampilannya.

[END] Kamu dan Hujan [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang