02 | CIGARETTES

315 56 1
                                    

       Seharian ini Jeongguk sulit sekali beraktifitas. Ini semua karna Jimin mulai kambuh penyakitnya. Bukan suatu penyakit yang bisa disembuhkan oleh dokter, karna ini hanya bisa disembuhkan oleh Jeongguk—Jeongguk seorang.

       Setiap akhir pekan—seperti biasa, Jeongguk menginap di apartemen Jimin. Namun, ketika malam tadi Jeongguk pulang ke apartemen Jimin, ia langsung menghambur untuk memeluk Jeongguk.

       Padahal Jeongguk baru pulang dari kantor Bank tempatnya bekerja—ia juga sudah mengatakan bahwa ia bau keringat, tubuhnya lengket. Namun, Jimin tidak mendengar perkataan Jeongguk.

       'Kak Jeongguk lebih wangi pas pulang kerja.'

       Aneh? Sangat.

       Dimana-mana, orang yang baru pulang bekerja itu pasti akan bau keringat dan akan tidak menyenangkan jika dipeluk. Namun, untuk tadi malam rasanya Jimin ingin sekali memeluk Jeongguk sepanjang waktu—bahkan ketika tadi malam ia baru sampai di apartemennya.

       “Ji, susah, loh, ini jalannya....”

       Jelas saja Jeongguk mengeluh, Jimin terus menempelinya—dengan cara memeluknya dari belakang—mengikuti setiap langkahnya. Sebenarnya, Jeongguk tidak masalah jika Jimin ingin peluk, tapi untuk yang ini memang cukup menyulitkan, ya?

       Hehe....

       “Kakak ngga bakal kemana-mana, Ji. Lepas dulu, ya, ampun....”

       “Emm ... Ngga mau! Mau peluk kakak!”

       Jimin semakin mengeratkan pelukannya hingga Jeongguk merasa perutnya tertekan lumayan keras—lebih keras daripada saat ia melakukan latihan di gym. Jimin juga semakin mendusalkan wajahnya pada punggung lebar Jeongguk.

       Jeongguk sampai bertanya-tanya dalam hati. Apa Jimin tidak pengap mendusalkan wajahnya disana?

       Jeongguk yang tadinya hendak merokok di balkon, jadi mengurungkan niatnya karna Jimin terus menempel padanya. Jimin tidak suka rokok; tidak suka asap rokok; tidak suka Jeongguk berbau seperti rokok.

       Itulah mengapa setiap kali habis merokok, Jeongguk menyemprotkan banyak parfum ke tubuhnya. Selain itu ia juga akan langsung berkumur dengan mouthwash berperisa mint hingga berulangkali—dengan begitu, Jimin tidak akan menolak kalau dicium. Dan itu pula lah yang membuat Jeongguk begitu wangi, sehingga membuat Jimin terus menempel padanya.

       Jeongguk itu seorang perokok—bisa dibilang sudah sangat candu hingga beberapa jam sekali ia akan merokok. Dan Jimin kurang menyukai kebiasaan Jeongguk yang satu ini. Selain tak bagus untuk kesehatan, itu juga salah satu bentuk pemborosan. Kalau Jimin bilang, mending uangnya ditabung aja, buat modal nikah kita!

       Tapi Jimin harusnya tahu jika mengingatkan seorang perokok akut adalah, percuma. Jadi, daripada dimarahi Jimin karna rokok—Jeongguk putuskan untuk menghilangkan bau rokoknya saja dengan berkumur dan menyemprot parfum.

       Baru kali ini Jeongguk merasa bahwa dipeluk akan menjadi semerepotkan ini. Bukan ia tidak suka Jimin memeluknya, tapi kalau tak mau melepas pelukannya barang sedetik pun memang cukup membuat Jeongguk kesulitan.

       Bagaimana jika ia ingin buang air?

       Beruntung, saat ini ia tak merasa ingin buang air kecil maupun besar. Kalau buang air kecil mungkin masih bisa, karna Jimin memeluknya dari belakang dan menyembunyikan wajah di balik punggungnya. Meski akan sangat memalukan, tapi itu tetap masih bisa dilakukan.

[END] Kamu dan Hujan [Kookmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang