bagian : 2

6.6K 868 32
                                    

//

Lee Jeno menatap datar pemuda yang terbaring di ranjang miliknya, terlalu malas untuk membawa ke rumah sakit maka dari itu Jeno hanya membawanya pulang dan menelfon dokter pribadinya.

Pria itu memiliki banyak lebam di area punggung banyak kemungkinan pemuda itu telah di culik dan mendapatkan penyiksaan, luka di bahunya sudah di perban dan di jahit, beberapa luka juga sudah di obati.

Jeno duduk di sisi ranjang, jika boleh jujur anak itu memiliki wajah yang sangat cantik, Jeno bahkan sempat mengira anak itu wanita namun melihat dadanya sangat datar, sudah di pastikan dia laki-laki.

"Eughh."

Mata rubah itu perlahan terbuka, Jeno hanya memperhatikan gerak-gerik nya, enggan untuk menyapa.

"Hiks s-sakit." Anak itu menangis mungkin merasakan sakit di tubuhnya, tangisan pilu itu membuat Jeno semakin merasa kasihan, apa lagi kalau di lihat anak itu masih kecil pasti tak akan tahan dengan sakitnya.

"Tenanglah kau akan sembuh." ucap Jeno masih dengan wajah yang datar, Jeno tak pandai mengekspresikan apapun.

"Ma-maafkan injun telah merepotkan paman hiks."

"Sangat." Kata Jeno

"Nama ku Huang Renjun nama paman siapa?"

"Kau tak perlu tau siapa namaku! Cepatlah sembuh dan pergi dari sini." ucap Jeno sebelum pergi dari kamar tersebut.

Hufttt... Renjun menghela nafas panjang dia harus tinggal dimana sedangkan tempat tinggal Renjun sudah dibakar oleh musuh mendiang ayahnya, ia juga tak punya uang pegangan.

Ayah dan ibunya telah tiada namun saat di nyatakan hilang, sampai sekarang jasad ibunya belum di temukan.

Tak lama kemudian pintu kembali terbuka menampilkan sosok Jeno di sana.

"Paman? Injun tak mau merepotkan paman, Injun akan pergi saat ini juga, tapi bantu Injun untuk bangun dulu." Jujur Renjun tak enak untuk tinggal apa lagi sudah di katai merepotkan.

"Ck berdiri saja tak bisa apa lagi berjalan." Tapi Jeno membantu pemuda itu untuk bangun, biarkan saja jika pria itu cepat pergi, Jeno tak mau salah mengartikan perasaan kasihan nya ini.

"Terimakasih."

"Kau akan langsung bertemu dengan pintu utama." Renjun mengangguk lemah, tubuhnya masih terasa sakit namun ia tak mau merepotkan.

Renjun melangkah dan benar ia langsung menemukan pintu utama, dengan langkah yang terlatih berjalan dengan pelan.

beberapa menit kemudian Renjun berhasil keluar dari gerbang besar nan kokoh itu, melirik kiri dan kanan, ini pasti mansion di dalam hutan tapi tak apa Renjun harus terus berjalan sampai menemukan perumahan

Hingga Renjun hilang di balik tikungan, Jeno memutuskan untuk tidak memperhatikan nya kembali, mencoba bodoh amat pada pemuda mungil itu, tapi kenapa perasaan nya ini tak menginginkan anak itu pergi.

Jeno kembali ke kamarnya dengan perasaan yang campur aduk, merebahkan tubuhnya di atas ranjang kemudian memejamkan mata, semoga saja bangun nanti ia akan melupakan bocah tadi.

Setengah jam kemudian kelopak mata itu kembali terbuka, ia melirik jam yang melingkar di lengannya, sudah pukul dua dini hari ternyata.

Sebetulnya Jeno tak mau kembali mengingat namun ingatannya kembali pada beberapa jam yang lalu dimana anak itu sekarang ya, apa dia sudah sampai di perumahan, tapi mansion ini terletak sangat jauh dari area perkotaan.

"Sialan anak itu mengganggu pikiran ku!" Jeno bergegas mengambil kunci mobil kemudian keluar dari kamarnya, ia akan menyusul anak tadi, ada apa dengan Jeno tak biasanya dia lemah dengan seseorang.

Jeno melajukan mobilnya ia ingat semalam pemuda itu mengambil arah sebelah kanan, ini sudah beberapa menit Jeno melaju namun belum melihat tanda-tanda keberadaan anak itu, apa dia dimakan hewan buas? Mengingat di area sini banyak sekali binatang liar.

Cahaya lampu mobil Jeno menerangi sebuah gubuk bambu yang berada tak jauh dari tikungan, Jeno memicingkan matanya kala melihat sosok yang tengah tidur meringkuk disana.

Jeno segera menepikan mobil dan menghampiri anak yang sudah di ketahui adalah anak yang beberapa jam yang lalu bersama nya.

Tubuh anak itu gemetar kedinginan, Jeno ingin membangunkannya namun tak tega, Jeno lebih memilih untuk menggendong nya ala koala, dan membawa nya masuk ke dalam mobil.

Jeno tak menaruh pemuda itu di kursih samping kemudi namun ia memangku nya, tubuh anak itu kecil jadi tak membuat sempit sama sekali.

Renjun menggeliat tak nyaman pada bahunya, ia mencari posisi yang nyaman menurutnya, tangan yang tak terkena luka di gunakan nya untuk memeluk leher orang yang tengah memangku nya, Renjun tipe orang yang tak melihat orang terlebih dahulu, jika dirinya nyaman ia akan melanjutkan tanpa mengetahui siapa orang tersebut, kemudian Renjun menenggelamkan wajahnya di leher Jeno.

Jeno tersenyum tipis bahkan hampir tak terlihat, ia bisa merasakan dengkuran halus dari anak itu, dari awal Jeno membersihkan tubuh Renjun ia dapat mencium aroma alami dari tubuh itu, sangat persis seperti bayi dan Jeno suka itu.

"Mulai sekarang kau milikku"


//

TBC

Sebelumnya makasih banget yang udah ngasi semangat ke aku, seneng banget pas baca komen semuanya nyemangatin🥺

[✓] HITMAN | NorenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang