4

567 91 15
                                    

*6 tahun kemudian di ruang dimensi = 3 tahun kemudian di dunia nyata*

"Sudah 6 tahun aku berada di ruang dimensi yang berarti 3 tahun aku di dunia nyata. Jika kuingat-ingat lagi, saat pertama kali aku bertemu Duke Agnes itu saat aku sedang mencuri makanan dan di kejar-kejar oleh rakyat kekaisaran Algor, dan di waktu itu Duke Agnes, mau pulang dari kerajaan Algor setelah bertemu dengan kaisar yang bernama Roland Of Algor. Sebentar lagi tibalah saatnya aku bertemu denganmu ibu, satu-satunya orang yang menyayangi dan mencitaiku dengan tulus," ucap seorang gadis cantik bermata merah darah, rambut berwarna hitam legam sepinggang, bibir tipis dan kecil berwarna merah, bulu mata lentik, dan kulit seputih salju, ialah Arleta sambil mengingat kejadian dulu.

"Saat ini, aku Arleta akan memulai pembalasan dendam untuk orang-orang yang membuatku harus merasakan yang namanya mati mengenaskan, sambil menaklukkan hati para pria yang dapat dijadikan perisai untuk diriku. Hehehe," ucapku sambil terkekeh kecil dengan mata penuh akan rencana kelicikan.

Setelah itu aku pun keluar dari ruang dimensi. Sebelumnya aku sudah siap mengatur rencana-rencana dengan matang. Aku pun mulai menyusuri berbagai tempat di wilayah kerajaan Algor, tidak lupa membeli berbagai jenis makanan dan minuman yang menarik perhatianku. Setelah itu aku pun duduk sambil makan-makanan yang tadiku beli di sebuah taman yang terletak di tengah ibukota kekaisaran Algor.

Di taman aku melihat sosok Edgar, dia sedang duduk sambil melamun. Edgar adalah seorang Grand Duke muda di kekaisaran Algor. Orang tua Edgar sudah meninggal saat di berusia 16 tahun. Edgar mempunyai seorang adik laki-laki bernama Edfan, Dari ingatanku Edfan akan meninggal karena racun saat berusia 14 tahun. Edgar dan Edfan selisih 2 tahun, yang berarti 2 minggu lagi Edfan akan meninggal. Edgar adalah salah satu orang yang mencintai Irayna. Saat ini Edgar berusia 18 tahun.

"Sepertinya alam semesta lagi memihakku," ucapku sambil tersenyum misterius

Aku pun berjalan menghampiri Edgar dan duduk di sampingnya.

"Jangan banyak ngelamun, Kau tahu tetanggaku punya kuda, kudanya terus melamun," ucapku dan Edgar menoleh ke arahku.

"Kau tahu apa yang terjadi dengan kudanya?" Tanyaku dengan tampang sangat serius:

Edgar pun menggelengkan kepalanya. Aku pun menjawab.

"MATI." Kataku menekan kata mati.

Edgar yang mendengar ucapanku seketika menegang dan setelah beberapa detik ia pun menganggukkan kepalanya. Aku yang melihat itu pun lantas menyeringai. Aku pun memegang kepalanya dan menghadapkannya kearahku, dan aku pun berkata.

"Kalau lagi ada masalah cerita aja sama aku. Tenang aku dapat di percaya," kataku meyakinkannya.

"Saya punya adik, dia terkena racun yang tidak bisa di sembuhkan, saya sudah mencari tabib kemana-mana, tapi tidak ada yang berhasil menyembuhkannya," kata Edgar, dengan helaan nafas di akhir kalimat.

"Ada seorang tabib yang bisa menyembuhkan adikmu," kataku.

"Siapa? Kumohon kasih tahu saya siapa tabibnya, dan saya berjanji jika adikku sembuh kau boleh minta apapun itu," mohon Edgar.

"Nama tabibnya adalah tabib Longan. Dia tinggal di tengah hutan samping wilayah Ibukota kerajaan tetangga," kataku dan setelah itu pun aku langsung pergi.

"Sepertinya ini cuma jalan satu-satunya untuk mengeluarkan racun di dalam tubuh adikku," batin Edgar.

Pembalasan Dendamku Untukmu, IraynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang