Tidak ada apa-apa di taman. Hanya saja, mata elang Jay menangkap sebuah tangan manekin. Di tambah Giselle menemukan kaki manekin di semak-semak. Ini semakin aneh kala ada darah di perpotongan kedua bagian manekin itu. Mereka mengumpulkan kaki dan tangan itu di sudut taman.
Bagian taman sudah selesai. Mereka berinisiatif untuk menyusul Winter dan Jake. Sayang, lift mati.
"Jay, lewat tangga."
Ide yang bagus. Mereka langsung menuju tangga. Lagi-lagi ada halangan. Banyak sekali tumpukan sampah yang benar-benar menutupi tangga.
"Ugh, baunya."
"Mau coba cek?" tawar Jay.
Giselle hanya diam menatap Jay dengan tatapan tak percayanya. Lagipula untuk apa? Sampah hanyalah sampah, bukan?
Sebelum itu, Jay menggunakan sarung tangan terlebih dahulu. Terlihat jelas dari plastik sampah jika itu sangat lengket. Ah, talinya sulit untuk dilepas. Semakin tali itu lepas, semakin jelas baunya. Bau anyir. Ikatan terakhir, jantung Jay semakin berdebar.
"AGHH!" Jay terkejut.
"Manusia?"
Giselle mencoba untuk lebih memperhatikan benda apa yang ada di dalam plastik itu. Terlihat potongan-potongan bagian tubuh berlumur darah. Kebetulan ada ranting di sebelah tumpukan sampah. Giselle mencolek potongan tubuh itu. Keras, kemungkinan besar ini manekin.
"Manekin berdarah?"
"Entahlah, sekarang bagaimana?"
-----
Tiga kunci sudah di temukan. Masalahnya, mereka tidak tau untuk ruangan mana saja kedua kunci itu. Ya, tinggal 2 kunci yang belum di gunakan. Satu kunci sudah dipakai untuk ruangan yang ditemukan Jay.
"Aneh banget, masa manekin berdarah, ngagetin aja."
"Teriakanmu keras banget tadi. Lantai dua sudah kita cek semua, mau nyusul Kak Jake?" tanya Sunghoon.
Ningning langsung berlari meninggalkan Sunghoon menuju lift. Sudah biasa bagi mereka berdua saling meninggalkan. Hanya bercanda. Sampai di lift, Sunghoon dan Ningning benar-benar kecewa. Lift nya mati. Padahal, awal tadi lift itu masih bekerja.
"Ini kalo lewat tangga harus muter dulu dong?" tanya Ningning.
"Mau gimana lagi?"
Mereka langsung berlari menuju tangga. Untung saja tidak ada yang menghalangi kecuali pintu masuk yang menghubungkan tangga dan lantai tiga.
"Dikunci."
"Eh, ini dua kunci coba dulu."
Nice, terbuka. Hawa di sana semakin seram. Menyingkirkan pikiran negatif sembari mencari Jake dan Winter.
"Aduh, ada tangga ke atas. Aku ga berani keliling, Hoon."
"KAK JAKE!"
Panggilan itu hanya terpantul. Mereka masih berada di sekitar lift yang isinya terdapat Jake dan Winter. Mendengar panggilan yang menggema itu, Jake langsung menggedor-gedor pintu lift. Tentu hal itu membuat Sunghoon dan Ningning terkejut bukan main. Sunghoon langsung pergi menuju lift.
"Pantas saja kalian tidak ada. Apa pintunya tidak bisa dibuka?"
"Tidak bisa! Cepat cari linggis!"
Tanpa menjawab, Sunghoon langsung menarik tangan Ningning untuk mencari linggis.
"Woi woi woi! Aku hampir terjatuh!"
"Shhh, diem dulu." Bisik Sunghoon.
Ningning tentu terkejut ketika Sunghoon tanpa aba-aba membekap mulutnya. Mereka bersembunyi di balik tangga. Tepat setelah Jake menyuruhnya, Sunghoon melihat sebuah bayangan. Ia juga mendengar langkah kaki. Walau samar, tetapi langkah itu terdengar cepat. Dan benar saja, seseorang(?) baru saja lewat.
"Ningning, setelah 10 detik, jalan cepat ke lorong dia berasal. Oke?"
Ningning tak yakin. Tapi, mau tidak mau, ia harus ikut. Tiga, dua, satu. Mereka langsung pergi menuju lorong tersebut. Merasa aman, keduanya bisa mencari linggis dengan tenang. Nihil, tidak ada linggis sama sekali. Hingga mereka menemukan sebuah ruangan terkunci. Beruntung 1 kunci yang tersisa bisa membukanya.
"Sunghoon, itu apaan di pojok?"
Ningning melihat sebuah kotak kaca. Terlihat samar benda di dalamnya. Lonjong, terlihat berlendir, dan bergerak. Sunghoon memberanikan diri mendekati kotak itu. Hei, di bawahnya ada linggis.
"Hati-hati."
Sunghoon perlahan mengambil linggis tersebut. Seketika matanya terkunci kala melihat apa yang ada di dalam kotak kaca.
"Jantung?!"
Tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
Shooters
Action"Ck, apa yang bisa dilakukan gadis kecil sepertimu?" "Lihat saja nanti, kau akan berhutang nyawa padaku, Jake."