Sudden Mission: Choi Yeji

90 10 0
                                    

Don't forget to votment. Enjoy!

-----

Di dorm, Winter mendapat kamar untuk dirinya sendiri. Sedari latihan kemarin ia sangat lelah hingga lupa untuk membersihkan diri sebelum tidur. Jam telah menunjukan pukul 06.30. Terdengar suara pintu di ketok. Winter pun terbangun. Dengan lesu, ia mengintip dari door viewer. Giselle? Ia membuka pintu dan membiarkan Giselle masuk.

"Winter, kau baru bangun? Cepatlah bersiap! Kau dan salah satu anggota dari tim 009 di panggil Pak Steve!" Titahnya sembari mendorong Winter ke kamar mandi.

Winter menurut. Setelah siap, ia pergi menuju ruangan Pak Steve.

"Hari ini Ms. Choi Yeji, istri dari Mr. Yeonjun, akan berziarah ke makan ibunya. Jake dari tim 009 dan Winter dari tim 010 kawal Ms. Yeji. Pastikan semua aman dan selamat sampai tujuan. Winter, ini misi pertamamu, saya memilih kamu agar tidak terkejut dengan misi-misi lainnya nanti. Usahakan yang terbaik, oke?" Jelas Mr. Steve.

Semua sudah siap sekarang. 'Sial', satu kata yang berada di pikiran Winter. Overthinking Winter menjadi kenyataan. Suasana canggung menyelimuti tubuh Winter. Sekarang mereka sedang melewati jalan di tengah hutan. Kendaraan sangat minimalis di sini.

"Ah! Winter, kau anggota baru ya?" Yeji memecah keheningan.

"I-Iya Nyonya." Jawabnya gugup.

"Ahaha, tidak usah gugup begitu. Semoga kau nyaman bersama teman-temanmu yang lain ya."

Di pemakaman...

"Kalian bertiga tunggu di sini saja, aku akan ke atas sendiri." Tutur Yeji.

"Tapi Nyonya, Pak Steve menyuruh kami untuk-"

"Tidak tidak, kalian di sini saja, mengerti?" Ucapnya lalu menaiki tangga untuk sampai ke makam.

Akhirnya mereka bertiga menunggu di bawah. Supir menunggu di dalam mobil dengan pintu terbuka. Dan sekarang, mari kita lihat keadaan kedua insan yang baru saja bermasalah kemarin. Canggung. Entah ini hanya perasaan Winter saja atau tidak, Jake terkadang melirik ke arahnya. Winter sih tidak ambil pusing, ia mengambil ponsel dan bermain dengannya. Lima belas menit berlalu, Yeji tak kunjung kembali. Dari atas terdengar suara Yeji sedang memberontak (?).

"Nyonya?!" Mereka saling bertukar pandang.

"Pak di bagasi ada senjata, ambilah dan jaga di sini. Dan...Winter, ambil ini." Ujar Jake sembari memberi pistol pada Winter.

Dengan segera mereka naik. Memelankan langkah ketika sudah di ujung tangga. Yeji, ia sedang di bekap seorang pria yang memakai topeng. Seketika Winter ingin menarik pelatuk demi menembak si pria bertopeng. Tetapi tubuh Yeji menghalangi tubuh pelaku. Jake mendekat perlahan.

"Lepaskan Nyonya!" Ucapnya tegas.

Si pria bertopeng itu mengeluarkan bola kecil berwarna ungu dan membantingnya. Keluarlah asap tebal, membuat Jake dan Winter menutup wajah dengan lengannya. Setelah asap memudar, Yeji dan pria itu menghilang. Jake mengacak rambutnya. Tak ada pilihan lain, ia menggandeng tangan Winter. Mereka berdua masuk ke dalam hutan melewati jalan kecil. Si supir kasian nunggu lama :")

Di tengah hutan, bisa dibilang mereka tersesat. Banyak jalan bercabang. Winter benar-benar kelelahan karena terus ditarik dan otomatis harus menyesuaikan langkah besar Jake.

"Ya ampun, nggak usah narik-narik juga, aku capek..." Tutur Winter sambil terengah-engah.

"Lemah."

"Apa?! Dasar sombong! Padahal aku berniat untuk meminta maaf karena berbicara tidak sopan kemarin." Balas Winter.

Jake hanya memutar bola matanya malas. Ia lanjut menggandeng Winter dan terus mencari keberadaan Yeji. Di persimpangan, Jake baru ingat kalo dia membawa alat pelacak.

"Bisa-bisanya sih baru inget? Udah 15 menit muter-muter doang. Pak supir juga kasian nunggu." Kata Winter.

Jake tak menghiraukannya. Mereka berdua pun memperhatikan alat pelacaknya. Ada titik koordinat berwarna merah yang tak jauh dari titik pusat. Saling bertukar pandang untuk kedua kalinya, mereka yakin ini pasti pria bertopeng itu. Tunggu apa lagi, mereka segera berlari ke tempat titik merah berada.

Oke, sekarang mereka kelelahan. Dan apa yang di temukan? Jalan menuju makam. Tapi tentu saja mereka menemukan jejak pelaku. Darah berceceran membuat sebuah jejak jalan. Overthinking. Oh wait! Winter melihat dua orang dari kejauhan. Ia langsung lari meninggalkan Jake.

"Winter!" Jake berhasil menggandeng tangannya.

"Bilang dulu kalo mau lanjut!"

Lari, lari, dan terus berlari mengejar pelaku. Jake memukul kepala pelaku hingga pingsan. Yeji? Pingsan dengan darah di dahi serta luka di lengan dan kakinya. Dengan sigap, Winter menahan tubuh Yeji. Tak lupa Jake membuka topeng pelaku dan memfoto wajahnya. Selesai. Jake menyuruh Winter untuk menelpon supir demi menjemput mereka di jalan menuju makam.

-----

"Yeji!" Yeonjun memasuki Healing Room lalu memeluk erat tubuh istrinya itu.

"Kalian berdua, ikut ke ruangan saya. Saya butuh penjelasan!" Lanjutnya tegas.

Di ruangan Mr. Yeonjun, mereka menjelaskan sedetail-detail nya. Tak lupa Jake menunjukan foto pelaku.

"Lee Felix..." Lirih Yeonjun.

Jake dan Winter hanya bertatapan tak mengerti. Tersadar jika sedang terjerat dalam masalah mereka sendiri, keduanya langsung memalingkan wajah.

"Dia mempunyai dendam dengan Yeji. Dulu ayah Yeji menjebloskan kedua orang tua Felix ke dalam penjara karena kasus korupsi. Dia mengancam akan membunuh Yeji di kemudian hari. *Sigh* saya ingin dia di mendapat hukuman yang lebih dari apa yang ia lakukan. Tapi kadar hukum orang yang melakukan pembunuhan dan percobaan pembunuhan itu berbeda." Lanjutnya.

"Saya membawa pelaku dan saya yakin di penjara selama 20 tahun membuatnya jera." Ujar Jake.

"Lee Felix bukan orang yang mudah menyerah, Jake. Dua puluh tahun adalah waktu yang lama. Saya akan tetap berusaha menjaga Yeji." Balas Yeonjun.

Lee Felix akhirnya di bawa ke kantor polisi dan di hukum penjara selama 20 tahun.


Mission Accomplished











Tbc...

ShootersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang