Bag 6.

2.3K 252 36
                                    

~ Yohan? ~
.
.
.
.
.

Pagi tadi Karina memutuskan untuk berangkat lebih cepat dari biasanya, dikarenakan ia masih belum siap bertemu bundanya. Jadi kini ia dan Windy sudah berada di kantin sekolah, karena jujur saja Karina sangat kelaparan dan ia harus minum obatnya. Kadang kala ia heran tubuh ini bukan miliknya tapi kenapa malah dia juga merasakan sakitnya.

Saat para siswa yang berada kantin sedang sibuk menikmati makanannya, seorang siswa tiba-tiba datang dan berteriak dengan hebohnya.

"Woy Jonathan sama Haris baku hantam di lapangan, gilak seru banget woy!" teriaknya dengan nafas tersengal-sengal.

"Woy ayok lapangan-lapangan," ucap beberapa murid yang awalnya tengah sibuk makan.

"Rin ayok, kita juga harus nonton!" Windy menarik lengan sahabatnya, tanpa memperdulikan protestan sahabatnya.

"Buat apa sih win, bakso gue belum abis," sebal Karina.

"Udah ayok, lumayan dapet bahan ghibah," ucap Windy.

.
.
.
.
.

Mereka akhirnya tiba di lapangan indoor sekolah, disana sudah ramai para siswa yang bukanya memisahkan justru hanya menonton, bahkan ada yang menyaksikan aksi tidak terpuji itu dari lantai atas koridor kelas mereka.

Ketika Karina mendekat tampak Haris dan Jonathan yang sudah sama-sama terluka dan ada Aura ditengah-tengah nya.

"Itu kenapa bisa berantem?" tanya Windy.

"Ngga tau katanya sih ngerebutin Aura," ucap salah satu siswi disana.

"Enak banget ya jadi Aura, direbutin dua cogan," ucap siswi yang lain.

"Udah hiks.. Haris tadi aku cuma ngga sengaja ketemu sama Jonathan, jangan pukul dia lagi hiks..," Aura menangis tersedu-sedu mencoba meraih Haris.

"Lah pede amat cewe lu, dikira gue capek-capek berantem buat dia apa?" ucap Jonathan dengan santainya.

"Sama aja lo berdua," Jonathan berjalan mendekati Karina dan menarik tangannya menjauh dari kerumunan.

Sedangkan saat ini Haris hanya terdiam memandang kepergian Jonathan dan Karina, sambil mengepalkan tangannya tak lama ia pun pergi dari wilayah lapangan. Windy yang berusaha menyusul sahabatnya pun langsung ditahan oleh seseorang.

"Lah jadi ini bukan ngerebutin Aura, tadi dia bilang Haris sama Jonathan berantem karena dia ngga sengaja ketemuan sama Jonathan di perpus terus Haris langsung nonjok Jonathan," ucap salah satu siswa disana.

"Lah Halu  si Aura," ucap salah satu siswi penggemar Haris yang memandang sinis Aura.

Bisik-bisik menjelek-jelekkan nama Aura pun mulai terdengar. Membuat Aura menunduk menahan amarahnya.

Flashback on.

Saat ini Jonathan tengah berjalan santai di pinggir lapangan, namun tiba-tiba saja sebuah pukulan mendarat di wajahnya dan pelakunya adalah Haris.

"Woy mabok ya lo, tiba-tiba mukul orang," ucap Jonathan dengan tidak santainya.

"Lo pacaran sama Karina?" tanya Haris dengan sedikit berteriak.

"Kalo gue pacaran sama Karina emang kenapa hah?" balas Jonathan.

"Lo ngga boleh pacaran sama Karina," ucap Haris.

"Lah apa urusannya sama lo, mau Karina pacaran sama siapa aja ya terserah dia dong. Kok lu  yang sewot," Jonathan berucap dengan wajah mengejek.

Haris langsung maju untuk menonjok kembali Jonathan namun Jonathan lebih dahulu menepisnya, dan membalas dengan sebuah bogeman pada wajah Haris. Saat itulah Aura datang ia mendengar kata-kata Haris dan Jonathan mengepalkan tangannya. Karina lagi Karina lagi, ia benci Karina yang telah mengambil seluruh atensi orang-orang yang disukainya.

Tiba-tiba saja Aura menangis, ia berteriak meminta tolong pada orang-orang menyebabkan datangnya banyak kerumunan siswa.

Flashback off.


Saat ini Haris tengah menenangkan diri di rooftop, entah kenapa akhir-akhir ini Haris merasa ada yang aneh pada Karina, Karina tak lagi menempelinya. Jujur ia sangat tak suka Karina berdekatan dengan lelaki manapun selain dirinya, karena Karina adalah teman masa kecilnya dan ia tau jika Karina tak pernah dekat dengan laki-laki lain selain dirinya. Dan kedekatan Karina dengan Jonathan membuatnya tak terima.

Dulu ketika masih kecil Karina adalah anak yang cukup pendiam, sehingga ia hanya memiliki Haris sebagai temannya. Dulu ibunya sangat dekat dengan Karina karena ibunya sangat ingin punya anak perempuan, bahkan ibunya lebih memperhatikan Karina dibandingkan dirinya. Hal itu membuat Haris merasa iri dan mulai menyalahkan Karina. Bahkan saat ibunya akan menghembuskan nafas terakhirnya, orang yang ia cari adalah Karina.

Puncaknya ketika mereka masuk sekolah menengah atas, Karina mulai terus menempelinya bahkan mengubah gaya bicaranya menjadi sok imut membuat Haris semakin jijik padanya. Lalu ia bertemu dengan Aura gadis yang tampak jujur dan polos, ia tertarik pada Aura dan memaksanya menjadi pacar pura-pura nya untuk menyingkirkan Karina yang terus-menerus membuatnya risih.

Sekarang cara itu sepertinya berhasil, namun entah mengapa melihat Karina yang kembali menjadi Karina yang pendiam membuatnya merasakan hal yang berbeda pada Karina yang sekarang. Dan saat ini ia menginginkan Karinanya lagi.

.
.
.
.
.

Di sisi lain, Jonathan ternyata menarik Karina ke UKS.

"Lepasin njing!" Ucap Karina.

"Obatin luka gue!" Perintah Jonathan.

"Dih lo yang berantem kenapa jadi gue yang susah-susah," sebal Karina.

"Tuh anak PMR banyak yang nganggur," tunjuk Karina, pada petugas PMR yang tengah memasang raut wajah takut.

Bagaimana tidak, duo tukang bully kini berdiri dihadapan mereka. Jonathan menggerakkan tangannya seperti gesture mengusir, membuat semua petugas PMR yang berjaga di uks langsung berhamburan keluar.

"Btw, gue jadi gini karena lo, jadi lo harus tanggung jawab," ucap Jonathan.

"Cepet elah, sakit banget nih," ucap Jonathan lagi ketika tidak mendapat pergerakan dari Karina.

Dengan terpaksa Karina mengeluarkan kotak p3k yang ada diatas lemari UKS dan mengobati luka-luka Jonathan.

"Dari dulu lo emang jago ya ngobatin orang," ucap Jonathan sambil tersenyum ke arah Karina yang mengobati lukanya dengan telaten dan sangat hati-hati.

"Hmm?" Karina menatap bingung Jonathan.

"Panggilan untuk Haris Dion Baskara dan Jonathan Putra Mahendra silahkan menghadap ke ruang BK," mendengar namanya disebut Jonathan langsung misuh-misuh tidak jelas.

"Mampus," ucap Karina, tersenyum mengejek.

Jonathan mendengus dan dengan terpaksa melangkahkan kakinya pergi dan disusul Karina.

.
.
.
.
.

"Rin lo pulang sendiri ngga papa?" Pertanyaan yang sama kembali Karina dengar dari mulut Windy.

"Iyaa Windyy, lo udah tanya berapa kali coba," ucap Karina tidak santai.

"Hehe ya abis kita udah jarang pulang bareng," ucap Windy.

"Baru juga dua hari ngga pulang bareng, ngga usah lebay lah," ucap Karina dengan wajah datarnya.

"Ya udah kalo gitu, gue tinggal ya. Tuh ayang gue dah jemput," ucap Windy sambil tersenyum malu-malu.

"Iye udah sana, senep gue liat muka lo," julid Karina.

Setelah Windy meninggalkannya kini Karina berjalan sendirian kearah halte bis, namun tiba-tiba atensinya tertuju pada sesosok orang yang sangat ia kenal. Karina terkejut sekaligus bahagia, tanpa ragu ia berjalan mendekati laki-laki itu.

"Yohan!" Ucapnya sambil memeluk laki-laki bernama Yohan itu.

"Gue kangen banget sama lo," ucap Karina yang kini berlinang air mata.

Bersambung...

Vote untuk next!!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antagonis CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang