Bag 5.

1.7K 175 11
                                    

~ Bunda Rena ~
.
.
.
.
.

Sudah sebulan Karina berada di dunia novel sialan ini, dan terhitung sudah belasan kali dalam sebulan ia mengalami mimisan. Ingin rasanya ia cepat-cepat menyelesaikan misinya dan kembali ke dunianya, namun ia sama sekali belum menemukan petunjuk apapun.

Alhasil di hari libur ini, ia memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya sejenak dari alur novel tak jelas ini, Karina memilih untuk mengunjungi sebuah cafe baru didekat sekolahnya. Baru saja mendudukkan dirinya di salah satu kursi di cafe itu, ia melihat pemandangan dua orang yang tengah bergandengan tangan mesra memasuki cafe. Mereka tersenyum bahagia, dan salah satu diantara keduanya adalah seseorang yang sangat Karina kenal.

Karina mengeluarkan ponselnya dari dalam tas kecil yang ia bawa dan memotret kedua orang itu.

"Baru aja mau putus asa, malah dateng dengan sendirinya," gumam Karina, mengeluarkan seringaian cantik diwajahnya.

.
.
.
.
.

Hari ini adalah hari Senin, hari yang paling tidak disukai hampir semua murid yang bersekolah maupun para pekerja kantoran. Sama halnya dengan Karina hari ini ia sudah sangat malas untuk berangkat sekolah, pasalnya bundanya menyuruhnya untuk mencoba mendekati Haris lagi.

Flashback on.

"Karina!" Panggil bundanya.

"Ibu lihat kemarin Aura pergi jalan-jalan bersama Haris,"

"Kenapa bisa anak wanita perebut itu bisa mendapatkan Haris, pewaris keturunan keluarga Baskara!"

"Ibu kan sudah sering bilang padamu, jangan sampai para parasit itu merebut semua yang kita punya,"

"Tapi Bun...," Belum selesai Karina berkata bunda Rena sudah lebih dulu menyela perkataannya.

"Haris itu seharusnya menjadi milikmu, karena kalian sudah bersama sejak kecil. Para pengganggu itu datang dengan mudahnya merebut apa yang kita punya,"

"Jadi kita harus merebut kembali semua yang sudah mereka ambil, jangan sampai mereka bahagia karena telah merusak harga diri kita."

"Karina kamu mengerti kan maksud bunda, ini semua demi kamu," bunda Rena tersenyum sambil memegang erat kedua pundak Karina.

Saat Karina hendak mengeluarkan suara, bunda Rena sudah lebih dulu memberinya tatapan dingin.

Flashback off.

Sekarang ia mengerti sepertinya Karina yang asli pun tak menyukai Haris, ia mendekati Haris karena perintah ibunya. Lalu sekarang ia harus bagaimana? masa iya dia harus caper ke Haris? tapi jika tidak dituruti ia akan dipukuli lagi oleh bunda Rena, seperti hari saat ia mendapat nilai 93 pada ulangan fisika kemarin.

Tanpa sadar Karina malah melamun di sepanjang perjalanan, dan tak mendengarkan ocehan Windy.

"Rin..., Karina. Lo denger ngga sih?" Kesal Windy.

"Hah, eh apa?"

"Hah lo mah, gue udah cerita panjang kali lebar sampe berbuih ngga lo dengerin sama sekali," Windy menghentakkan kakinya kesal.

"Ya maap," cengir Karina.

"Apaan tadi yang lo bilang?" tanya Karina.

"Hah ga jadi deh, dah capek gue," ucap Windy kesal.

"Ngomong-ngomong lo kenapa dah banyak ngelamun akhir-akhir ini. Lo lagi ada masalah, tentang bunda lo?," tanya Windy.

"Lo tau?,"

"Ya tau lah, kita temenan udah lama Rin. Kenapa sih bunda lo ga cerai aja biar makan Ari tiap hari," ceplos Windy.

Meski perkataan Windy ceplas-ceplos tapi semua yang ia katakan memanglah kebenaran, ya tapi Karina juga tak tau bagaimana cara membujuk bundanya yang keras kepala itu. Karina sibuk memikirkan ucapan Windy barusan, hingga tak terasa ia sudah sampai didepan kelasnya.

Antagonis CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang