Pasrah

1 0 0
                                    


Aku tak pernah tahu

siapa dia, dimana keberadaanya

tapi aku yakin dialah insya'allah menjadi takdirku

Hari ini Ersand ada rapat aliansi di luar kota sekaligus akan mengahdiri pernikahan Akbar lusanya. 

Jam menunjukan pukul 09.00 diapun sudah siap dengan jas hitam, kemaja putih, dengan celana yang senada dengan jasnya. Memang kalau sudah begini siapa yang mampu menolak laki-laki berusia 30 tahun ini. Rencana pagi ini dia akan mempir ke kampus terlebih dahulu untuk memberikan tugas kepada mahasiswanya, karena memang hari ini juga bertepatan dengan jadwal dia mengajar.

"Assalamu'alaikum, selamat pagi"

"wa'alaikumsalam selamat pagi pak". Semua indra pengamatan mahasiswi tertuju pada subjek itu

"Masya'allah saya siap di ajak ke KUA pak," celetuk mahasiswa yang berada di pojok dengan jilbab warna pink, celana jinz denim, dan kaos senada dengan jilbabnya

"hus, diam gk pantas tahu!, di batin aja" sahut mahasiswa disebelahnya mengintruksikan untuk mengucap kata itu dalam hati.  Ersand mendengar bisik2 di belakang langsung menatap ke dua mahasiswa teresbut

"Ada yang mau di tanyakan ?" seketika dua perempuan tersebut langsung terdiam.

"Baiklah saya akan lanjutkan. mohon maaf hari ini saya tidak bisa membersamai kalian dalam belajar, karena saya ada tugas di luar kota. untuk itu hari ini saya akan mengganti tugas dengan laporan observasi terkait materi yang saya sampaikan kemarin". semua mahasiswa langsung serentak menyetujui tugas yang Ersand berikan. " Saya tutup perkuliahan pada pagi hari ini, selamat mengerjakan tugas dan wassalamu'alaikuam wr wb".

"Pak maaf, bapak pulang dari luar kota kapan ya pak" tanya salah satu mahasiswi yang berada di dekat pintu keluar

"insya'allah 3 hari lagi".

"baik pak terimkasih"

"En untung Cuma 3 hari coba kalau sebulan mungkin aku akan pulang kampung saja"

"aku juga sama, soalnya beliau salah satu alasan aku rajin ngampus hehe" Ersand pun berlalu dari ruangan kelas itu menuju tempat parkir dosen.

Hari ini ia berangkat bersama pak Aris dosen sekaligus ketua jurusannya. Sepanjang perjalanan mereka membahas bebagai topik terkait pertemuan yang akan dilakukan hari ini. Pak Aris merupakan sosok yang tegas, tertib, berwibawa, dan menurut sebagian mahasiswa tergolong dosen killer. Namun  bagi Ersand beliau adalah taman sekaligus senior yang bijak. Setalah perbincangan cukup lama, akhirnya sampailah pada topik bahasan pribadi

"Bagaimana pak sudah ada calon??" ucap Aris santai, sambil mengambil permen yang ada di dashbord mobil. Hari ini mereka berangkat dengan mobil Ersand, dan memang selalu di mobilnya sedia permen biar tidak ngantuk saat perjalanan jauh katanya. Harap maklum pembaca yang budiman, ia sngle jadi kemana2 seringnya sendiri. Ia hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Aris setelah dua detik ia baru menjawabnya

"do'anya saja pak, semoga tahun ini di mudahkan?

"Aamiin, sudah ketemu nih ceritanya dengan penggenap. Wah bakal jadi hari patah heart sekampus nih hehe..." kekeh Aris, sudah bukan rahasia lagi kalau Dosen muda di jurusannya ini menjadi idola mahasiswa bahkan rekan seprofesi, jadi wajar jika Aris menyampaikan hal itu.

"hehe belum pak, pandongane mawon nggih?"

"jangan pilah-pilah pak sebenarnya saya yakin banyak gadis yang menginginkan jenengan, sebenarnya jenengan tinggal pilih yang mana pasti mereka hayuh gitu saja. Mau yang seumuran atau yang dibawah usia panjenengan tinggal pilih" Ersand fokus menyetir sambil mendengarkan wajangan dari seniornya, setelah melewati tikungan Aris melanjutkan ucapannya "sebenarnya saya ada calon buat jenengan, tapi saya ragu soalnya kan saya belum tahu keriteria Pak Ersand seperti apa, seperti Citra Kiranakah, Nikitawilly, Anisa Subandono atau siapa hehe. Biar saya bisa mengukur kira-kira dia pantas tidak buat Pak Ersand" Ersand ikut  tertawa mendengar ungkapan seniornya itu.

"ini ndak harus dijawabkan pak?" ucapnya bercanda

"wajib hukumnya bagi seorang muslim menikah, jd saya wajibkan Pak Ersand untuk menjawabnya" ucap Aris dengan senyam dan nada lembut penuh pengertian.

"saya tidak memiliki keriteria untuk pasangan. Saya takut membuat kriteria tapi sang pemilik takdir tak meridhainya. Cukup dia yang mampu menerima saya apa adanya mampu bersama mengarungi bahtera kehidupan ini hingga kita bersama dapat meraih jannahnya" ulas Ersand dengan penuh makna

"Masya'allah baru kali ini saya menemukan jawaban bijaksana, banar kata pak Ersand. Saya saja yang sudah menikah kadang terpikir kenapa tuhan baik sekali menggenapkan Bu Indri untuk pelengkap hidup saya. Coba tuhan dulu hanya mengijabah permintaan kriteria saya, inalillah pasti tidak bisa dibayankan rumitnya. Untung tuhan tahu yang saya butuhkan bukan sekedar yang saya inginkan, bahkan tuhan terlalu baik mencipkataknnya untuk saya" ucap Aris dengan rasa syukur.  Yang di balas senyum oleh Ersand

Mungkin dari segi lahiriah pengalaman Aris yang paling dalam, secara dia sudah menikah dan memiliki dua orang momongan yang kini beranjak remaja. Tapi jangan salah Ersand adalah sosok pemuda yang dewasa pemikirannya meski dalam segi pengalaman masih di bawah Aris tapi ia tahu apa hakikat kehidupan yang sebenarnya ingin ia tempuh.

You are the OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang