Do'akan saja untuk takdirnya

26 3 3
                                    

Manusia adalah wayang tuhan

apa yang perlu dirisakukan

jika sudah ada yang menentukan.

@Ersand

Jodoh, rejeki, dan maut adalah misteri terbesar seorang hamba yang entah kapan namun pasti akan menemuinya. Menunggu sembari ikhtiar memperbaiki diri dalam mempersiapkan takdir itu adalah langkah terbaik seorang hamba akan kepastian itu. Tak perlu merisaukan perkara yang gaib karena jika tiba masanya, misteri itu akan terbongkar entah itu akan menggembirakan atau mengecewakan jalannya, itu bergantung diri dalam menerimanya dengan syukur dalam batinnya atau malah mengingkari dan merutukinya.

Tiga puluh tahun dalam masa penantian seorang pemuda awam akan jodohnya bukanlah waktu yang sebentar, berbagai macam pertanyaan dalam bentuk introgasi, do'a, sindiran sepertinya sudah hampir seperti makanan setiap hari yang siap menjejali pikiran. Namun tidak dengan Ersand seorang dosen muda dengan usia yang relatif matang, menjalaninya dengan senang hati dan tanpa beban sedikitpun, karena dia percaya bahwa ketetapan-Nya akan hadir dengan sendirinya tanpa harus memaksakan takdir untuk mempercepat atau memperlambatnya. Tak usah mengurusi takdir hingga lupa akan kodrat seorang hamba. Lebih baik ikhtiar memperbaiki diri agar ketetapan yang ada akan membawa diri untuk semakin dekat dengan cinta yang hakiki. Toh dalam Surat An-Nisa ayat 26 sudah jelas di sebutkan bahwa :

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula"

Untuk itu yang perlu disiapkan agar memperoleh serpihan rusuk dengan kualitas terbaik cuma satu persiapkan diri untuk menjadi peribadi yang lebih baik. Bukankah sebuah tanaman berkualitas itu tumbuh di tanah yang berkualitas pula, dan bukankah ikan dengan protein terbaik hidup di habitat yang baik pula. Ingat semua tidak akan tertukar apalagi ketikung yang lain, karena jodoh tahu rumahnya kok beneran.

"Assalamu'alaikum pak dosen, pebisnis sukses dan jaksa muda, sorry sudah bikin nunggu hehe, tadi ada gangguan sedikit soalnya" sapa Danny dengan cengir khasnya seperti tak berdosa pada Ersand, Hermawan, dan Ovan yang menunggunya sejak lima belas menit yang lalu. Coffee shope bernuansa minimalis modern dan cozy dilengkapi interior berbahan kayu, metal dan sofa dengan beberapa ornamen pot-pot hijau menjadi pilihan mereka berempat untuk melakukan temu kangen mumpung masih di zona waktu yang sama.

Denny, Ersand, Govan, dan Hermawan dulunya tinggal sekos, sekampus, dan seorganisasi, sejak masih di Jogja tepatnya pada abad dimana Mi instan adalah menu pokok pada tanggal dengan bilangan terbanyak tiap bulannya. Namun sekarang sudah beda ceritanya qodarullah mereka menjadi orang-orang sukses dan insya'allah berkecukupan, meski dua diantaranya masih belum cukup soal batin karena masih dalam pencarian serpihan rusuknya.

"wa'alaikumsalam, padahal semenit lagi kalau belum datang aku mau caw dari sini lo bang " ucap Ovan dengan nada bercandanya. Ovan adalah anggota paling muda diantara mereka berempat, dilahirkan dari keluarga terpandang tidak membuat pria dengan tubuh sedikit berisi ini menjadi manja dan sombong, melainkan sebaliknya ia hidup dengan sederhana, ramah, dan rendah hati sekali sehingga wajar di usia 27 tahun ia sudah menjabat sebagai jaksa di kota yang terkenal dengan empek-empeknya.

Kalau gak dapat ersand, Ovan juga boleh ini mah...

"Untung kurang 10 detik aku dah sampai ya haha" sambil melangkah ke kursi yang ada tepat di depan Ersand.

"eh gimana kabarnya kalian, terutama antum Sand dan dedek gemes kita Ovan, sudah ada tanda-tanda jodoh belum masa ganteng-ganteng belum laku sih hehe" kekeh Denny

You are the OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang