Menikmati Kesedihan

5 0 0
                                    

Seperti apa kata lagu Band Sore. Cinta itu sebenarnya sederhana, hanya saja kita yang menjalankannya dengan rumit.

Malam ini Nona dan Kana sengaja tidur larut karena harus menenangkan Luna yang sedang berduka karena putus cinta.

Kana yang sudah selesai dengan laporan bulanannya kini melanjutkan membaca buku bacaannya yang baru ia beli dua hari lalu. Sedangkan Nona, ia sibuk dengan handphonenya yang terus menerus berbunyi notifikasi pesan masuk.

"Lagi ngapain sih? Berisik banget notifnya" tanya Kana yang mulai terganggu dengan notifikasi Nona.

"Ini temen-temen SMA aku pada mau ngajakin kumpul, jadi kita lagi ngomongin ini mau kapan dan dimana kumpulnya" sahut Nona.

"Alah paling juga gak bakal jadi" celetuk Kana ketus.

"Ih kok gitu sih ngomongnya?!" Tanya Nona kesal.

"Iya biasanya kan apapun yang direncanakan itu tidak akan pernah jadi" sahut Kana.

Nona hanya melirik sinis ke arah Kana. Pasalnya moment seperti ini adalah moment yang sudah ditunggu lama oleh Nona.

Tidak lama kemudian pintu kamar mereka terbuka tanpa ketuk. Terlihat sosok gadis kecil yang ditunggu dari tadi datang dengan wajah yang lesu, mata sembab, hidung memerah, dan berjalan lunglai menghampiri Nona dan Kana.

"Mandi dulu baru naik ke kasur" ucap Kana padat dan jelas.

Luna melihat ke arah Nona. Nona hanya menganggukkan kepala dan mengedipkan matanya dengan lembut pertanda bahwa Luna harus mengikuti apa kata Kana.

Luna membalikkan badannya dan berjalan ke arah kamar mandi. Nona dan Kana pun melanjutkan kesibukannya masing-masing.

Sepuluh menit telah berlalu. Luna keluar dari kamar mandi dengan menggunakan pakaian tidur yang ia dapatkan dari Kana dua tahun lalu sebagai hadiah untuk Luna. Rambut panjangnya yang basah berselimut handuk dengan tegak di atas kepalanya.

Tanpa kata Luna langsung merubuhkan tubuhnya di kasur. Tepat di tengah-tengah antara Nona dan Kana. Nona dan Kana yang menyadari itu langsung menghentikan kesibukan mereka. Nona mematikan handphone nya dan meletakkannya di atas meja. Sedangkan Kana, ia simpan kembali buku bacaannya di laci meja dia.

"Mau nangis dulu atau mau cerita dulu?" Tanya Kana.

Nona dengan refleks menyentuh tubuh Kana seakan memberi tanda bahwa Kana tidak boleh menggoda adiknya yang sedang sedih.

Dengan lembut Nona mengelus rambut Luna yang sedang menangis. Yang membuat tangisan itu menjadi lebih sesak tanpa kata, dan hanya suara tangis dari Luna. Hal tersebut menjawab dengan jelas dari pertanyaan Kana bahwa Luna memilih untuk menangis terlebih dahulu baru cerita.

Kana yang mulai tidak tega melihat adiknya terisak kini memeluk Luna dari belakang hingga badan Luna tertindih olehnya.

"It's okey dek. Semua akan baik-baik aja kok. Ada kita disini. Nanti kita bantuin kamu cari pacar yang lebih baik lagi, yang lebih ganteng dan lebih kaya dari Reno" bisik Kana dalam pelukannya.

Luna menggerakan badannya hingga membuat Kana terbangun. Luna membalikan tubuhnya dan bangun dari tidurannya yang sudah membuat bantal guling milik Nona basah karena air matanya.

"Minum dulu nih" Nona memberikan segelas air putih agar Luna lebih tenang.

Setelah meminumnya, Luna di ajarkan teknik relaksasi diri dengan mengatur nafasnya oleh Kana. Setelah Luna terlihat lebih tenang Nona membuka pembicaraan.

"Jadi kali ini masalahnya apa?" Tanya Nona lembut.

"Reno selingkuh kak" jawab Luna pelan dan tenang.

Mendengar jawaban Luna, Kana hanya bisa menghela nafasnya. Ia mencoba mengatur emosinya agar tidak berkata kasar. Kana adalah orang yang sangat membenci tentang perselingkuhan. Bahkan ia pernah bersumpah pada dirinya untuk tidak akan memaafkan siapapun yang sudah menyakiti hatinya atau orang-orang terdekatnya karena diselingkuhi.

Lalu Luna menceritakan semua kejadian yang membuat dirinya curiga kepada Reno akhir-akhir ini. Sampai pada ujungnya, Luna menemukan bukti kalau Reno selingkuh darinya.

"Dek, dalam sebuah cerita percintaan wajar bila ada rasa bahagia dan sakit hati. Tapi satu yang harus selalu kamu ingat ya, dua hal tersebut tidak boleh dirasakan berlebih. Itu tidak akan baik." Ucap Nona.

Luna hanya terdiam dan menikmati tangisannya.

"Aku mau tanya deh. Kamu nyesel gak mutusin dia?" Tanya Kana.

"Engga kak" jawab Luna singkat dengan suara berirama sesak.

"Kalau kamu gak nyesel berarti kamu normal. Tangisan malam ini itu adalah bukti kalau kamu adalah anak baik yang sudah menyayangi orang lain dengan hati tanpa minta balas yang sama." Ucap Kana.

"Udah sekarang kita nikmatin aja kejadian ini yaa. Kita syukuri rasa sedih kamu ini" lanjut Kana.

Kana beranjak dari tempat tidurnya dan mulai menyalakan televisi. Ia membuka YouTube dan mencari play list lagu-lagu galau untuk menemani mereka menikmati kejadian malam itu.

Dan malam itu, mereka bertiga sangat menikmati Kesedihan Luna. Bernyanyi meneriaki isi hati lewat lirik-lirik lagu yang mereka pahami. Mencoba melupakan kejadian hari ini yang sedang mereka lewati. Dengan senyum, mereka menertawakan rasa sakit ini.

Perpisahan memang bukanlah hal yang mudah dalam kebersamaan apapun itu bentuknya
Mengenalinya atau tidak mengenalinya pasti akan ada rasa sedih jika melewati perpisahannya

Lalu setelah hari ini. Pasti akan terlihat jelas betapa hebatnya kita saat bersama.
Namun hidup itu pilihan bukan?
Apapun jalannya, kita harus tetap melangkah.

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang