Prioritas

14 1 0
                                    

"Kak" panggil Kana yang mengetahui kalau Nona belum tidur.

Nona diam saja. Kini ia memiringkan tubuhnya untuk membelakangi Kana.

Kana yang menyadari bahwa kakaknya ini sedang menghindarinya pun langsung menarik nafasnya dengan dalam.

Langit-langit kamar Kana pandangi dengan tatapan penuh dengan bingung. Kana berfikir keras jawaban apa yang akan ia jelaskan ke kakaknya ini.

"Aku tahu kakak belum tidur, kakak ngehindarin aku juga kan karena tadi aku malah fokus ke handphone dari pada kakak? Aku minta maaf kak" ucap Kana.

Nona tidak menjawab. Kini tubuhnya terdiam, seolah-olah menunjukkan kalau dia sudah tertidur.

Kana yang menyadari kalau Nona tidak menanggapinyapun melihat ke arahnya lagi.

"Kak. Jangan diem dong" panggil Kana yang mulai menghampiri tubuh Nona.

Kana menibani tubuh Nona untuk memastikan apakah Nona sudah beneran tidur atau belum. Kana melihat baik-baik wajahnya Nona, ia pandangi dengan seksama mata kakaknya itu.

"Ah. Kakak mah pura-pura tidur. Kesel dah, kalo bete gitu banget kebiasaan" ucap Kana kesal.

Kana mengubah tubuhnya ke posisi semula. Rebahan di samping Nona dan memandangi langit-langit kamarnya lagi.

"Kak" panggil Kana sekali lagi.

"Kalo aku gak ngizinin kakak untuk nikah sekarang, gimana?" jawab Kana dengan lirih.

Nona yang masih membelakangi Kana membuka matanya. Matanya penuh dengan banyak tanda tanya akan jawaban adiknya itu.

"Kakak tanya kenapa?" ucap Kana.

"Aku masih mau sama-sama terus sama kakak kak. Aku masih belum siap sendirian ngejalanin hidup aku di usia yang lagi rawan ini. Aku tahu, kalau sudah ada lelaki yang datang untuk melamar kita itu tidak boleh di tolak. Tapi aku belum siap buat ditinggal kakak. Kakak tau kan, kakak itu segalanya buat aku" lanjut Kana.

Nona masih saja terdiam. Kini matanya berlinang air mata. Badannya masih membelakangi adik kesayangannya itu.

"Kak" panggil Kana lagi yang melihat tubuh Nona masih belum ada perubahan.

Kini Kana memiringkan badannya ke arah Nona. Ia pandangi tubuh kakaknya itu dengan wajah bersalah. Matanya yang mulai berlinang air matapun tidak sanggup ia tahan. Air mata itu menetes di pipinya yang beberapa menit lalu menciptakan sebuah senyuman karena sebuah video.

Kana memeluk tubuh Nona dari belakang. Ia dekap dalam-dalam tubuh kakak tersayangnya itu. Sesekali Kana menarik nafasnya yang terasa sesak karena tangisannya yang keluar tiba-tiba itu.

"Maafin aku kak. Aku belum siap. Luna ngizinin kakak dan aku belum siap ditinggal kakak. Semua keputusan ada di kakak sekarang. Bahagia kakak, kakak yang nentuin. Bahagia kakak, itu tanggung jawab kakak. Aku gak bisa ngejamin kalau aku bakal bisa terus bikin kakak seneng kak" ucap Kana menangis.

Nona yang mendengar penjelasan panjang lebar Kana itu juga ikut menangis. Apa yang Kana jelaskan itu sama persis dengan apa yang Nona tebak.

Memang sebelum pertanyaan ini Nona lontarkan ke kedua adiknya ini, Nona sudah memperkirakan kalau Kana tidak akan mengizinkannya dan Luna pasti akan memberi izin. Dan ternyata itu semua sesuai dengan tebakan Nona.

Mendengar suara tangisan Kana yang semakin sesak, Nona membalikkan tubuhnya ke arah Kana. Ia pandangi Kana yang sedang sesegukan menangis dengan matanya yang terpejam dan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.

"De" panggil Nona lembut sambil mengusap air mata di pipi Kana.

Kana terdiam. Bahkan tangisannya semakin menjadi. Kini Nona berusaha menenangkannya, ia peluk adiknya itu dengan penuh kasih sayang.

Pelukan Nona membuat Kana semakin membaik. Lama kelamaan suara tangisan Kana mereda. Nona melepaskan pelukannya, ia lihat wajah adiknya itu dengan penuh rasa cinta.

"De" panggil Nona lagi dengan lembut.

Kini Kana sudah bisa menatap kakaknya itu. Walaupun sisa-sisa air matanya masih membasahi wajahnya yang manis itu.

"Maafin aku kak" ucap Kana.

Nona tersenyum. Kini Nona merasa bersalah karena sudah menanyakan hal itu kepada kedua adiknya ini. Nona memeluk tubuh Kana lagi. Dalam baring, Nona dan Kana berpelukan dengan penuh rasa bersalah.

"Kamu gak salah sayang. Gak perlu minta maaf. Aku yang seharusnya minta maaf. Sebenarnya aku tahu kalau jawaban kamu akan seperti ini, tapi aku nekat menanyakannya. Maafkan aku ya" ucap Nona.

Kana terdiam. Air matanya masih saja mengalir walau sekarang sudah mereda.

"Aku akan ngomong sama Dimas untuk nunggu aku sampe aku bisa ngasih bekal banyak ke kamu dan Luna sebelum aku pergi" jelas Nona.

"Jangan kak" sahut Kana melepaskan dirinya dari pelukan Nona.

"Gak apa-apa sayang. Kamu prioritas aku. Kita kan sama-sama tahu kalau jodoh, rejeki dan maut sudah ditakdirkan. Kalau memang Dimas jodoh aku, pasti dia mau nunggu aku. Sambil aku juga akan memperkenalkan dia sama kamu dan Luna dulu." lanjut Nona menjelaskan.

"Kak.. aku sayang kamu" ucap Kana yang lagi-lagi memecahkan tangisannya dipelukan Nona.

Aku tahu, kamu sesayang itu padaku yang lemah ini. Aku yang masih belum berani berjalan sendiri tanpa kamu. Aku yang masih takut kepada dunia bila tanpa dirimu. Dan kamu, masih selalu bersemangat walau lelah melakukan apapun untukku. Maafkan aku yang masih saja hanya dimulut berkata takut kehilanganmu tanpa bukti nyata. Aku menyayangimu kak.

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang