Kana Takut Bahaya

30 1 0
                                    

Di dalam ruangan gelap tidak bercahaya. Kana merenungkan diri meratapi kesedihannya. Di pojokan kamar Kana merengkukkan badannya, ditemani oleh instrumen biola dari kaset tua milik almarhum kakeknya.

Sendiri
Di dalam ruang gelap tak bercahaya ini
Aku sendiri
Meratapi kesedihan yang tidak aku mengerti

Yang ku tahu hanya satu
Di luar sedang ada bahaya
Tetapi aku tidak bisa melakukan apa-apa

Suara langkah datang dari luar yang sedang Kana takutkan. Tetapi langkah itu menghadirkan ketenangan baginya. Mendatangkan harapan agar kesedihannya itu sirna bersama jejak langkahnya.

"Dek, buka pintunya"

Itu suara Nona. Perempuan cantik berambut panjang yang selalu dibiarkannya terurai jatuh dengan indah. Terkadang kaca mata menjadi penghias wajahnya yang manis.

Kanapun langsung bergegas membuka pintu kamarnya saat dia tahu bahwa Nona mendatanginya.

Kana memeluk tubuh mungil Nona dengan erat. Sangat erat dan semakin erat. Berharap mendapatkan ketenangan dalam pelukan. Kana menangis dengan sangat kencang. Seolah ia sedang membuang segala rasa yang dia pendam tanpa kejelasan. Nona pun membalas pelukan Kana dengan erat. Bahkan lebih erat.

"Semua akan baik-baik saja dek"

Kana melepas pelukannya. Nona menghapus air matanya yang mengalir deras membasahi wajah manis Kana yang selalu menampilkan keceriaan. Nona tersenyum dan kembali berkata

"Semua akan baik-baik saja sayang"

Kana membalas senyumannya.

"Aku menyayangimu kak"

"Aku tahu itu" sahut Nona bersama senyuman manisnya.



Hanya dengan pelukan aku merasakan kenyamanan
Hanya dengan melihat senyummu, aku mendapatkan ketenangan
Itu sebabnya mengapa Tuhan mempertemukan kita untuk sebuah tujuan
Karena Tuhan tahu kalau kita saling membutuhkan



"Kamu kenapa?" tanya Nona.

Di bawah terang bulan yang ditemani bintang-bintang tanpa sayap. Nona dan Kana duduk di teras kamar mereka. Tempat favorit mereka untuk bertukar cerita. Karena hanya disitulah mereka merasakan keterbukaan yang tiada batas.

Kana masih terdiam dengan pandangan kosong yang entah mengarah kemana. Namun Nona masih dengan setia menunggu Kana menjawab pertanyaannya. Dipegangnya tangan Kana yang sedang saling menggenggam sangat erat. Kana menoleh, lalu Nona tersenyum.

"Di luar sana sedang bahaya kak. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku merasa kalau aku ini payah."

Nonapun tertawa.

"Kenapa kaka malah ketawa?"

"Kamu itu lucu. Sudah tahu di luar sana sedang bahaya tapi kenapa kamu malah ada di dalem sini?"

"Karena aku tidak bisa berbuat apa-apa kakak!"

"Kamu itu bukannya tidak bisa dek. Kamu hanya takut. Apa yang sedang kamu takutkan sih?"

Kana menundukkan kepalanya. Air matanya perlahan terjatuh lagi. Namun dengan sigap Nona menghentikannya.

"Sayang, dengar aku. Kamu lawan rasa takut kamu itu. Lakukan satu pergerakan untuk membuat perubahan. Apapun hasilnya nanti yaudah nanti. Yang penting sekarang, gerak aja dulu. Jangan sampai kamu menyesal saat hal yang membahayakan itu malah jadi menghancurkan semuanya karena kamu tidak melakukan apa-apa."

Kanapun mengangkat kepalanya. Ia pandangi wajah kakaknya yang selalu memberikannya ketenangan. Kana memeluk erat lagi tubuh mungil Nona.

Dengan tangis Kana berkata "Aku menyayangimu kak".

Nona pun menjawab dengan penuh rasa cinta yang sangat besar "Aku tahu, tadi kamu sudah bilang itu".

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang