Hati Yang Dijaga

25 1 0
                                    

"Entah hati siapa yang sedang aku jaga"

"Maksudnya?" tanya Nona kepada Kana.

Pukul 10 malam. Setelah mereka berdua menghabiskan waktu mereka bersama kedua orangtua dan adik kecilnya. Menjalani rutinitas wajib setiap malam, yaitu melakukan makan malam bersama. Mereka meyakini jika makan malam bersama adalah suntikan semangat terbesar yang paling ampuh untuk menjalani rutinitas mereka esok. Dan apabila mereka merasakan lelah, maka hanya pulanglah yang akan menjadi tujuan mereka.

Di atas kasur yang bergambar kartun kesukaan adik kecilnya ini. Kana dan Nona merebahkan tubuhnya dari lelah fisik mereka. Berbaring memandangi langit-langit kamar yang berbentuk awan. Dan sebelum terlelap, mereka saling menatap. Bertukar cerita tentang apa yang telah mereka lewati hari ini dan tentang apa yang sedang mereka rasakan.

"Maksud kamu apa sih?" tanya Nona.

"Iya.. Aku ga tau aku lagi menjaga hatinya siapa. Kalau aku sedang melakukan hal ini, hati si A yang akan terluka. Kalau aku melakukan hal yang itu, hati si B yang akan tersakiti. Tapi kalau aku tidak melakukan dua-duanya malah aku yang tersiksa." Jawab Kana yang langsung menutupi wajahnya dengan bantal kecil kesayangan Nona.

Nona bingung. Ia masih saja memandangi langit-langit kamar. Berpikir keras mencari jalan keluar yang seperti apa untuk mengatasi kebingungan Kana ini.

"Aku tau kak, tidak semua cerita harus ditanggapi dengan nasihat. Tidak usahlah kamu sok berpikir keras macam itu. Wajahmu terlihat seperti banyak beban." Kana membuyarkan lamunan Nona.

Nona menengok ke Kana. Nona mendapati Kana sedang memandangi Nona dengan posisi yang sudah berbeda. Kini badan Kana berbaring miring menghadap Nona dengan kedua tangannya yang ia jadikan satu sebagai ganjalan kepala.

"Dari mana kamu tahu kalau aku sedang berpikir?" tanya Nona.

"Kita sudah saling mengenal dari sebelum kamu lahir kak"

Nona tersenyum. Kini Nona mengubah posisinya. Ia miringkan badan mungilnya itu menghadap Kana.

"Kamu sudah mengenal aku lebih dari aku mengenal diriku sendiri. Dan pasti kamu juga bisa mengenal dirimu sendiri. Kamupun pasti lebih tahu, perasaan mana yang lebih penting untuk kamu jaga. Mereka atau dirimu sendiri. Dan dalam situasi yang seperti apa kamu harus menjaga perasaan-perasaan itu. Kamu itu paling pandai dalam hal ini dek."

Kana pun tersenyum bahwa berpikir kerasnya Nona membuahkan hasil yang menenangkan dirinya. Lagi-lagi Kana merasa sangat beruntung memiliki saudara perempuan seperti Nona.

"Berpikir kerasmu membuahkan hasil ya kak" ucap Kana tersenyum.

"Berpikir itu butuh tenaga dan waktu. Aku tidak ingin membuang dua hal itu untuk hasil yang sia-sia." Nona menyahutinya dengan kedipan mata.

"Aku menyayangimu kak"

"Iya, aku tahu itu kok"

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang