• hide and seek

104 37 145
                                    


Seorang murid bersembunyi di bawah lindungan meja. Napasnya memburu kasar.

Hingga sepasang kaki berada tepat di hadapannya. Keberadaannya diketahui. Tidak ada yang dapat lari.

Meja itu disingkirkan oleh tangan yang sangat besar.

Tak ada gerakan dari anak itu selain mendongak takut.

"Please, d-don't kill me Jack..!"

srakh!

'jangan bunuh aku' menjadi kalimat terakhir setiap orang yang menjumpanya.

Jack mencabut bagian kepala dari leher si anak layaknya rumput yang tercabut bersama akar dari tanah. Membuangnya sembarang arah.

Suasana diluar sudah kacau sejak teriakkan itu dimulai dari salah satu murid.

Jack mengamuk. Membontang-bantingkan kapaknya tak tentu arah.

Tanpa memandang fisik, Jack menebas leher siapapun yang ada di hadapannya.

Permainan yang sudah lama dirindukan. Jack suka. Bisikan itu berkata, "Kau anak baik, Jack."

"Ayahmu akan pulang, suguhkan padanya daging-daging para manusia ini."

Dalam hitungan jari, camp ceria kita menjadi kolam darah penuh kepala.
































"Lo yang marah-marah gegara sinyal kan?"

Pemuda yang kegiatan main game dibalik pohonnya terganggu itu lantas mengangguk. "Iya. Lo sama?"

"Yo'i. Kita senasib. Oh iya," sensor peka Bima menyuruhnya mengulurkan tangan sebagai bentuk awal perkenalan. "Bima."

Dengan senyum rendah hati uluran tangan itu dijabat erat. "Aji."

"Balik, camp? Takutnya malah dicariin berabe kita kena omel pas ketangkep."

"Skuy." Aji mau tak mau harus afk. Lagipula bucin moba banget, sampai dia nggak ingat tempat.

Aji merangkul Bima, sebelas dua belas lah tinggi badannya. Jangan salah, cowok mah mudah akrab. Cuma Aji insekyur sama bahu kokoh bima yang lebar.

"Divisi apa?" tanya Bima.

"IPS. Lo?"

"Babu MIPA."

"Oh.. lain kali bisa kali ngopi-ngopi? Kebetulan gue butuh banget pengalaman lo jadi anak MIPA buat isi tugas observasi."

Bima mengangguk setuju. "Boleh, dimana tuh enaknya ngopi?"

"Skaha. Kemarin Kafe paling kane gue denger emberbintang sih, litereli agak mehong tapi kualitas gak mencong-mencong."

"Sabeb sabeb, ikut aja gua."

Jalan setapak menuntun Aji dan Bima kembali ke camp utama. Berbekal senter hp tentunya. Hanya itu.

Mereka bersenda gurau dan mulai tahu satu sama lain. Obrolan hangat diantara meriahnya jangkrik dan siulan burung hantu.







































PAЯADIES | BTSKZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang