Senyum Duda yang Memabukkan

3.7K 205 0
                                    

Saga meletakkan tas kerjanya begitu kaki menjejak di lantai dua. Memperhatikan gadis yang membelakanginya di depan pintu kamar. Pria itu menyandar di dinding sambil menyilang tangan di dada.

"Jadi dia menungguku?" gumamnya.

Sebuah senyuman terukir di wajah tegasnya, kala melihatnya bersikap konyol. Dari gerak-gerik dan tutur kata Nara, Saga bisa tahu bahwa gadis itu tampak ragu dengan keputusannya sendiri.

'Dia tipe wanita yang mau melakukan apa saja demi uang.'

Satu sudut bibirnya terangkat.

Kelakuan Nara mengingatkannya bagaimana pertama kali melihat gadis itu.

"Kamu yakin dia orang yang sama?" tanya Saga pada Bams manajernya sambil berbisik.

Melihat bagaimana cara gadis bernama Nara bersikap dan berbicara. Tanpa saringan dan ketus. Kenapa berbeda sekali dengan video-videonya di instagram. Manis, cantik, imut dan menggemaskan. Siapa pun pria yang melihatnya pasti akan jatuh cinta.

Dia sangat jauh dari Rania, perempuan yang selama ini masih menjadi penghuni di hatinya. Cantiknya luar dalam. Meski terpisah ruang dan jarak. Meski Saga berusaha keras melupakannya dengan menikahi wanita lain.

'Ya Lord, bagaimana ini? Apa pernikahanku dengan gadis itu bisa bertahan dan niatku akan terwujud karenanya?'

'Lagi pula bukankah katanya dia punya trauma? Kenapa sekarang seolah hidupnya tanpa beban sedikit pun?'

"Ya, Tuan." Bams menyahut cepat.

"Perkenalkan Om Duda, saya Princess Nara." Gadis itu menangkup tangan, sebuah senyuman yang dipaksakan menghiasi wajahnya.

Sungguh berkebalikan antara perbuatan dan cantik fisiknya.

Detik kemudian, Nara tiba-tiba tertawa setelah meracau dengan nada kesal, lantaran Saga tak juga datang. Hal itu membuyarkan lamunan Saga, dan kembali menatapnya.

Penasaran, Saga pun bergerak ke arah Nara. Siapa gerangan yang membuatnya bisa terlihat sebahagia itu.

Pria itu melongok melihat dengan siapa Nara berkirim pesan.

Tampak sebuah nama di layar ponselnya.

'Alvin? Apa dia pacarnya? Tapi Bams bilang Nara tak pernah berpacaran. Apa dia salah info tentang ini?' batinnya bertanya-tanya.

Hatinya lalu goyah. Mustahil perempuan yang punya pacar, masih perawan. Lalu bagaimana Nara bisa menolongnya?

'Aku perlu memeriksa untuk memastikannya.'

Dia sendiri bingung dengan hatinya sendiri, kenapa sulit menerima istri yang tak perawan, tapi rela Rania selingkuh dengan pria lain, dan mau memaafkannya. Apa bedanya? Dua-duanya adalah simbol keburukan sosok seorang wanita.

"Kamu tertawa karena apa?" tanya Saga.

Nara yang kaget, sampai jatuh. Untung saja Saga dengan cepat meraihnya.

"Menungguku? Apa kita lakukan sekarang?" ucapnya ingin menggoda Nara.

Saga berhasil. Nara mulai terpengaruh oleh senyum memabukkan duda tampan itu.

Mata Nara melebar dan berkedip beberapa kali menatap mata elang saga yang menatapnya tanpa jeda. Ditambah sebuah senyuman yang entah sejak kapan membuat hatinya kebat-kebit.

'Bagaimana ini? Aku bisa mati karena jantungku lepas saking deg-degannya. Apa aku batalkan saja, dan menjual satu ginjal ku buat bayar hutang? Yah, kehilangan satu ginjal masih lebih baik dibanding kehilangan jantung.'

"Bagaimana?" tanya Saga membuyarkan pikiran Nara.

"Ak, aku ... aku belum siap, Om." Gadis itu menjawab gugup.

Seorang Nara, yang biasanya tengil dan ceplas-ceplos, kali ini ... dia mulai mabuk. Pria dingin dan sombong menguarkan pesonanya.

"Oh. Belum siap?"

Dianggukkan kepala ragu sambil meringis. Memperlihatkan jajaran giginya yang berbaris rapi.

"Oke!" Saga menyahut cepat. Siapa sangka justru jawaban Nara sangat menguntungkan posisinya.

Mata Nara melebar sempurna saat tiba-tiba Saga mengangkat tangan melepaskan tubuh mungil dalam rengkuhan. Otomatis membuat tubuh gadis itu terlepas jatuh.

"Aa ...!" teriak Nara seiring tubuh yang bergerak cepat karena terhempas.

BUGH! Suara muncul kala tubuhnya menyentuh lantai. Saat itu pula ponselnya terlepas dari tangan dan jatuh.

"Auh." Nara memegangi bagian tubuh belakang yang sakit.

Sementara Saga hanya tersenyum melihat sesuatu yang menurutnya sangat lucu. Dipungut ponsel Nara dan memperhatikan apakah kondisinya baik-baik saja dengan posisi berjongkok.

"Untung saja i-phonemu tidak apa-apa?" Dinaikkan sudut bibirnya sambil melihat Nara yang meringis kesakitan.

Pria itu menyodorkan benda pipih ke arah Nara.

Nara meneleng cepat dengan lirikan tajam ke arah suami tuanya, melihat sikap Saga yang sangat menyebalkan, dan mendengar ucapan Saga seolah lebih mementingkan kondisi ponsel miliknya yang jatuh dibanding dirinya yang kesakitan.

Diraih ponsel itu dari tangan pria tua menyebalkan tersebut dengan kasar.

"Sungguh tak manusiawi!"

Namun, dengan santainya Saga tersenyum sambil geleng-geleng meremehkan. Ia kemudian bangkit dari jongkok. Lalu, berbalik berjalan tanpa membantu  Nara untuk bangun. Lalu diraih tas yang diletakkan di nakas dekat anak tangga.

Setelah mendapat tas kerjanya, Saga berjalan ke arah kamarnya. Sementara Nara berusaha bangkit dari posisinya.

Walau sangat marah, hati Nara menangis. Ia sangat memerlukan uang itu.

'Apa Om tua sombong itu menolakku? Kasar sekali? Apa dia marah? Kenapa setelah bilang aku belum siap, bukannya menenangkan agar malam pertama kami tetap terlaksana. Malah mejatuhkanku ke lantai. Bagaimana ini? Aku perlu uang itu?'

'Ah ... bagaimana ini? Apa aku memang harus menjual organdalam ku saja?!'

"Nara!" panggil Saga yang sudah membuka pintu.

Gadis itu menoleh. Nara jadi bingung, karena Saga menelengkan kepala menunjuk ke dalam kamar.

"Ya?"

"Masuklah! Bukankah kamu ingin uang itu?!" Saga kembali tersenyum.

Nara lekas bangkit. Meski ragu ia tetap berjalan ke kamar pria itu. Degup jantungnya kembali tak menentu.

'Jadi begini orangnya, bergerak dengan kasar. Pantas saja dua istrinya sampai meminta cerai padanya. Mana ada wanita yang kuat menghadapinya, kecuali aku. Yah, aku pasti bisa. Princess Nara, selebgram 250K followers yang gigih dan pantang menyerah untuk mencapai impiannya.'

'Ah, memangnya impianku apa? Impian utama jadi istri Oppa sudah kandas karena pernikahanku dengan Om Saga!'

Nara berjalan masuk, melewati Saga dengan mata melirik takut-takut padanya. Saga terus saja tersenyum melihat tingkah gadis itu.

"Kamu yang membuat posisimu bahaya sekarang, Nona." Saga menyeringai.

Sementara Nara terhenyak dan menghentikan langkahnya. Dia tahu inilah resiko sebuah pernikahan ... kehilangan mahkotanya.

Tak lama, pintu kamar pun ditutup. Lalu ... apakah yang terjadi di dalam sana?

Otewe Malam Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang