"kamu tau nggak, kenapa yogya bisa sehangat senja dengan suasana yang selalu romantis?"
"kenapa emang?"
"karena Tuhan ciptakan yogya saat Dia sedang jatuh cinta."
diantara hangatnya semilir angin senja kala itu, senyum melodi justru memudar.
"maaf...
Magenta terdiam sejenak, mencerna setiap kalimat yang Bunda lontarkan untuknya. Kesadarannya hari ini, sepertinya nggak lebih dari limapuluh persen. Dua hari yang lalu, dia sempat kambuh yang membuatnya harus kembali dilarikan ke UGD. Namun begitu dia sadar nggak sedang berada di kamarnya di rumah rehab, dia jadi luar biasa gelisah. Dia takut nggak ada perawat yang bisa menanganinya saat dia sedang kehilangan akal sehatnya. Dia takut membahayakan orang lain tanpa dia sendiri sempat menyadari.
Dia sampai terisak, merengek kepada Ayah untuk memulangkannya ke rumah rehab meskipun dengan resiko yang cukup berbahaya. Kondisinya belum sepenuhnya stabil, sejujurnya nggak pernah bisa benar-benar stabil. Seperti sekarang, dia baru saja mendapat serangan, kesadarannya masih terasa timbul tenggelam, dia kesulitan mencerna setiap ucapan yang orang-orang berikan kepadanya.
"Genta mau smoothie nggak?"
"Iya." Jawabnya asal.
"Genta mau smoothie apa?"
"....seledri."
"Seledri?" Bunda mengernyit, kemudian terkekeh dan mencium kening anak bungsunya yang terasa agak hangat.
"Emang Genta doyan smoothie seledri?"
"Enggak."
"Nah, terus kok minta smoothie seledri?"
"Yaudah iya." Lagi-lagi jawaban asal.
Membuat Bunda kembali terkekeh, kemudian merebahkan tubuhnya di sebelah Magenta yang meringkuk lucu tampak mengantuk di atas ranjangnya. Bunda memeluk putranya, mengusap punggungnya hanya untuk menyembunyikan airmata yang nggak lagi sanggup dia tahan.
"Genta bobok aja ya sekarang," kata Bunda, setengah mati berusaha meredam suaranya yang gemetaran menahan isakan, "Abis ini Odi sama Christo kan datang, Genta bobok dulu ya, biar nanti bisa main sama mereka. Oke, sayang?"
"Hm, jangan stroberi, Bunda."
Bunda kembali terkekeh, airmatanya semakin deras meluncur.
Bungsunya itu mengangguk. Matanya terpejam damai menikmati pelukan Bunda yang rasanya sudah lama nggak pernah dia dapatkan kehangatannya. Magenta bergumam asal, sepertinya, dunianya yang lain kembali datang.
Sekali lagi Bunda mengecup keningnya. Memastikan Magenta sudah benar-benar lelap sebelum berbisik,
"Selamat ulang tahun, sayang."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.