2

36.4K 3.2K 34
                                    

Di masa lalu, Sina dikenal sebagai cendikiawan yang cerdas, dan baik hati. Begitu lemah lembut dalam bersikap, tidak pernah sekalipun ada kata-kata kasar yang terucap.

Gadis cantik yang penurut, sangat disayangkan julukan itu hanya sebuah opini publik yang tidak berdasar. Benarkah dia sebaik itu? Jawabannya tentu tidak. Dari kecil Sina telah terbiasa di manjakan oleh neneknya, hingga sampai ke tangan ayah dan ibu tirinya ia bahkan dua kali lebih dimanjakan.

Sina memiliki sikap sebelas dua belas dengan para Nona muda lainnya. Licik, kasar, sombong, dan menganggap tinggi derajatnya sendiri.

Di dalam lingkungannya ia akan mengangkat dagunya tinggi, berdiri congkak dengan penuh kesombongan. Lalu ketika turun ke jalanan, berpapasan dengan para rakyat biasa. Ia akan tersenyum lebar, sedikit menunduk, menunjukkan betapa agungnya hati seorang Nona Muda yang terlahir sebagai bangsawan.

Tapi semua itu tentu saja ia lakukan karena mengikuti ajaran dari sang neneknya. Di negara barat bahkan kasta berbeda seperti ini tidak pernah terlihat.

Sina hanya merasakan bagaimana rasanya menjadi bangsawan sejati yang dihormati banyak orang hanya di Negara Selatan ini. Meskipun keluarga Helly cukup kaya di Barat, itu tidak membuat mereka merasa lebih tinggi dari yang lainnya.

"Sina," panggilan halus mengalun di telinganya. Sama seperti di masa lalu, pria berwajah licik menjijikkan itu kembali mendekati Sina untuk yang pertama kalinya.

Merentangkan tangan dengan air mata yang berlinang. Dasar buaya licik, bagaimana bisa di masa lalu ia bisa tertipu dengan air mata palsu itu.

Jika dimasa lalu ia akan membalas pelukan itu dengan ramah. Maka ayo kita lihat sekarang apa yang akan Sina lakukan.

Ajaran keras hari ke hari dari neneknya, tentang bagaimana bangsawan bersikap. Akan ia praktekkan langsung hari ini, dan bajingan tua ini adalah orang pertama yang meminta.

"Anda siapa, Tuan? Saya harap lain kali perhatikan ketika Anda berucap. Seseorang akan salah paham, jika Anda menyebut nama saya dengan air mata menyedihkan seperti itu."

Pria tua itu menegang. Tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Bukankah orang-orang bilang bahwa Sina merupakan gadis yang lembut dan sopan.

Lalu apa ini? Sikap kasar macam apa yang baru saja gadis itu tunjukkan di hadapan semua orang berkedudukan tinggi yang ada di ruangan ini.

"Sina dia juga ayahmu, Nak. Dia suami dari ibumu, yang berarti dia juga ayahmu. Ayolah girl, jangan berbicara terlalu kasar, okay." Edward mendekati putrinya. Menyela pembicaraan diantara anak dan ayah tiri itu, atau lebih tepatnya menyelamatkan suami dari ibu anaknya itu dari kata-kata kasar sang putri.

"Dad, ayolah. Sejak kapan mommy mempunyai suami lain selain Daddy," jawab Sina asal membuat semua orang semakin terkejut.

"Girl!"

"Okay, okay, bercanda okay. Tapi untuk yang tadi aku serius, sejak kapan mommy menikah lagi sehingga aku memiliki daddy yang lain?"

"Hee... Kakak bodoh! Dia suami dari ibumu yang lain, bukan mommy kita." Sina memutar bola matanya jengah. Khiel---adik tampannya sejagat raya juga ikut bersuara.

Tumben sekali anak itu mengikuti alur ayah mereka. Biasanya remaja tampan itu akan senang hati mengikuti alur permainannya yang tidak jarang sangat membuat orang tua mereka malu.

Ragasina Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang