"Sekarang katakan apa yang kau butuhkan dariku, Sina!"
Sina menatap gugup kaki pria yang ada di hadapannya. Semua akan baik-baik saja, kata-kata itu selalu ia bisikkan di bibirnya setipis mungkin.
Akhh, sekeras apapun Sina menghipnotis dirinya sendiri, ia tidak bisa tenang lagi. Salahkan dirinya sendiri yang terlalu berani, terlalu ceroboh, dan yang terpenting terlalu percaya diri untuk masuk ke dalam kandang singa ini.
"Sesuatu seperti harta, berlian, atau kekuatan untuk menaklukkan kediaman utama," bisik Raga dengan suara serak yang menipis.
Oke, itu yang membuat Sina takut. Suara seksi nan menggoda milik Raga. Bagaimana bisa monster dihadapannya ini memiliki suara duda-duda impiannya ketika masih di sekolah menengah atas.
Itu---menyebalkan. Sina butuh bantuan, bukan godaan yang menggelora seperti ini. Bagaimanapun dia adalah wanita normal oke, keseksian seorang pria tetap prioritas utamanya.
"Saya harap, kau tidak memiliki waktu luang sebanyak itu jika hanya ingin mengetahui apa merek sepatu saya." Ucap Raga dengan penuh sindiran.
Sabar Sina, sabar. Mari hentikan seluruh pikiran jorok itu dan fokus pada tujuan misi bertahan hidup ini. Beruntung setelah perkara bingkai foto yang jatuh itu tidak merenggut nyawa mu.
Kedepannya tidak ada yang tahu. Siapa tahu ketika Raga tahu pikiran konyol itu, kepala dan raganya benar-benar terpisah dari tempatnya.
"Jika tidak ingin bicara, maka keluarlah!" Ucap Raga sembari menunjuk pintu keluar dengan raut wajah datar.
Berhadapan dengan perempuan penakut, seperti Sina tidak ada dalam jadwalnya hari ini. Memberikan izin pada perempuan itu untuk masuk saja, sudah melewati batasannya. Jadi, jangan berharap ia memberikan kemurahan hati lebih dari ini. Tidak akan terjadi!
"Aku ingin mengajukan pernikahan," seloroh Sina dengan kecepatan berucap diatas rata-rata.
"Pernikahan?! Kau melamar pria?! Hahaha, kau benar-benar tidak bisa ditebak Sina." Raga tertawa terbahak-bahak. Sedetik kemudian ia merubah raut wajahnya kembali menjadi lebih datar. "Lelucon macam apa itu, Sina? Keluarlah sekarang."
"Aku serius, Kak."
"Saya bukan kakak mu."
"Kalo begitu aku serius, Raga." Mohon Sina dengan mata yang sedikit berair. Ia tidak boleh menyerah dengan mudah.
Dia butuh Raga untuk menaklukkan hati Oma-nya. Dan bisa mendapatkan kesempatan untuk kabur dari kota ini. Hanya setelah ia keluar dari kota ini, dirinya bisa memastikan jika kematian yang kedua kali tidak akan mendatanginya dengan mudah.
"Kita bukan teman sehingga bisa saling sebut nama."
"Pak--"
"Kau bukan bawahan ku."
"..." Raga sialan! Dia sengaja mempersulit rupanya.
"Katakan hal yang lebih berbobot, Sina. Kau tidak bisa mendapatkan sesuatu hanya dengan omong kosong dan berpikir jika kau memiliki relasi untuk itu. Aku tidak pernah membantu dengan sia-sia. Apa yang bisa kau tawarkan untuk bantuan ku!" Raga berkata dengan bibir yang tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragasina
FantasíaWARNING! CERITA INI MENGANDUNG ADEGAN VULGAR, CERITA DEWASA, TINDAKAN KEKERASAN, DAN KEBUCINAN. HARAP BIJAK UNTUK MEMILIH SEBUAH BACAAN 👍 •Usahakan untuk follow Noonavhe sebelum membaca. •Bukan Novel terjemahan (Orisinil) ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~ S...