1

977 24 0
                                    

Selamat reading!!!

.

.

.

Tap tap tap

Sedari tadi, suara langkah itu menggema memenuhi ruangan. Terdengar begitu berat.

Sudah beberapa lama wanita berparas ayu itu berjalan mondar-mandir sambil memegang dagunya. Walau sudah tak muda lagi, wajah cantiknya itu seakan enggan luntur.

Sementara yang lain tengah duduk melingkar di meja tanpa mau membuka suara. Sudah lebih dari 2 jam, sutuasi yang menegangkan ini berlangsung.

Orang itu lalu berjalan menuju sisi kanan ruangan yang terdapat jendela mewah. Ia menatap keluar dan memerhatikan satu persatu bulir air yang tengah mengguyur kota.

"Aku tidak setuju dengan rencanamu."

Akhirnya ada juga suara yang memecah keheningan ini .

Seseorang yang sedari tadi duduk di kursi akhirnya berdiri.

"Sudah ribuan rencana kita usulkan dan semua itu kau tolak, sekarang aku telah memberi rencana bagus, menjelaskannya panjang lebar dan kau tetap menolaknya? Ck, Ayolah!"

Wanita itu mendekat, tatapannya menyorot "Itu terlalu beresiko! Apa kau lupa? Hal ini terjadi karena mereka juga melakukan hal serupa."

Orang itu berdecit, menatap malas lawan bicaranya. Dengan pasrah dirinya kembali duduk.

"Tapi kak, itu satu-satunya cara agar me-"

"Aku tahu, El."

Wanita itu kembali mendekat ke jendela dan memandang keluar.

"Tapi kita tidak cukup kuat untuk itu, lagi pun senjata-senjata kita ada pada mereka."

"Kita bisa mengambilnya, secara diam-diam." Sahut laki-laki yang di panggil El tadi.

Orang disebelahnya mendelik dengan tatapan sinis yang sudah menjadi ciri khas nya "Jangan bodoh! Mereka pasti menyimpannya ditempat yang sangat rahasia dengan penjagaan super ketat." Ujarnya dengan suara yang berat.

"Tapi bukankah kita memiliki pasukan khusus yang telah dibentuk disana dulu? kita bisa mengerahkan mereka." Kini Giliran laki-laki yang memiliki paras yang setingkat lebih tampan dibanding para lelaki disini.

Orang sebelahnya menggeleng,

"Mereka nggak sekuat itu, Kak Vin. Oke jika mungkin mereka sekarang sudah ahli, tapi tetap saja jumlah nya sangat berbanding jauh."

"Gistav benar. Tujuan kita kesana itu untuk mengalahkannya, senjata kita pun ada padanya, orang bodoh mana yang datang dengan tangan kosong ke kandang musuh? Kecuali..."

Semua nya memandang laki-laki sinis tadi yang menggantungkan kalimatnya.

"Kecuali kita memiliki alat pemanggil senjata-senjata kita lagi." Jawab satu-satunya perempuan dalam ruangan itu.

"Hah! Lucu sekali, kita memikirkan cara untuk mengalahkan bedebah itu, sementara kita sendiri tidak memiliki akses untuk masuk kesana." Ujar laki-laki terakhir yang sedari tadi hanya diam menyimak. Iya menghela nafas sambil menatap lurus kedepan.

Semuanya ikut terdiam.

Sudah sejak lama mereka merencanakan sebuah pergerakan namun sama sekali belum menemukan titik terang. Entah pertimbangan apalagi yang harus dilakukan, mereka pun tidak tahu.

Wanita yang sedari tadi berdiri mulai berjalan ke arah kursi nya. Ia mendaratkan bokongnya kasar.

Dirinya mengusap wajah kasar, kemudian memandang ke sisi kiri dimana terdapat satu kursi kosong yang disinari oleh kilatan petir.

Dragon Tiger Nunchaku'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang