Home

460 101 6
                                    

Tubuh mereka membeku seketika. Baru saja sehembus nafas lega keluar, pria ini muncul tanpa aba-aba, membuat nafas mereka kembali memburu. Jangan tanya apa yang selanjutnya akan mereka lakukan, mereka sendiri bingung. Jika sebelumnya pelaku hanya membawa satu senjata beda halnya dengan yang satu ini. Dua pistol di kedua tangannya sukses membuat kedua kaki mereka melemas.

Tanpa mereka sadari pria itu sedari tadi melihat bagaimana cara perlawanan mereka. Ya, bisa ia akui anak-anak itu memiliki potensi bela diri yang baik, mereka agak berbeda dengan yang lainnya. Jika yang lainnya akan memilih untuk menyerahkan segalanya pada yang kuasa, itu tidak berlaku pada mereka. Semakin ia melawan mereka akan semakin melawan balik. Tapi tetap saja, mereka belum apa-apa dibanding dirinya yang sudah mahir dengan alat berbahaya seperti ini.

Mata Jungwon langsung beredar ke segala arah, mencari sesuatu yang bisa mereka gunakan sebagai alat perlawanan, seperti batu contohnya. Namun nihil, mereka tidak menemukan apa-apa di sekitar mereka, hanya ada rerumputan yang menjulang tinggi sebatas lutut, di bawah rerumputan itu hanya ada tanah dan batu-batuan kecil, mereka membutuhkan yang lebih besar.

Selanjutnya lelaki itu kembali memeriksa saku celananya untuk menemukan obeng yang sempat ia letakkan di sana. Dan pada akhirnya ia hanya bisa menghembuskan nafas kasarnya setelah tidak mendapatkan apa-apa di dalamnya, ia sudah menduga pasti Sunghoon yang mengambil senjata satu-satunya dan menyembunyikannya di balik jaket yang di pakainya.

mereka benar-benar tidak bisa berbuat apa bahkan untuk menghubungi seseorang saja rasanya sulit. Jari-jari mereka terlalu kaku untuk menghubungi seseorang. Bahkan ponsel Sunoo yang terus bergetar yang menandakan adanya notifikasi masuk pun tidak ia sadari.

"Hyung..." Bisik Jungwon pada Jay yang berada beberapa langkah di depannya.

"Lari.."

Tanpa basa basi mereka semua lari secepat kilat. Jungwon ikut membantu Sunoo untuk membawa Jake yang masih kesakitan, sedangkan hal itu merupakan sebuah hiburan untuk pria beratribut hitam tersebut. Ia tersenyum kecil lalu berjalan santai seraya mengalihkan pandangan ke segala arah. Ia tidak perlu khawatir akan kehilangan anak-anak itu karena ia sudah tau kemana anak-anak itu akan pergi.

Merasa sudah berlari cukup jauh dan pria itu tidak mengejar akhirnya mereka memutuskan untuk berhenti dan menghirup udara sebanyak mungkin. Mereka terduduk lelah di atas tanah yang di penuhi rerumputan basah itu, suara jangkrik dan katak ikut menemani mereka.

Jake terus memegangi lengannya, kain berwarna putih yang membalut tangannya bahkan sudah berganti warna, ia terus meringis kesakitan, cairan berwarna merah pekat itu terus mengalir tanpa henti. Melihat hal itu tentu membuat Sunghoon langsung meraih tas dan mengambil beberapa obat yang sempat di belinya itu. Plaster, perban, dan yang lainnya sudah ada di tangannya sekarang. Ia berlari menghampiri temannya itu yang berada dua meter di belakangnya.

"Tahan, ya.." Pintanya sedikit tidak tega.

Ia menggulung kain lengan panjang Jake dan mulai meneteskan obat itu pada luka tersebut. Ia tidak yakin apakah ini akan efektif atau tidak, ia tidak berpikir sampai ke sini saat itu. Melihat luka itu membuat Sunghoon sedikit meringis seakan ikut merasakan sakitnya. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit ia olesi obat itu, dibantu juga oleh Heeseung yang membersihkan cairan merah yang menetes ke mana-mana dengan air mineral yang ia tetesi terlebih dahulu dengan perlahan menggunakan tangannya.

"Aaakkkh!!" Ringis Jake seraya memalingkan pandangannya, tidak berani menatap darahnya sendiri. Semakin di lihat, semakin banyak rasa sakit yang ia rasakan.

"Apa ini akan membantu?" Tanya Sunghoon pada Heeseung, ia berhenti sejenak dan mempersilakan Heeseung untuk membersihkan darah terlebih dahulu.

"Setidaknya ini akan membantunya," Jawab Heeseung.

Circle of EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang