Bagian lima

34.9K 1.1K 24
                                    

Happy Reading !!!

***

“Orang tua kamu tahu kalau kamu pergi?” Rhea mengangguk kecil sebagai respons, tanpa mengalihkan tatapan dari layar di depan yang sebenarnya sudah menyala sejak tadi, tapi baru sekarang Rhea duduk di sana, selesai makan malam mereka yang cukup manis. Ya, manis untuk Rhea. “Bilang kalau mau ke sini?” tanya Xyan lagi. Yang kali ini berhasil mengalihkan Rhea dari tontonannya.

“Ya enggaklah Om,” sewot Rhea memutar bola mata. “Aku izinnya ke rumah Trika,” lanjutnya yang kemudian meringis kecil begitu menyadari siapa sosok yang duduk di sampingnya, lalu melirik ke arah Xyan takut-takut. “Maaf udah bawa-bawa nama Trika ke dalam kebohonganku,” cicit Rhea pelan, lalu menundukkan kepalanya, dengan tangan memilin ujung dresnya, demi mengalihkan rasa gugupnya.

Dengan pelan, Xyan mengangkat dagu Rhea, meminta gadis itu untuk menatapnya. Lalu satu kecupan ringan Xyan berikan di bibir tipis gadis itu. “Tidak masalah, lagi pula saya ayah Trika. Dan kamu datang untuk menemui saya.”

Rhea tak memberi tanggapan, lebih tepatnya tak tahu harus memberi tanggapan apa. Pikirannya kembali penuh dengan berbagai hal yang terjadi hari ini. Sampai akhirnya bibir Xyan kembali mendarat di bibir Rhea. Awalnya hanya menempel, sampai di detik ke lima sebuah gerak pelan membelai bibir Rhea begitu lembut. Membuat pikiran Rhea kini buyar, diganti dengan syok hingga membuat Rhea hanya diam meski Xyan sudah menyelusupkan lidahnya dengan mudah.

“Balas ciuman saya, Rhea!” titah Xyan dengan nada rendah, lalu kembali menyatukan bibirnya, dan kali ini Rhea benar-benar membalasnya. Membuat ciuman yang semula lembut berubah menjadi liar dan penuntut. Rhea sampai sulit mengimbangi, dan napasnya berakhir tersenggal.

Xyan yang menyadari Rhea nyaris kehabisan napas pun melepaskan ciumannya dan membiarkan Rhea menghirup udara banyak-banyak. “Maaf, saya terlalu bersemangat,” ucapnya seraya menyeka bibir Rhea yang basah akibat saliva mereka yang sudah tercampur. Dan Rhea hanya mengangguk sebagai respons, ia masih sibuk mengatur napasnya.

“Rhea, apa kamu memiliki kekasih?” tanya Xyan tiba-tiba tanpa sedikit pun melepaskan tatapannya dari sosok cantik itu. Bahkan kini Xyan sudah kembali menarik Rhea ke dalam pelukannya. Mengikis jarak diantara mereka.

“Kenapa memangnya?” sedikit mendongak, Rhea menatap Xyan.

“Jika punya, maka putuskanlah. Karena sejak hari ini, kamu hanya milikku.”

“Tapi aku tidak mengatakan iya,”

“Dengan kedatangan kamu ke sini, aku tahu bahwa kamu setuju. Jadi Baby, call me Daddy,” ucapnya dengan nada begitu lembut dan sorot mata teduh, yang membuat Rhea terasa sulit untuk menolak keinginan pria itu.

***

Tiga jam waktu yang Rhea dan Xyan habiskan di apartemen, setelahnya Xyan mengantarkan gadis itu pulang karena tidak ingin membuat orang tua Rhea khawatir. Sebenarnya, Xyan ingin menahan gadis itu di tempatnya, tapi Xyan belum bisa. Ini adalah hari pertama mereka, dan Xyan merasa bahwa ini sudah cukup. Xyan ingin Rhea nyaman lebih dulu bersamanya. Dan itu akan Xyan lakukan dengan perlahan. Ia sendiri juga ingin lebih meyakinkan diri lebih dulu sebelum semakin dalam merengkuh Rhea.

Ajakannya malam itu sebenarnya hanya tindakan refleksnya, rasa tertariknya akan sahabat anaknya membuat Xyan menawarkan hubungan itu. Namun Xyan juga tidak menyangka bahwa Rhea akan menyetujui. Entah karena alasan apa, tapi yang jelas, Xyan tidak akan pernah membiarkan Rhea mundur lagi.

Hanya beberapa jam waktu yang mereka habiskan tapi Xyan seolah sudah bisa menilai bahwa Rhea akan menjadi pasangan yang menyenangkan. Di tengah sifat Rhea yang malu-malu Xyan dapat melihat ada rasa penasaran besar yang gadis itu miliki.

Sebelumnya tidak pernah ada pikiran untuk berhubungan dengan seorang gadis muda seusia anaknya, tapi begitu melihat Rhea malam itu entah mengapa Xyan merasa penasaran. Sampai akhirnya ide itu tercetus begitu saja. Memiliki sugar baby, tak begitu buruk bukan? Xyan bisa bersenang-senang di tengah penatnya mengurus kerjaan. Dan pilihannya jatuh kepada Rhea.

Xyan sendiri tidak tahu apa yang akan dilakukannya bersama Rhea ke depannya nanti. Xyan hanya mengikuti keinginan hatinya saja. dan tak dapat di pungkiri bahwa ini cukup menyenangkan. Rhea menggemaskan, dan cukup menggairahkan. Entah di bagian mananya. Tapi tiga jam bersama gadis itu, Xyan nyaris tak bisa mengendalikan dirinya. Keinginan terus mencium Rhea berkumpul di benaknya, tapi sebisa mungkin Xyan menahannya. Tak ingin Rhea risi dengan perbuatannya, meski terakhir kali mereka ciuman di ruang tamu tadi, Rhea terlihat menikmatinya, meskipun kecanggungan masih mendominasi.

“Rhe,” Xyan segera mencegah ketika Rhea baru saja hendak membuka pintu mobil. Membuat Rhea kembali menoleh dan menatap Xyan dengan sebelah alisnya yang terangkat sebagai bentuk kata tanya.

Sebenarnya Xyan sendiri tidak tahu alasan mencegah gadis itu pergi. Xyan hanya merasa bahwa ia tak rela berpisah dengan Rhea. Xyan benar-benar tidak mengerti pada dirinya sendiri. Tapi untuk menutupi kebodohannya itu, Xyan mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya dan menyerahkan itu pada Rhea.

Gadis itu tak langsung menerima, keningnya terlihat mengerut dalam, dan Xyan sadar ketidak pahaman Rhea. “Ini kartu akses apartemenku. Dan aku berharap kamu mau main lagi ke sana besok.” Itu tujuannya. Xyan ingin memberi akses keluar masuk kepada Rhea karena sepertinya mulai sekarang Xyan akan sering meminta gadis itu datang ke sana untuk menemaninya.

“Tapi Om—”

Daddy please!” ucapnya meminta. Dan Rhea yang mendengar itu menelan ludahnya susah payah. Sejak tadi Rhea sudah setuju dengan panggilan itu, tapi entah kenapa dia masih merasa sulit mengucapkannya. Ada perasaan aneh yang merengsak saat kata itu berusaha di keluarkan mulutnya.

“Tapi besok aku kuliah, Dad. Kelasku hingga sore,” akhirnya Rhea mengganti panggilannya juga, meskipun selanjutnya ia berusaha sekuat tenaga untuk menahan detakan jantungnya yang semakin menggila. Hanya panggilan sederhana itu, tapi mampu membuat jantung Rhea tak terkendali. Rhea tak mengerti, tapi entah kenapa seolah ada gelitikan menyenangkan di hatinya.

“Dari pagi?”

Dan Rhea menggeleng cepat. “Kelasnya di mulai siang.”

“Kalau begitu temui aku pagi hari,” ucap Xyan kemudian menarik Rhea mendekat ke arahnya, dan satu kecupan ringan di jatuhkan Xyan di bibir lembut Rhea yang terasa candu baginya.

“Bukannya Daddy harus kerja?”

“Aku bisa mengaturnya,” masih enggan menjauhkan jarak, Xyan merangkum wajah cantik Rhea yang sudah memerah, lalu mengelus pipinya begitu lembut yang membuat ketegangan Rhea semakin menjadi. Tapi Xyan malah justru suka. Ekspresi Rhea yang malu dan salah tingkah begitu menggemaskan, membuat Xyan ingin menikmatinya lagi dan lagi.

Namun sadar akan waktu yang semakin berjalan, Xyan akhirnya menyudahi kegiatannya itu dengan berat hari, diakhiri dengan ciuman pajang yang membuat napas Rhea memburu.

“Sekarang istirahatlah. Aku tunggu di apartemen besok pagi,” katanya sebelum benar-benar membiarkan Rhea turun dari mobilnya.

***

See you next part!!

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang