Bagian sembilan

31.5K 938 24
                                    

Happy Reading !!!

****

Dengan dalih kembali menginap di rumah Trika, Rhea tak pulang ke rumah ibunya, padahal izin kepada Trika dirinya akan pulang. Namun gara-gara Xyan, ia membohongi sahabat dan ibunya. Tapi mau bagaimana lagi, ia sudah terlanjur menerima laki-laki dewasa itu. Rhea sudah terlanjur menyetujui hubungan ini, dan untuk mundur sekarang jelas tidak bisa. Selain karena Xyan yang tak mengizinkan, Rhea juga sudah terlanjur nyaman. Maka dari itu Rhea hanya menggumamkan maaf dalam hati untuk Ibu dan juga sahabatnya. Berharap bahwa mereka tidak akan kecewa kepadanya.

“Mikirin apa heum?”

Sebuah pelukan di perutnya memuat Rhea terkejut, tapi dengan cepat menetralkannya saat tahu siapa yang melakukan itu.

Satu jam lalu Rhea sudah tiba di apartemen mewah Xyan, dan setengah jam kemudian laki-laki itu datang. Sekarang mereka berada di balkon kamar Xyan, menikmati pemandangan malam yang begitu indah dengan taburan bintang yang menghiasi langit, seolah tengah meramaikan hati Rhea dan Xyan yang akhirnya bisa bebas berduaan tanpa khawatir ada yang memergoki.

“Gak mikirin apa-apa, aku cuma lagi lihat kendaraan yang lalu lalang, aja. Kelihatan indah kalau dilihat dari sini,” Rhea tak sepenuhnya berbohong, karena apa yang di katakan memang benar. Lalu lintas di bawah terlihat lebih indah karena hanya lampu-lampu dari masing-masing kendaraan itulah yang terlihat lebih jelas dari ketinggian tempatnya sekarang.

Dan Xyan hanya mengangguk saja, lalu semakin mengeratkan pelukannya di perut Rhea dengan dagu yang diletakan di bahu sempit gadisnya. Xyan benar-benar menyukai posisi ini. Memeluk Rhea dari belakang, menikmati wangi rambut dan tubuh Rhea yang terasa begitu manis dan candu secara bersamaan. Xyan suka. Dan ini begitu nyaman.

“Tidur di sini ‘kan?” Xyan memastikan bahwa waktu mereka memang panjang, sebelum dirinya pergi untuk satu minggu ke depan yang mana artinya mereka tidak bisa bertemu. “Aku pasti merindukanmu,” lanjutnya begitu satu anggukan untuk menjawab tanya sebelumnya Rhea berikan.

Aku juga pasti rindu, Daddy,” balas Rhea yang sayangnya hanya bisa diucapkan dalam hati. Rhea malu dan tidak memiliki keberanian untuk mengatakan itu secara langsung.

“Masuk yuk, makin dingin,” katanya yang memang benar. Meski langit terlihat begitu cerah dengan banyaknya bintang yang menghiasi, angin malam yang berhembus tetap saja terasa dingin di kulit mereka, apalagi Rhea hanya mengenakan baju tipis tanpa lengan.

Mengangguk, Rhea berusaha melepaskan tangan Xyan sebelum berbalik masuk, namun sepertinya Xyan tak menginginkan itu. Xyan membalikan tubuh Rhea tanpa melepas pelukannya, dan setelah itu sontak saja Xyan mengangkat Rhea tanpa aba-aba, membuat Rhea terkejut dan refleks melingkarkan kaki di pinggang Xyan dengan tangan ikut membelit di leher pria itu. Membuat Rhea berada di gendongan koala Xyan.

Dad!” protes Rhea menggeram sebal. Namun Xyan malah justru tertawa dan mengayun langkah membawa Rhea masuk ke dalam, tanpa lupa menutup pintu kaca sebagai akses menuju balkon.

“Ngomong-ngomong kita belum makan malam. Mau makan di sini apa pergi keluar?” tawar Xyan masih dengan posisi menggendong Rhea. Berdiri di tengah ruang kamar luas yang dimiliki apartemen ini.

Daddy punya apa di kulkas? Aku pengen masak?”

“Kamu bisa masak?” tatapan Xyan menyorot tak percaya. Menghadirkan dengusan Rhea.

“Mama-ku punya restoran meskipun kecil. Beliau juga seorang Chef dulunya, ya kali aku gak bisa masak!” ujar Rhea memutar bola mata.

Xyan terkekeh, lalu melayangkan satu kecupannya di bibir manis Rhea. Setelah itu, tanpa mengatakan apa-apa lagi, Xyan membawa Rhea menuju dapur, masih dengan menggendongnya karena Xyan merasa tak rela jika harus menurunkan gadis itu.

“Bisa masak apa aja?” tanyanya di tengah langkah menuruni tangga, mengingat apartemen Xyan yang memang memiliki dua lantai.

Daddy mau aku masakin apa?” bukannya menjawab, Rhea malah justru balik bertanya, karena tidak mungkin untuknya menyebutkan satu per satu makanan yang bisa dibuatnya. Itu akan membutuhkan waktu lama. Bukan ingin sombong, tapi Rhea cukup bisa membuat banyak jenis makanan meskipun tidak seahli ibunya.

Hm, Pasta,” jawabnya setelah beberapa saat berpikir. Dan Rhea langsung mengangguki itu.

“Kalau begitu, bisa turunkan aku sekarang, Dad?” tatapan Rhea lembut tertuju pada Xyan yang masih saja menggendongnya padahal mereka sudah tiba di dapur.

“Bisa,” katanya menggantung. “Tapi setelah ini, ya,” sambungnya seraya membungkam bibir Rhea dengan rakus. Membuat Rhea tersentak untuk beberapa saat sebelum kemudian dapat menikmatinya dan membalas setiap lumatan yang Xyan beri.

Cukup panjang ciuman mereka berlangsung, sebelum akhirnya Xyan menurunkan Rhea dari gendongannya dan membiarkan gadisnya itu membuatkan makan malam untuk mereka. Mengingat Xyan pun memang merasa cukup lapar setelah makan siang dirinya lewatkan karena terlalu sibuk dan menginginkan cepat pulang.

Tidak butuh waktu lama untuk Rhea menyelesaikan masakannya, dan kini mereka sudah duduk di meja makan dengan sepiring pasta beda porsi di hadapan masing-masing.

“Bagaimana rasanya?” tanya Rhea harap-harap cemas, takut masakannya tak sesuai dengan lidah Xyan.

“Enak,” kata Xyan cepat begitu menelan makanannya. “Ini Pasta paling enak yang aku makan,” lanjutnya memuji. Menghadirkan semburat merah di wajah Rhea yang benar-benar tersanjung dengan pujian itu. Pasalnya memang baru Xyan laki-laki pertama yang memuji makanannya, mengingat memang hanya laki-laki itu yang menikmati masakannya selain adiknya. Satu tahun berpacaran dengan Tristan, tak pernah sekali pun Rhea memasak untuk mantan pacarnya meski beberapa kali sempat diajak ke apartemen pria itu.

Rhea tidak merasa Xyan membohonginya. Melihat betapa lahapnya pria itu makan pasta yang Rhea buatkan, Rhea tahu bahwa apa yang Xyan katakan adalah kejujuran. Laki-laki itu tidak berusaha menyenangkan Rhea dengan kalimatnya. Dia mengatakan apa adanya. Dan sungguh itu menambah rasa senang Rhea. Setidaknya, ada satu hal yang Xyan sukai darinya.

“Kenapa kamu tidak makan?” tegur Xyan menatap heran sosok di depannya yang malah diam mengabaikan makanannya.

“Aku kenyang hanya dengan melihat Daddy makan,”

Namun bukannya suka, Xyan malah justru mendengus dan mengarahkan garpu berisi pasta ke depan mulut Rhea. Meminta perempuan itu untuk melahapnya. Tapi Rhea tak lantas menurut, gadis itu tetap menggeleng, menolak suapan yang Xyan beri, karena merasa bahwa perutnya memang tak lapar. Sayangnya Xyan tak menyerah begitu saja, memaksa Rhea untuk membuka mulut yang akhirnya Rhea turuti juga. Tak hanya sekali, Xyan terus menyuapi Rhea hingga pasta yang Rhea masak habis tak bersisa oleh mereka. Membuat keduanya kekenyangan dan berakhir terdampar di sofa ruang tengah dengan tv menyala, menayangkan film action yang sebenarnya tak begitu Rhea sukai, tapi karena bersama Xyan, Rhea tetap menontonnya.

***

See you next part!!!

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang