Bagian tujuh

34K 1K 12
                                    

Happy Reading !!!

***

Tidak ada sesal yang Rhea rasakan sejak menjalin hubungan ini dengan Xyan. Bukan karena apa yang Xyan berikan berhasil membeli harga dirinya. Tidak. Rhea tidak Semurahan itu. Rhea akui dirinya menerima uang Xyan. Tapi apa yang dilakukan bukan semata-mata untuk itu.

Sejak awal melihat Xyan, Rhea sudah memiliki ketertarikan. Dan semakin hari rasanya malah justru semakin tumbuh. Terlebih dengan perlakuan Xyan yang di terimanya beberapa hari belakangan ini.

Meskipun berada jauh, Xyan tak pernah lupa menghubunginya, menanyakan kabarnya, menanyakan kuliahnya, dan selalu mengingatkan makannya. Hal sederhana yang membuat hati Rhea berbunga, hingga ketiadaan laki-laki itu membuatnya merana.

Sudah tiga hari Xyan pergi dan Rhea hanya bisa merindu sendiri tanpa berani mengungkapkannya. Rhea merasa belum sepenting itu untuk Xyan. Dan lagi ia mengingat apa hubungan diantaranya dan ayah sahabatnya itu. Hubungan mereka hanya sebatas sugar baby dan daddy. Sebuah hubungan yang seharusnya tidak melibatkan perasaan. Namun yang terjadi pada Rhea malah justru sebaliknya.

Rhea sadar dirinya menginginkan Xyan, menyukai laki-laki itu melebihi rasa sukanya terhadap Tristan dulu. Dan Rhea tak jarang mengartikan bahwa ini cinta. Tapi secepat mungkin ia mengenyahkan itu, membangun benteng pertahanan untuk membatasi hati agar ke depannya tak semakin terjatuh. Rhea masih belum tahu mengenai alasan Xyan mengajaknya pada hubungan ini. Entah itu nafsu atau rasa suka. Yang jelas Rhea masih ingin menikmati ini. Hubungan ini. Untuk ke depannya, biarlah ia pikirkan nanti.

“Jadi ngerjain tugas di rumah gue ‘kan? Sekalian nginep aja, ya? Besok weekend, kita maraton drama malam ini,” ucapnya semangat. Dan Rhea hanya terkekeh geli melihat antusias sahabatnya itu.

“Ke rumah gue dulu tapi, ya. Bawa baju ganti.”

Dan sebuah acungan ibu jari menjadi persetujuan dari Trika. Selanjutnya, mereka mengikuti kelas terakhir, dan itu berlangsung selama dua jam. Sesuai apa yang sudah di rencanakan, Trika menemani Rhea ke rumahnya, membawa pakaian ganti. Namun karena keberadaan ibu Rhea yang pulang lebih awal dari biasanya membuat dua remaja beranjak dewasa itu menghabiskan waktu lebih lama, karena Diana tidak mengizinkan keduanya pergi sebelum makan malam.

Jam delapan lewat, Rhea dan Trika baru bisa meninggalkan rumah. Namun itu tak masalah karena selama menunggu Diana memasak, Rhea dan Trika sempat mengerjakan tugasnya. Jadi begitu tiba di istana Trika, mereka bisa langsung menonton. Dan drama Thailand yang menjadi pilihan mereka kali ini. Di temani berbagai macam camilan yang sebelumnya Rhea beli di minimarket. Sampai tak terasa bahwa malam semakin larut, dan kantuk mulai menghampiri mereka. Rhea yang lebih dulu terlelap, lalu di susul Trika selesai mematikan televisinya.

Kedua gadis itu tidak menyadari kepulangan Xyan. Bahkan tidak ada yang terusik dengan kedatangan Xyan yang selalu mengunjungi kamar putrinya setiap kali pulang bekerja untuk memastikan putrinya tidur dengan nyaman. Kebiasaan itu tidak pernah hilang sejak dulu.

Selesai dengan memberi kecupan di kening putrinya dan membenarkan letak selimut Trika, Xyan beralih duduk di sisi ranjang lainnya, di samping Rhea yang tak kalah lelapnya.

Untuk beberapa saat, Xyan hanya diam, memperhatikan wajah damai gadisnya, sebelum kemudian sebuah senyum penuh arti terukir di bibirnya.

Dengan hati-hati, Xyan mengangkat tubuh Rhea dari ranjang putrinya, membawa sahabat Trika itu ke luar dari kamar. Xyan bawa gadis itu ke kamarnya yang berada di lantai tiga, lalu membaringkan Rhea di atas ranjangnya. Sementara Xyan membawa langkahnya ke kamar mandi demi membersihkan tubuh lengketnya.

Tak memerlukan waktu lama untuk Xyan mandi, karena kurang dari dua puluh menit, laki-laki itu sudah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, dan mengayun langkah menuju walk in closet. Mengambil acak celana tidurnya tanpa berniat untuk mengenakan atasan. Setelah itu bergabung di ranjang dengan Rhea yang masih lelap dalam tidurnya.

Xyan gemas. Ia merindukan gadis itu, dan niatnya Xyan akan meminta Rhea ke apartemen esok hari. Tak menyangka bahwa sahabat dari putrinya itu malah justru berada di rumahnya. Terlelap dengan putrinya.

Baby, bangun,” nyatanya Xyan tak tahan untuk tidak membangunkan gadisnya. Awalnya Xyan memang merasa begitu lelah setelah menempuh perjalanan jauh, tapi ketika mendapati sosok Rhea, rasa lelah itu hilang, digantikan dengan keinginannya melepas rindu. Kapan lagi bukan mereka bisa menghabiskan malam bersama?

Baby,” kembali Xyan berusaha membangunkan Rhea dari tidurnya dengan cara menepuk-nepuk pelan pipi Rhea. Namun tidak juga ada tanda-tanda gadis itu terusik, semakin membuat Xyan gemas dan berakhir dengan menyerang bibir Rhea dengan cukup liar, hingga si empunya mulai terusik dan perlahan mengerjapkan mata. Tapi Xyan tak berniat menghentikan ciumannya. Xyan malah justru semakin melumat habis bibir Rhea dan mengeksplor rongga mulut gadis itu. Membuat Rhea yang belum sadar sepenuhnya kewalahan, dan berusaha mendorong Xyan karena napasnya sudah benar-benar menipis. Beruntung Xyan memahami itu dan melepaskan ciumannya, membiarkan Rhea mengambil udara sebanyak-banyaknya. Sementara Xyan beralih pada leher jenjang Rhea, mengecup dan menjilatinya sensual. Hingga lenguhan itu kembali Xyan dengar setelah tiga hari dirinya rindukan.

Daddy kapan pulang?” pertanyaan itu Rhea lontarkan begitu sudah dapat mengatur napasnya.

“Setengah jam lalu mungkin,” Xyan mengedikkan bahu singkat, lalu kembali melanjutkan aktivitas menyenangkannya, menciumi leher Rhea tanpa meninggalkan bekas satu pun, karena itu akan bahaya jika di lihat Trika pagi nanti.

“Terus kenapa bukannya tidur? Dan dimana kita sekarang?” Rhea merasa asing dengan kamar yang di tempatinya sekarang. Meskipun tak cukup pencahayaan, Rhea tahu bahwa ini bukan kamar Trika. Lagi pula Xyan tak akan seberani itu melakukan hal ini di kamar putrinya sendiri.

“Aku merindukanmu,” Xyan berbisik di depan bibir Rhea yang kembali dilumatnya dengan rakus. Dan kali ini, Rhea membalas dengan kesadaran penuh. Meskipun tetap tak bisa mengimbangi. Namun Rhea terus berusaha dan akan terus berusaha agar kelak dapat mengimbangi Xyan yang sudah ahli.

Tangan Xyan yang semula berada di sisi wajah Rhea kini bergerak, menyusuri rahang gadisnya dengan gerakan lembut yang sengaja menggoda, lalu sentuhan itu berangsur turun hingga tiba di depan dada Rhea yang terlihat menantang. Awalnya hanya remasan lembut, hingga kemudian kelembutan itu berubah semangat dan membuat Rhea melengkungkan tubuhnya dengan desahan yang lolos, membakar gairah Xyan.

“Benar-benar seksi,” puji Xyan sedetik setelah melepaskan pagutan bibirnya.

“In—ini di mana?” pada nyatanya Rhea masih khawatir. Takut apa yang dilakukannya dengan Xyan terpergok orang lain, terlebih Trika.

“Kamarku,” hanya jawaban singkat itu yang diberikan. Xyan tidak menginginkan terlalu lama mengabaikan tubuh Rhea yang kini sudah mulai berpeluh. Dan lagi sesuatu yang baru dirinya keluarkan dari penyangganya sudah menggoda untuk segera dinikmati.

Dada Rhea benar-benar menggiurkan, dan Xyan sudah benar-benar tak sabar untuk meraupnya. Maka setelah memberi jawaban singkat itu, Xyan bergegas melahap salah satu payudata Rhea yang begitu indah, lembut dan berisi. Begitu kenyal dan pas di genggamannya.

“Ah, Dad,” desahan Rhea bagai alunan semangat untuk Xyan yang sudah benar-benar terbakar gairah. Xyan benar-benar tak lagi bisa menahan diri. Mulut yang sibuk mengelum satu dada Rhea seakan tak cukup untuknya, dan kini tangan Xyan ikut andil di dada satunya. Memberi remasan-remasan kuat yang berkali-kali menghadirkan ringisan Rhea yang dibarengi desah kenikmatan.

“Dad, pelan, please!” mohon Rhea dengan napasnya yang memburu.

Dan seolah teringat akan satu hal, Xyan akhirnya melembutkan remasan juga hisapannya. Membuat Rhea menghela napas lega dan menikmati sepenuhnya sentuhan Xyan hingga kepuasan itu Rhea capai untuk pertama kalinya. Dan berakhir terlelap di pelukan Xyan.

***

Maaf kalau kurang bikin gerah 🤭🤭

See you next chap guys !!!

Hot DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang