Happy Reading !!!
***
“Oke, Ka. Sampai ketemu di kampus,” Rhea menutup panggilan teleponnya, lalu memasukan benda pipih itu ke dalam tasnya dan Rhea siap untuk berangkat. Di lantai satu rumahnya, Rhea mendapati ibu dan adiknya duduk di meja makan, menikmati sarapan yang selalu Diana siapkan untuk anak-anaknya.
“Selamat pagi, Ma,” Rhea menyapa seperti biasa, meninggalkan kecupan di pipi wanita kesayangannya itu. Di lanjut mengecup pipi adik lelakinya yang masih duduk di bangku SMA kelas dua. Setelah itu barulah Rhea mengambil duduk di samping Ryan -adiknya- dan menikmati sarapan mereka dengan diselingi obrolan seputar kegiatan mereka masing-masing.
Lima tahun hanya hidup bertiga tanpa sosok kepala keluarga, mereka masih dapat melaluinya dengan baik, meski luka di masing-masing hati tidak dapat diobati sepenuhnya. Namun baik Rhea mau pun Ryan bersyukur mereka masih memiliki satu sama lain. Memiliki ibu yang terus berjuang menghidupi mereka, menyayangi, dan juga melindungi.
Di tengah kesibukan dan rasa lelahnya, Diana masih menyempatkan diri ada untuk anak-anaknya. Dan waktu sarapan seperti ini tidak pernah mereka sia-siakan. Karena sadar bahwa hanya di waktu inilah mereka bisa berkumpul. Beruntung Ryan paham keadaan keluarganya, hingga remaja lelaki itu tak menuntut banyak hal. Cukup dengan seperti ini, berkumpul dan bisa berbagi cerita. Kebersamaan yang tak lama tapi cukup berarti untuk mereka.
“Bareng gue gak, Sis?” tanya Ryan saat mereka sama-sama keluar dari rumah setelah menyelesaikan sarapannya.
“Gak deh, lo telat nanti kalau nganter gue dulu,” tolak Rhea sedetik setelah melirik jam di pergelangan tangannya.
“Oke deh, kalau gitu gue duluan, ya,” ucapnya seraya mengecup pipi Rhea seperti biasa, lalu menyalami tangan ibunya dan juga mencium kedua pipi orang tua tunggalnya itu. Barulah setelah itu Ryan berangkat. Meninggalkan Rhea dan Diana yang masih berada di teras rumah.
“Kamu di jemput Trika, Re?” karena biasanya memang begitu. Diana sudah terlampau sering mendapati kedatangan sahabat putrinya.
“Enggak, Ma. Hari ini Trika gak kelas pagi, ada urusan katanya. Jadi nanti kita ketemu di kampus aja,”
Tak banyak bertanya, Diana hanya mengangguk paham. “Mama anterin kalau gitu, yuk?”
Namun cepat-cepat Rhea menggelengkan kepalanya, sedikit panik, tapi berusaha kuat untuk tak berlebihan, karena bisa-bisa ibunya itu curiga. “Rhea udah pesan taksi,” ucapnya seraya menunjukkan aplikasi taksi online kepada ibunya. “Mama langsung ke restoran aja. Lagi pula kampus Rhea berlawanan arah sama restoran Mama.” itu memang benar, dan Rhea tak ingin ibunya kelelahan.
“Bulan depan Mama janji beliin kamu kendaraan untuk kamu gunakan ke kampus,” kata Diana yang merasa tak tega membiarkan putrinya pulang pergi harus dengan angkutan umum. Terlebih jika anaknya itu harus pulang malam. Sebagai ibu Diana khawatir.
“Jangan, Ma,” tolak Rhea tak setuju. “Rhea bisa naik ojek atau taksi. Lagi pula Rhea juga lebih sering di antar jemput Trika. Uangnya lebih baik mama tabung aja untuk biaya kuliah Ryan nanti.”
“Ta—”
“Rhea gak terlalu suka berkendara, Ma,” selanya cepat seraya mengulas senyum lembut. “Taksi Rhea udah sampai. Rhea berangkat duluan gak apa-apa?” melirik taksi yang berhenti di depan pagar rumahnya sejenak, Rhea kemudian menoleh kembali pada wanita paruh baya kesayangannya itu. Memeluk singkat sang ibu, Rhea tak lupa mengecup pipi Diana sebelum kemudian berlalu dengan taksinya dengan tujuan apartemen Xyan. Sesuai pinta laki-laki itu yang menginginkannya datang pagi ini.
Cukup lama Rhea menempuh perjalanannya karena macet yang tidak bisa di hindari. Tapi akhirnya Rhea tiba juga di tempat tujuan, berdiri di depan pintu apartemen Xyan dengan perasaan bimbang. Rhea bingung harus menekan bel atau justru langsung masuk menggunakan kartu yang semalam Xyan berikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy
RomancePada dasarnya cinta adalah milik semua insan, tak peduli tua atau muda. Yang jelas mereka berhak memiliki rasa suka. Sama halnya dengan Rhea. Namun fakta bahwa pria yang dicintainya merupakan ayah dari sahabatnya membuat perasaan Rhea tak mudah berl...