Ica berangkat sekolah seperti biasa. Diantar Abi sampai depan gerbang sekolah, seperti biasanya juga, Ica menyalami Abi dan melambaikan tangan dengan bersemangat.
Pagi ini cerah, begitu juga hati Ica. Hanya satu harapan Ica untuk hari ini, akan berjalan dengan lancar. Tanpa kesedihan mengingat sosok ayah.
Ica berjalan menuju kelas, duduk di bangku pojok seperti hari-hari biasanya. Kasandra menyapa Ica lalu berbincang sebentar mengenai materi minggu lalu dan ujian biologi kemarin.
"Ca, hari ini ada diskon sepatu bagus banget, lo mau ikut ke mal gak?" tanya Kasandra. Ica diam sejenak, lalu menggeleng.
"Yah, ayolah sekali ini aja temenin gw," Kasandra memohon pada Ica.
"Ica mau belajar, besok kan ujian matematika Kasandra," ucap Ica sambil mengingatkan. Kasandra kemudian diam dan menghela napas kecewa.
Bel berbunyi, seorang guru pengawas masuk membagikan lembar soal dan jawaban. Hari ini, ujian masih berlangsung dengan mata pelajaran Fisika. Ica yakin Kasandra hendak menenangkan otaknya ke mal setelah ini, gadis itu bahkan tidak pernah belajar. Berbeda dengan Ica, setiap hari hanya ada belajar, membantu Ibu, atau sekadar rebahan di rumah.
Kali ini ujian berlangsung satu jam setengah. Dalam waktu enam puluh menit, banyak siswa yang sudah selesai. Begitu juga dengan Ica.
Keberuntungan untuk hari ini, sekolah pulang lebih awal lagi. Yah, karena kabar duka salah seorang keluarga guru. Entah harus senang atau ikut berduka, yang penting Ica bisa mengantar lagi makan siang untuk Abi. Semoga saja, kali ini akan lebih baik.
Kasandra memanggil Ica saat hendak pulang. Gadis itu berlari pelan mendekati Ica yang sudah di gerbang.
"Ca, mau ke mal bawain bang Abi makan siang?"
"Gw ikut ya!"
Ica mengangguk dan menyetujui tawaran Kasandra. Ica mengajak Kasandra pulang ke rumah dulu, awalnya Ica menyuruh Kasandra pulang ke rumahnya dulu tapi gadis itu keras kepala ingin membantu memasak.
Sepanjang perjalanan di angkot, Kasandra bercerita banyak. Mulai dari fashion, idol K-Pop, dan banyak hal lainnya. Ica yang tidak mengerti hanya mengangguk saja.
***
Sampai di rumah,ternyata Ibu sudah masak makan siang.Jadi Ica dan Kasandra hanya perlu mengantarnya.Kasandra mengajak Ica berkeliling mal sebentar sebelum mengantar makan siang untuk Abi.
"Ca,mal ini kok sama kaya nama belakang lo yah?"
Ica menggeleng,tak tahu dan bukan urusannya.Ica cuma merasa ,nama Az-Zara itu pasaran dan banyak di pakai.
"Jangan-jangan mal ini milik lo!"tebak Kasandra semakin tak jelas.
"Kalau iya,bang Abi gak mungkin jadi cleaning service Kasandra!"gemas Ica.Kasandra hanya tertawa puas,bodohnya memang sangat natural.
"Abang lo ganteng Ca?"
Ica mengangguk,"Ganteng banget,mau kenalan?"
Kasandra mengangguk sambil menutupi pipinya yang mulai memerah.
"Mau Ca!"
"Bang Abi!"teriak Ica saat melihat Abi sedang mengepel.Ica berlari ke arah Abi lalu memeluknya.Kasandra mengikuti langkah Ica sambil terbengong melihat tingkah Ica.
Ica melepas pelukannya dan memperkenalkan Kasandra.
"Bang Abi,ini Kasandra temennya Ica di sekolah."
Abi hanya mengangguk,tidak tersenyum.Berbeda dengan Kasandra yang agak salah tingkah sambil mengulurkan tangannya.Abi menyalaminya.
"Abian,"
"Kasandra,panggil aja Sandra kak."
"Bang Abi,Ica bole muter-muter mal dulu gak?"tanya Ica sambil menatap Abi penuh harap.Abi malah tertawa pelan.
"Jangan muter Ca,nanti lo pusing."
"Maksud Ica,jalan-jalan dulu sama Kasandra boleh kan?"Ica memperjelas maksudnya.Meski sebenarnya Ica yakin Abi hanya menggodanya tadi.
"Boleh Ca,hati-hati."
"Pamit dulu ya kak."ucap Kasandra pada Abi.Berharap di beri senyuman tipis,tapi tidak.Laki-laki itu hanya bersikap manis pada Ica,adiknya.
Kasandra mengajak Ica berjalan-jalan di toko baju.Meski Ica yakin,Kasandra hanya melihat-lihat saja tanpa membeli.
"Bagus-bagus ya Kasandra,sayang Ica gak punya uang,"ucap Ica pelan.Kasandra ikut mengangguk.Keduanya bisa bersahabat karena Kasandra juga anak sederhana seperti Ica,setelah ayahnya di pecat karena kasus korupsi setahun yang lalu.
"Kalau Ica punya uang nanti,Ica belikan Kasandra baju yang banyak!"
"Iya Ca,"ucap Kasandra sambil mengulum senyum.
Kasandra mengajak Ica ke toilet sebentar.Saat hendak keluar toko,banyak pelanggan yang ingin masuk,sepertinya karena sedang ada diskon besar-besaran.Alhasil,Ica keluar berdempetan nyaris terdorong.
Rupanya,nasib Ica sedang tak bagus.Ica jatuh terdorong lagi,seperti kemarin.Kasandra yang menyadari Ica jatuh langsung membantunya berdiri.
Saat Kasandra membantu Ica,bersamaan seorang pria juga menghampiri Ica.Bersama Kasandra membantu Ica berdiri.Mungkin pria itu seumuran ayah Ica,batin Kasandra.
"Kamu gapapa nak?"tanya pria itu.Ica mengangguk.
"Makasih pak."
"Lo gapapa kan Ca?"tanya Kasandra.Ica kembali mengangguk.
Pria itu masih berdiri di depan Ica malahan kini ia menatap Ica sambil tersenyum.Senyumannya,Ica merasa tidak asing.
"Namamu siapa nak?"
"Aiza,panggilannya Ica,kalau..."
"Mas,ayo!"panggil seseorang ke arah Ica dan pria tadi.Pria itu bergegas pamit dan pergi.
"Siapa Ca?"tanya Kasandra sambil menyenggol lengan Ica.Ica menggeleng.
"Gak tau Kasandra,"
"Gw kira bapak lo,"lirih Kasandra sambil agak tertawa.
Ica menatap Kasandra.Ica memaksakan senyum tapi justru airmata Ica yang jatuh menetes.
"Ca,kenapa?"tanya Kasandra dengan khawatir.Ica menggeleng lagi.
"Gw salah ngomong ya?"
"Ica gak punya ayah Kasandra."
Kasandra merutuki dirinya sendiri yang asal bicara.Lalu segera memeluk Ica.
"Maaf ya Ca."
"Iya Kasandra,Ica gapapa kok."jawab Ica,walau masih ada kekecewaan.Doa Ica tidak terkabul,satu tangisan di hari ini karena ayah,lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERFECT HAPPINESS[hiatus]
De TodoSempurna, satu kata yang akan membuat orang menggambarkan kekayaan, kecantikan, keluarga harmonis, atau pasangan setia, dan penampilan. Hidup dalam keluarga sederhana mungkin jauh dari kata sempurna. Tapi bagaimana jika sebuah takdir memberimu piiha...