(Name) menghela nafas lelah, lagi lagi ia bertemu Wakasa. Rasanya sejak mengenal pria itu, tidak ada satu hari pun tanpa melihat Wakasa.
"Ah, jadi kamu (Name) ya." Shin tersenyum cerah sembari menatap (Name) yang hanya melempar senyum tipis yang terkesan terpaksa.
"Karena kamu sudah disini, bagaimana kalau aku antar pulang?" Tawar Wakasa.
"Tidak mau." Jawab (Name).
"Baik, tunggu aku mencari kunci motorku sebentar." Balas Wakasa dan berbalik pergi.
"Aku bilang tidak mau. Apa dia itu tuli?" Gumam (Name) dengan nada kesal.
Shin yang mendengarnya tersenyum. "Sekarang aku mengerti. Ini pertama kalinya Waka sangat menginginkan seseorang."
(Name) diam.
"Aku ada urusan, jadi bilang saja pada temanmu kalau aku sudah pulang duluan." Ucap (Name) dan berbalik pergi begitu saja.
Namun seseorang sudah lebih dulu menahan ransel (Name).
"Terlambat, aku sudah menemukan kunci motorku, jadi kamu pulang denganku." Wakasa menyeringai.
"Shin, aku pergi dulu!" Wakasa melambaikan tangannya. Ia menarik ransel (Name) membuat tubuh (Name) ikut terseret.
Shin sendiri hanya terkekeh pelan sembari melambaikan tangannya.
Kali ini Wakasa tidak membawa (Name) mampir ke tempat lainnya dan memilih untuk langsung mengantar gadis itu ke rumahnya.
Ia sempat khawatir saat melihat (Name) mengobrol dengan Shin tadi. Namun untunglah Shin segera menjelaskan situasinya.
Wakasa merasa perasaannya semakin membesar pada (Name) saat tau bahwa walau sikapnya ketus, (Name) bisa menjadi sosok penyayang di depan anak anak.
Begitu sampai di depan rumahnya, (Name) segera turun.
"Tunggu." Tahan Wakasa.
"Apa lagi?" Tanya (Name) malas.
"Aku menyukaimu." Ucap Wakasa lugas.
Sejujurnya (Name) tidak kaget. Dari sikap Wakasa pun sudah terlihat jelas niat pria itu. Namun ia tidak menduga bahwa Wakasa akan menyatakan perasaannya secepat ini.
"Aku mau kamu bahagia, aku mau jadi orang yang bisa membuatmu tersenyum, (Name)."
(Name) mematung di tempatnya.
"Maaf." Ucap (Name) setelahnya. "Lebih baik kamu cari gadis lain saja. Lagipula kamu itu cukup populer kan di kalangan gadis gadis."
"Yang aku mau kamu." Balas Wakasa.
"Ya, tapi aku tidak mau. Kamu harus tau kapan saatnya kamu harus menyerah."
"Saat itu sudah aku bilang kan kalau aku akan menunggumu, jadi aku tidak akan menyerah." Balas Wakasa keras kepala.
"Kalau begitu silahkan menunggu seumur hidupmu." Jawab (Name) dingin.
(Name) berbalik dan berjalan menjauhi Wakasa yang masih menatap punggung (Name).
"Bodoh. Apa yang harus ditunggu dari gadis suram dan lemah sepertiku." Gumam (Name) lirih sembari memasuki rumahnya.
.........Wakasa kembali ke tempat Shin dengan wajah suram. Ternyata memang tidak akan semudah itu.
"Ada apa dengan wajahmu?" Tanya Benkei.
"Aku ditolak." Jawab Wakasa dengan wajah suram.
"Welcome to the club." Ucap Shin yang langsung mendapatkan sikutan di perut oleh Takeomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wakasa's Mine (Wakasa x Reader)
Fanfiction"Jangan terlalu ketus, nanti kalau jadinya suka, malah repot." -Wakasa Imaushi-