Tiga orang pria itu menatap ke arah teman temannya yang duduk di sofa sembari memainkan gitar di tangannya dengan penuh emosi.
"Apa yang terjadi?" Tanya Shin menatap Takeomi.
"Entahlah, aku juga bingung." Balas Takeomi sembari menghembuskan asap rokoknya.
"Suasana hatinya cepat sekali berubah." Komentar Benkei.
"Waka-"
"Apa!?" Belum sempat Takeomi menyelesaikan ucapannya, pria bersurai pirang itu lebih dulu memotongnya.
"Wow, ada apa denganmu?" Tanya Shin heran.
Wakasa tidak menjawab namun memilih kembali memainkan gitarnya dengan penuh emosi.
"Padahal aku yang bersusah payah mendapatkan hatinya, bajingan itu dengan seenaknya mendekati (Name)." Keluh Wakasa dengan nada dongkol.
"Apa yang terjadi? Kamu bilang mau mengantar (Name)." Benkei buka suara.
"Aku melihat (Name) mengobrol dengan pria lain di depan sekolah. Mereka terlihat akrab." Ucap Wakasa.
"Serius? Cuma karena itu?" Tanya Takeomi tidak habis pikir.
Wakasa mendengus, "Dia itu membenci semua pria di sekitarnya. Namun pria itu bahkan tidak diusir. Bahkan (Name) tersenyum tipis."
Wakasa memasang wajah suram sebelum kembali memainkan gitar di pangkuannya dengan penuh emosi.
"Anu, kamu bisa merusak gitarnya." Ucap Shin mengingatkan.
Wakasa meletakkan gitar itu dan bangkit dari bangkunya lalu mengambil kunci motornya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Benkei.
"Cari angin." Jawab Wakasa lalu beranjak meninggalkan bengkel Shin.
"Wow, baru kali ini aku melihat dia sampai seperti itu karena seorang gadis." Gumam Takeomi.
"Benar, biasanya gadis gadis yang mengelilingi dia." Benkei terkekeh pelan.
"Dia akan baik baik saja. Kurasa." Ucap Shin.
........Akeno sendiri menatap (Name) yang tidak berhenti melirik ponselnya. Aneh sekali, biasanya adiknya itu cuek sekali. Namun kini bahkan saat makan malam pun dia menyempatkan diri untuk memeriksa ponselnya.
"Ada apa, (Name)?" Tanya Akeno.
(Name) tersentak kaget. Lamunannya langsung terpecah karena mendengar suara Akeno.
"Tidak apa apa." Jawab (Name).
Sebenarnya, (Name) sedang menunggu pesan dari Wakasa. Setelah pria itu memberitahu bahwa tidak bisa menjemputnya, dia tidak ada mengirim pesan lagi.
Ini aneh. Biasanya Wakasa akan mengirim pesan, walaupun isinya tidak penting.
Apa pria itu baik baik saja. Duh, mengapa (Name) jadi mencemaskan Wakasa?
"Kamu melamun lagi." Akeno menarik pipi (Name) membuat (Name) mengaduh.
"Kamu yakin baik baik saja?" Tanya Akeno.
(Name) menimbang nimbang apakah harus menceritakannya pada Akeno. Di satu sisi ia sudah pernah berjanji bahwa akan terbuka pada Akeno, namun di sisi lain besar dugaan (Name) bahwa Akeno akan mengejek dan menertawakannya.
Dan ia tidak mau itu terjadi.
"Aku tidak apa apa." Jawab (Name) akhirnya. "Hanya memikirkan ujian besok." Kilah (Name).
Akeno mengernyit, namun setelahnya pria itu mengangguk.
"Aku ke kamar dulu." Pamit (Name) dan beranjak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wakasa's Mine (Wakasa x Reader)
Fanfic"Jangan terlalu ketus, nanti kalau jadinya suka, malah repot." -Wakasa Imaushi-