chapter tujuh

105 6 0
                                    

"Happy reading manissss"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Happy reading manissss"

****


"Dev, coba kasih tau gua."

"Gua lebih cocok sama Angkasa, Rhaka apa Rizal?"

Vanya bukan tanpa sebab menanyakan hal tersebut. Setelah pulang dari arena balap. Dia sebagai pemenangnya. Vanya kan berhasil follbackan sama anggota GGS. Tak kecuali Rayan, yang ternyata anggota ketujuh yang ghoib keberadaan nya. Jarang muncul di media.

Gadis itu langsung stalking akun masing-masing diantaranya. Sekarang sisa Yovan. "Nih yang paling keliatannya kalem, menurut lo cocok engga kalau sama gua?"

Devfan menatap tajam Vanya. Saat gadis itu terus saja berceloteh hal yang tidak berfaedah. Menganggu konsen belajarnya saja. Mana pake nunjukin foto-foto cowok tadi lagi. Sangat tidak penting.

"Daripada lo sibuk ngestalk, mending sini belajar. Lo mau nilai lo engga lulus, terus remedial lagi?"

Bukan Vanya namanya kalau langsung menurut. Gadis itu malah menyingkir kan buku yang berada di pangkuan Devfan. Dan ia menggantikan posisi bukunya. Duduk dipangkuan Devfan yang nampak pasrah. Sambil jaga-jaga, jangan sampe gadis sintingnya ini duduk tepat ditengah-tengah antara paha dalamnya.

"Nih, liat? Ganteng engga? Menurut lo, mana yang pantes gua jadiin pacar? Mana yang pantes dijadiin cadangan, gebetan sama HTS-an nih? Bantuin pilih dong," cerocosnya.

Alih-alih menjawab dan melihat foto yang ditunjukkan. Devfan malah salah fokus menatap setiap pergerakan bibir Vanya. Ternyata dari jarak yang sedekat ini. Jauh lebih menggoda.

Ngomong-ngomong posisinya Vanya pangku membelakangi Devfan. Jadi punggungnya bersentuhan langsung dengan dada bidang Devfan yang hanya dibaluti singlet.

"Terus ini, pilihin tempat romantis buat date nanti dimana? Angkringan? Lesehan, apa di lampu merah? Lo punya rekomendasi engga?"

Devfan mengangguk tertahan. Nafasnya mendadak tersekat. Saat Vanya berbalik dengan posisi pangku hadap-hadapan dengan Devfan. Saking dekatnya, sampe kepala Devfan maju.

"Kuburan," sarannya.

Vanya yang mendengarnya langsung merotasi matanya. Ia menyesal, bertanya pada orang yang salah. "Engga elite banget di kuburan."

"Kamar jenazah lah, biar bisa paragoy bareng suster suster disana." Vanya ini tak terima dibilang goblok. Tapi kalau berceloteh suka asal keluar. "Atau iniii..."

"Oyo engga si?"

"Hm, sama gua tapi."

Spontan Vanya langsung mendongak. Merasakan nafas berat dari cowok yang memangku dirinya ini. "Ngapain ke Oyo? Kalau disini juga bisa."

Doubell SintingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang