1. Berjuang untuk di ingat

29 11 8
                                    


"Ayo pacaran sama aku, Abim." Oriza tersenyum menatap pria bertubuh atletis di depannya.

Berbeda dengan Oriza yang memberi tatapan hangat dan ceria, Abimana Radeva Raja justru memberikan tatapan sebaliknya. Tajam dan tidak suka.

Oriza tidak terusik dengan gelagat benci yang ditunjukan Abimana. Gadis itu tetap melengkungkan bibir, membungkus wajah cantiknya dengan senyum bahagia. "Ayo kita pacaran aja. Aku suka sama kamu dan kamu mau gak mau harus suka sama aku. Ini menguntungkan, loh. Papah kamu pasti suka. Papah aku, 'kan, rekan bisnisnya papah kamu. Jadi ayo pacaran."

Abimana menutup rapat matanya sejenak. Dia menghela nafas kasar, membuka kembali matanya-menyorot Oriza dengan level tidak suka yang naik seratus persen. "Jangan deket-deket gue. Minggir!"

Abimana berlalu dari sana. Tidak ingin ada perdebatan atau apapun yang akan di ucapkan gadis itu yang nantinya akan memicu emosinya.

Namun takdir dan jalan fikiran Oriza berbeda. Gadis itu sekarang mensejajarkan langkah mereka. "Ayo kita pacaran. Aku udah lama suka sama Abim. Aku cantik, kaya, baik, supel, pintar-"

"Terserah. Gue gak suka sama lo!" tukas Abimana kesal. Pria itu mempercepat langkahnya agar kaki mungil Oriza tidak lagi bisa menyusulnya.

Abimana menghela nafas lelah saat di sampingnya Oriza tidak menyerah. Gadis itu kini berlari untuk menyamai langkahnya. "Kalo gitu ayo suka sama aku. Aku bisa bantu, mau di apain? Di perhatiin, aku bisa. Disayangin, aku juga bisa. Tinggal usaha kamu aja, gak bakalan susah kok suka sama aku. Soalnya aku emang di sukai orang-orang."

"Orang-orang pada bohong!"

Oriza mencebik tapi tidak lama senyumnya terbit lagi. Dia mempercepat laju larinya, berdiri di hadapan Abimana untuk menghalangi pria itu.

Oriza membentangkan tangan-menghalangi langkah Abimana. "Suka sama aku gak buat kamu sial. Ayo buka fikiran, mata hati, sama mata batin buat liat aku seutuhnya. Terima aku sepenuhnya. Cintai aku dengan ikhlas."

Abimana menunduk malu karena sedari tadi di perhatikan murid satu sekolah mereka. Setelah menghela nafas panjang untuk menenangkan diri, dia menarik lengan Oriza menuju belakang sekolah.

sorak-sorai siswa langsung terdengar.

"Apa lo gak capek kaya gini terus?" Abimana bertanya setelah menghempaskan lengan Oriza di belakang sekolah dimana di tempat ini tidak ada siswa ataupun guru.

Oriza tersenyum lalu mengelus tangannya. Bisa dilihat dengan jelas semburat merah jambu mulai muncul di pipi gadis kelas tiga SMA itu.

Abimana sekali lagi menghela nafas kasar. "Kalo emang gak capek tolong banget berhenti. Gue yang capek, lahir dan batin. Dua tahun apa gak cukup ngerecokin hidup gue di SMA? Masa yang harusnya indah dan berkesan malah ancur lebur gara-gara kelakuan absurd lo!"

Oriza kali ini mengangkat pandang. Menatap langsung manik sang raja hati. "Kalo aku bilang gak bisa berhenti, kamu bisa apa? Hal kaya gini juga baru buat aku. Suka sama orang dengan perasaan sebesar ini itu ... susah. Terlebih, karena kamu orang yang aku sukai gak pernah suka dan tertarik sama apapun tentang aku. Aku udah rasain semua fase loh, fase diam-diam suka, fase mendoakan diam-diam udah, dan sekarang aku lagi di fase mengejar mati-matian."

"gak semua fase. Masih ada satu fase yang lo lupain! Fase merelakan dengan seikhlas-ikhlasnya!"

Oriza menggeleng pelan, kali ini tidak berani lagi menatap manik kelabu Abimana. "Aku udah pernah di fase itu. Susah dan sakit, dua kata itu yang mewakilkan. Maaf kalau ini membebani kamu. Tapi, aku ternyata emang gak bisa jauh-jauh. Aku ... juga takut jatuh sedalam ini, takut banget. Tapi hati aku lain lagi, dia maunya milih jalan lain. Maunya jatuh cinta sedalam ini sama kamu."

BISA KENANG AKU? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang