10. Dua luka yang sedikit menyembuhkan retak

17 5 4
                                    

"Sey!"

Seyna menghentikan langkah lalu menoleh ke belakang. Dia mengernyit saat Abimana nampak tersenyum menghampirinya.

Mereka berhadapan dengan Seyna yang memberi raut tanya.

"Bareng ke kelas, yok!" Abimana tersenyum hangat lalu berjalan bersisian dengan Seyna.

Seyna bingung namun cukup malas dan lelah untuk menanyakan perubahan sikap Abimana yang sebelumnya terlihat kecewa dan membencinya.

"Bentar ke kantin bareng, yah?" Lagi, Abimana membuka obrolan.

"Kenapa?"

"Ya bareng aja, gak boleh?"

"Kenapa sikap lo aneh hari ini? Bukannya kemarin lo benci sama gue?" Seyna akhirnya bertanya.

"Yang kemarin di kemarinin aja lah. Urusan hari ini beda lagi. Kuy, nanti makan bareng!" Abimana menjawab semangat.

Menyepelekan hal yang membuat Seyna cukup penasaran.

Mereka memasuki kelas lalu duduk di bangku masing2. Seyna bergeming dengan ajakan Abimana. Lebih tepatnya dia malas berbicara lebih banyak.

"Gimana, Sey? Gue jajanin kalo duit lo abi-" Abimana menggeleng. "Kalo lo gak ada duit."

Seyna tertawa kecil. Pantas saja Abimana berlaku baik padanya. Teman sebangkunya itu mungkin melihat kejadian memuakkan pagi tadi. Ini menyedihkan.

"Gak, makasih!"

"Ayolah, Sey."

"Lo ajak aja si Oriza ke kantin. Pucet gitu orangnya." Seyna mengangkat dagu ke arah bangku Oriza yang memperhatikan mereka dengan senyuman meski bibirnya terlihat pucat.

"Oriza biar bareng Shion aja, dia gak lama lagi bakalan ke sini paling." Abimana tanpa melihat Oriza langsung menggeleng. Baginya masalah Seyna cukup serius dan sebagai teman dia harus membantu.

"Gue aja yang bareng Seyna ke kantin. Sesama cewek kayanya lebih nyaman. Gue jagain Seyna kok, gak usah takut gitu mukanya, Abim." Oriza berdiri dengan wajah yang hangat meski bibirnya nampak pucat. Dia gantian melihat Seyna dan Abimana. Tertawa kecil, Oriza kembali berucap, "ayo Sey, lo gak bakalan nyaman kalo di paksa terus, 'kan? Lo gak gue bayarin, pinjem aja dulu duit gue."

Seyna mengerutkan dahi. Tidak ada gunanya meng"iya"kan ajakan Oriza. Tapi, bukan opsi yang tepat jika dia tetap di sini terlebih ketua kelas baru saja memberitahu bahwa guru mata pelajaran pertama berhalangan datang yang artinya bisa-bisa ajakan Abimana akan terus berlangsung selama dua jam penuh atau yang lebih buruk Abimana akan bertanya mengenai hubungan buruk antara Seyna dan ayahnya. Lebih menyebalkan karena Shion baru saja masuk dan melihatnya dengan tatapan kasihan. Sialan.

Seyna berdiri setelah menatap Oriza sebentar lalu keluar kelas.

Oriza mengikuti di belakang setelah menenangkan Abimana yang terlihat khawatir. Oriza juga sempat melihat pertengkaran Seyna dan ayahnya karena pagi tadi dia bersama Shion ke sekolah. Tidak ada yang berubah dan itu tetap menyakitkan.

...

"Jadi apa? Lo mau ngetawain atau mau ngasihanin?" Seyna bertanya dengan nada datar.

"Gak dua-duanya. Lo terlalu PD. Gua bahkan gak ada liatin elo dari tadi kita juga baru ngomong. Aneh." Oriza menjawab santai.

"Lo pasti tahu alasan Abimana kaya tadi dan Lo juga pasti mikirin hal yang sama. Gue menyedihkan dan pantas di kasihanin." Seyna menunduk, beralih memainkan sedotan jus jeruknya.

"Gue tau, iya, gue tau. Tapi, gue gak mikirin itu. Banyak hal yang lalu lalang di kepala gue. Masalah lo tetap jadi punya elo dan gue tetap dengan masalah sendiri. Kita gak temenan buat saling mikirin masalah satu sama lain. Gue betul?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BISA KENANG AKU? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang