3. Satu orang dan tameng

13 9 0
                                    

Happy reading buat siapapun yang baca. Maaciw

***

"Bisa berhenti sejenak, Tuhan? Aku lelah."

Hari baru kembali menyapa. meskipun dengan keadaan yang tidak baik, Oriza tetap memaksakan diri datang ke sekolah.

Sepanjang perjalanan kepalanya pusing. Tapi, ada yang membuat hatinya tidak tenang. Semua pasang mata seolah sedang mengulitinya hidup-hidup saking tajamnya mereka memandang.

"Kaya dan cantik, sih. Tapi, sayang ... gak punya attitude baik."

"Mukanya sok polos, kelakuannya kaya iblis!"

Ada banyak cacian saat Oriza memasuki kelas. Entah untuk siapa? Tapi, Oriza merasa sindiran dan cacian yang masih banyak lagi keluar dari mulut teman sekelasnya memang di tujukan untuk dirinya.

Oriza meremas kepala saat gaungan kebencian itu terus saja bertambah banyak dan nyaring. Perasaannya tidak tenang saat dia begitu merasa bahwa ujaran kebencian itu memang benar di tujukan untuknya. Gadis itu memilih menelungkupkan kepala di meja dengan tangannya yang menutup telinga. Keputusannya salah datang terlalu pagi ke sekolah.

Oriza tidak tahan dengan kebisingan teman sekelas, di tambah hati dan fikiran yang campur aduk memikirkan kemungkinan sindiran itu untuk dirinya. Tapi, Oriza tidak merasa melakukan kesalahan. Beban dan perasaan tidak nyaman datang menyergapnya saat semakin lama sindiran itu terasa semakin banyak dan jelas untuknya.

Oriza mengangkat kepala. Benar-benar tidak tahan dengan sindiran yang terus lalu-lalang mengusik hatinya. Oriza mengedarkan pandangan, tanpa sengaja pandangannya bertemu dengan Abimana.

Tidak sampai lima detik, Abimana membuang muka setelah menatapnya dengan pandangan yang begitu dingin.

Oriza meremas dada, sepertinya memang sindiran pedas ini ditujukan untuknya. Tapi, kenapa? Oriza tidak merasa melakukan hak seburuk itu sampai harus mendapat banyak ujaran kebencian.

Oriza tidak tahan, setelah mengambil tempat obat yang dia sembunyikan di dalam saku. Oriza dengan cepat keluar kelas. Fikirannya benar-benar penuh dengan rasa cemas dan tidak enak. Padahal dia sendiri tidak tahu habis berbuat apa sampai mendapat ujaran seperti tadi.

Oriza mengencangkan langkah menuju kamar mandi 'angker'. Di sana dia mengeluarkan dua pil obat untuk meredakan nyeri di kepalanya yang tidak hilang sejak kemarin. Ditambah parah dengan beban fikiran karena sindiran kasar teman sekelas yang terasa jelas mengarah padanya.

Oriza menopang diri dengan berpegangan di sisi wastafel. Dengan cepat dia menarik lembaran tisu yang tidak pernah dia tinggalkan, lalu dengan cepat mengelap darah yang mulai keluar dari hidungnya lagi.

"Ini masih terlalu pagi buat mimisan. Padahal aku udah minum obat sesuai resep dokter. Tapi, kenapa? Mimisan dan sakit kepalaku rasanya makin parah."

Tanpa dapat dicegah, air matanya jatuh membasahi pipinya. "Jangan dulu Tuhan. Aku belum punya banyak orang yang mau nampung aku dalam kenangan indah mereka. Aku kekurangan orang, Tuhan. Papah juga pasti bakal lupa sama aku karena udah punya adek yang lucu. Izinin aku, biar bisa ngumpulin dan ninggalin kenangan indah bareng mereka. Tolong juga Tuhan, tolong jangan biarin temen-temen aku benci sama aku. Aku gak mau banyak dibenci dengan waktu hidup yang rasanya udah makin menipis. Kalau aku ada salah, tolong bantu aku memperbaiki diri, Tuhan. Aku takut ... kesepian gak enak."

Oriza dengan cepat menarik tisu yang baru untuk mengelap kembali darah yang merembes dari hidungnya. "Aduh Tuhan, aku tau aku banyak maunya. Tapi, bisa gak bikin aku gak usah mimisan terus, gak usah sakit kepala terus, gak usah sakit parah lagi, gak usah dibenci banyak orang lagi. Aku banyak maunya, Tapi semoga Tuhan mau ngabulin. Gak usah sekalian, satu-satu aja dulu. Satu lagi Tuhan, tolong biarin aku pergi dengan banyak orang yang bakal ngelilingin aku. Semoga ... banyak juga orang yang bakal ngerasa kurang dan kehilangan karena aku udah gak ada. Sakit rasanya Tuhan, pas tau ternyata aku di anggap gak ada istimewanya. Pengen kaya orang-orang, yang kalo gak ada dicariin dan dikhawaitirin. Pengen banget. Biar ... hidup aku jadi lumayan berharga."

BISA KENANG AKU? (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang