14 - Nongkrong

4.2K 335 40
                                    

vote, comment juseyoo

happy reading!

***

Setelah acara introgasi kemarin, mereka berempat sepakat untuk jalan - jalan di sebuah cafe dekat dengan kampus mereka. Akhir - akhir ini mereka tidak pernah nongkrong bareng lagi karena insiden Naven yang sakit tanpa mengabari sahabatnya dan insiden Kale dengan Jidan. Mereka butuh healing setelah melewati semua masalah itu. Minum kopi dan mengobrol seru di cafe emang healing terbaik bagi mereka.

Seperti biasa, Naven sudah bersiap di kamarnya. Menggunakan setelan jaket hitam dengan celana jeans hitam sudah melekat di tubuhnya, tak lupa juga topi hitam yang menutupi rambutnya. Entahlah, ootd yang ia kenakan hari ini serba hitam. Parfum yang biasanya dipakai sudah tinggal sedikit karena dipakai terlalu banyak, 10 semprotan lebih Naven kenakan hari ini.

"Cakep banget gue." Ucapnya.

Berkata narsis di depan kaca memang sudah kebiasaan dari dulu. Dia mulai berpose bak model majalah yang ada dipasaran, mirror selfie juga tak luput dari kegiatannya hari ini di depan kaca.

Cklek.

Naven membuka pintu kamarnya dan menutupnya kembali tak lupa menguncinya. Sekarang dia malah bingung harus naik apa untuk menuju mall nanti. Pakai go srek? Ah, terlalu mahal, dia kan ingin menghemat. Zico? Dia pasti menjemput Rema di rumahnya. Kale? Bersama Jidan tentu saja. Rasanya tinggal satu orang lagi..

"Mau kemana lo?" ucap Jeano yang melihat Naven sudah rapi di depan kamarnya.

Yang dipikirkan datang juga hehehe.

"Mau ke cafe lah, hangout sama temen gue," saut Naven.

"Ohh."

Siasatnya harus dimulai dari sekarang, "Jeano lo ganteng banget deh, cakep gitu." Cara pertama.

"Gak, gak dulu."

"GUE BELUM NGOMONG?" sewotnya.

"Kaga udah diem."

Jeano masih bermain ponselnya, duduk di bangku parkiran motor kos dengan menggunkan celana santainya. Entah mengapa, sangat terlihat tampan. Sampai Naven saja bingung. Serius, kaos oblong bewarna hitamnya dipadukan dengan celana santai yang biasa dia pakai membuatnya jauh lebih tampan. Ah, tidak tahu.

Naven tersenyum.

"Anterin gue dongg."

"Lo kira gue tukang ojek? Naik ojol aja sana." Jeano kembali memainkan ponselnya.

"Gue lagi penghematannn, nanti gue traktir kopi deh."

"Kopi starbuck mau gue."

"KOK NGELUNJAK LO?!" teriak Naven, gila aja ditraktir kok malah ngelunjak gini sih. Kan dia mau hemat, malah jadi bayarin kopi mahal.

"Mau gak? Kalo gak mau gue mau tidur."

Jeano beranjak dari tempat duduknya ingin berjalan menuju kamarnya. Tapi ditahan Naven, gapapa deh Naven rugi dikit yang penting dianterin. Dia malas harus pesan ojol yang pasti datengnya lama. Sama yang pasti - pasti aja kaya Jeano udah paling bener.

"JANGAN, yaudah iya mau."

"Tunggu sini, gue mau ganti celana dulu."

"Jangan kelamaan."

"Sewot."

Jeano selesai mengganti celananya dan langsung menghidupkan motornya untuk mengantarkan Naven. Kalau bukan karena ditraktir kopi starbucks, Jeano tidak mau repot - repot mengantarkan Naven. Tapi tidak apa apa, bisa berduaan dengan Naven juga pikirannya sedari tadi.

Temen Kos | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang