5. Satu Kelas?

19 17 6
                                    

"Kukira dia sudah melupakan semuanya. Setelah aku berusaha untuk mengobati rasa sakitnya. Ternyata tidak, bahkan sudah bertahun tahun dia masih mengingat wajahnya. Dan.. apakah posisiku nanti akan tergantikan olehnya?"


-Naufal Rafassa Abhiseva


Happy Reading:)


"Nafa Kunaon(kenapa)" Danan segera berbalik arah ketika mendengar teriakkan Nafa.

"So-sory" Nafa segera bangun dan menolong orang itu mengambil kertas seperti berkas berkas.

"Gi--Gita?"

Nafa mendongak menatap wajah orang itu lalu Nafa diam seribu bahasa, memaku di tempat. Keringat dingin bercucuran sampai tubuhnya bergetar. Kaget sungguh kaget tidak percaya apa yang ia lihat di hadapannya. Nafa berharap dia bisa menghilang di telan bumi sekarang juga. Apa dia tidak salah lihat?

"Apa kabar?" Tanya orang itu tiba tiba.

Tubuh Nafa semakin bergetar memaku di tempat seperti tidak tau harus melakukan apa. Tidak! Ini hanya mimpi kan? Semoga ini mimpi. Seseorang tolong bangunkan Nafa!

"Nafa Lo kenapa!"

Danan berlari menghampiri Nafa. Memecahkan keheningan mereka.

"Eung- gak papa" Jawab Nafa cepat lalu segera bangun.

"Nafa? Bukany-"

"Sory gue buru buru" sahut Nafa cepat lalu segera berlari.

Danan melirik orang itu sekilas lalu segera lari mengikuti Nafa tanpa berkata sepatah kata.

"Gue kangen Lo Git. Ternyata Lo gak berubah"

.


"Nafa tungguin guee!!"

Nafa berhenti lalu menumpukan kedua tangannya di atas kedua lututnya sambil menunduk mengatur nafasnya.

"Fa!"

Tanpa Danan sadari ternyata mata Nafa memerah. Nafa menangis?

"Fa Lo kenapa?" Tanya Danan dengan suara lembutnya.

Lalu Nafa bangkit dan mengusap bekas air mata di pipinya.

"Gak papa ko. Ayo buruan nanti kita telat" ucap Nafa lalu melangkahkan kakinya. Namun di tahan oleh Danan.

"Lo kenapa?" Tanya Danan dengan sorot mata serius.

Nafa menggelengkan kepalanya "Nanti aja ceritanya Dan. Kita telat banget loh" jawab Nafa.

Danan mengangguk mengerti. Mungkin dia salah karena bertanya. Danan tau Nafa sedang menyembunyikan sesuatu, tapi dia tidak egois dan mengerti mungkin ia tidak harus tau dengan urusan pribadi sahabatnya ini.

Merekapun mempercepat berjalan menuju Kelas mereka yang masih lumayan jauh dari sana.

.

.

.

"NAFAA!!!!"

Tidak bukan Liza berteriak tapi itu Keyla. Nafa sudah tau niat Keyla memanggilnya. Pasti menyuruh untuk mengantarnya berbelanja. Kenapa tidak Liza dan Raina aja sih kenapa harus dia coba? Emm tapi Nafa mengerti anak tomboy seperti Liza tidak akan suka berbelanja. Raina? Nafa tidak tau kenapa anak ini selalu menolak ketika di ajak berbelanja.

NAFASHYA (N3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang