satu: tuan cacing

59 9 6
                                    

"Senja! Tolong Cek gerbang, dong!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Senja! Tolong Cek gerbang, dong!"

"Oke, Han!"

Senja, si anggota OSIS yang selalu menjadi andalan anggota lainnya sebab selalu menurut. Senja, orang paling nggak enakan untuk menolak permintaan ataupun pertolongan orang lain. Baginya, orang lain lebih baik didahului ketimbang dirinya.

Oke, gerbang sudah tertutup sempurna berkat Pak Salim-satpam sekolah- menguncinya sesuai waktu. Tidak ada siswa yang terlambat masuk, ataupun tanda-tanda membolos. Seharusnya memang begitu untuk hari pertama tahun ajaran baru ini.

Sudah selesai dengan pengamatannya, Senja beralih untuk pergi dari gerbang usai menyapa Pak Salim. Gadis itu melewati barisan belakang untuk pergi ke pinggir lapangan depan tempat OSIS berbaris. Beberapa petugas PMR sempat menyapanya sebelum meninggalkan barisan belakang lapangan.

Namun, atensinya jadi teralih dengan kaki yang berhenti bergerak tuk melangkah. Gadis itu tanpa bicara memutar tubuh 180 derajat, memperhatikan barisan kedua dari pojok dekat pos yang bersuara hampir melebihi suara Pancasila yang tengah di-dikte oleh Pembina Upacara. Beberapa sekon mengamati, tak kunjung berhenti pun, Senja memutuskan untuk menghampiri. Langkahnya melangkah dengan cepat dengan tatapan tegas. Seperti senior sungguhan yang galak.

"Buruan anjir buruan!"

"Eh! Eh! Ikut audisi Indonesian Idol aja sana dah!"

"Itu nyanyi kampret! Bukan akting!"

"Diem dulu napa nyet, gue berantakin dulu baju lo."

"Si anjrit, bukan kayak pingsan gue kayak abis di menel-menel!"

"Woi! Ada OSIS kemari! Diem-diem!"

Senja memperlambat langkah ketika sudah berada tepat di dekat barisan itu. Satu persatu adik kelasnya itu berhenti berbicara membungkam suara, saling melirik satu sama lain. Beberapa menunduk takut kena omel untuk hari pertama. Terlebih, wajah Senja yang tampak tak ingin diganggu-meski sebenarnya, bukan begitu maksudnya.

Tak ada yang bersuara, membuat dahi Senja berkerut bertanya-tanya. "Tadi kenap-"

"Kak! Ada yang pingsan, Kak!"

Terpotong, Senja langsung menoleh ke asal suara, masih di barisan itu, siswa yang memekik tadi menunjuk satu siswa lainnya yang terbaring tak sadar, siswa disekelilingnya memundurkan langkah jadi mengepung.

Untung saja, barisan ini berada dibelakang, suaranya tertimbun oleh lagu daerah yang sedang dinyanyikan sekarang.

"Astaga," Senja tertegun, melirik kanan kiri dan mengacungkan tangan pada petugas PMR terdekat. Lalu, menoleh lagi pada laki-laki itu.

Tertegun lagi.

Cacing?

"Kak, Kak! Buruan, Kak! Tadi dia sebelum upacara bilang, kalau pingsan cepet dibawa ke UKS, katanya biar cepet sadar, Kak!"

Senja menyerngit. "Hn?" Mengerjap, tubuh Senja menegak. "Oh, iya! Sebentar, ini petugas PMR-nya lagi bawa tan-"

"GAK JADI!"

Langkah siswa yang berkerumun tadi semakin mundur, mempertanyakan mengapa manusia yang sedari tadi meminta bantuan untuk berpartner akting menjadi lupa akan perannya.

"Woi, nyet! Kok bangun, anjir?"

"Gak, gak, gak jadi. Gue gak mau pura-pura pingsan lagi."

"Nyet??? Banget."

Senja menyerngit.

"....kamu pura-pura pingsan?"

"Eh."

Siswa tadi kini tersenyum lebar meringis. "Tadi, sih," katanya tanpa dosa. "Sekarang pengen pingsan lagi ngeliat elo."

Senja membuang napas, memegang pelipisnya pelan, tak habis pikir lagi. Sepertinya, kini ia mulai mengerti bagaimana harus menanggapi laki-laki si pemilik setoples cacing untuk memancing. Tak heran juga melihat dirinya berpura-pura pingsan-karena siswa tengil yang ia temui selama sekolah dan upacara, selalu seperti itu.

Namun, hal itu tak menutupi keterkejutannya bisa bertemu lagi dengan laki-laki itu usai seminggu lalu pertemuan pertama mereka.

"Yaudah, jangan berisik, ya. Bentar lagi upacaranya selesai, kok." Senja menegur, kalimatnya serta intonasi penuh kelembutan itu tanpa sadar menarik perhatian.

Senja tersenyum, atensinya menoleh pada si pemilik cacing-sementara ini, panggilan itu akan melekat pada laki-laki itu-dengan senyum yang masih terukir, dan melebur diikuti langkahnya yang menjauh meninggalkan barisan.

Dan selalu, terjadi lagi, Senja menjadi siswi paling menarik di antara siswi lain.

Kata mereka; kesempurnaan.

人*'∀`。*゚+

notes:

semoga bacanya gak pusing baca beginian f_f semoga terhibur!

salam peluk,

jua

Baskara Senja (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang