Mustahil Senja tak menggenggam foto itu setiap saat. Satu potret yang ia rasa sudah menjadi bagian pengisi bingkai kehidupannya itu selalu ia simpan di selip buku novel favoritnya.
The Geography Of Genius. Ah, tak seperti isi bukunya memang. Tapi, hal ini selalu mengingatkannya pada potongan memori tentang awal pertemuan mereka.
Gadis itu tanpa sadar tersenyum. Sepanjang koridor kepalanya berkali-kali menunduk, takut terciduk orang lain ketika melihat wajahnya yang berseri-seri sendirian. Terlihat aneh, kan?
...namun, tak bisa ia tutupi, Baskara berhasil membuatnya kembali merasakan gelitik pada perutnya dan rona merah disepanjang pipi.
"Eh. Kenapa, nih, senyum-senyum?"
Tidak lagi. Senja tidak lagi tersenyum.
"Eh, Al. Enggak, nggak papa."
"Cie, ada udang dibalik batu, nih. Lagi kasmaran romannya," goda Alya sambil cengengesan. Senja hanya terkekeh kecil.
"Nggak, Al. Oh, ya, kok lo di sini? Bukannya, Paskibra lagi ada latihan dilapangan?" Senja mengganti pembicaraan mereka. Fyi, Alya bukan hanya menjadi anggota klub saja. Gadis itu juga aktif dalam eskul Paskibra.
"Oh, gue udah nggak ikut paskibra lagi."
Senja tertegun sejenak. Kemudian bertanya. "Kenapa?"
Alya mengulum bibir. "Mmm... Gue mau ikut klub Pecinta Alam aja."
"Itu aja alasannya?" Senja berpikir. Satu pertanyaan kini berenang dikepalanya. Sejenak memikirkan apa harus menanyakan hal ini atau tidak.
Namun, sepertinya -memang, Alya tipe orang yang suka menjelaskan tanpa ditanyai dahulu.
"Baskara nggak ngizinin gue ikut Paskibra. Ngeselin, sih."
Dan, sepertinya -memang, Senja tipe orang yang tak mau tahu tentang apa yang tidak ia tanyakan.
***
Senja menarik diri dari keramaian kantin. Gadis itu mengembuskan napasnya, terlalu sesak di dalam sana hingga ia mengundurkan niatnya untuk membeli makanan. Senja mengganti tujuannya, gadis itu akhirnya kembali ke kelas. Siapa tahu Radit membawa bekal dari Mamanya. Masakan Mama Radit sangat enak, sayang, putra beliau enggan untuk memakannya hanya karena wadahnya berwarna pink.
"Kak Senja!"
Panggilan yang mengudara itu memberhentikan langkah Senja. Gadis itu menoleh, tubuhnya berputar. "Eh, Ratna?"
"Kak, maaf, nih, ganggu jam makan siangnya. Tapi, aku mau nanya tentang materi pertama klub kemarin. Itu bentuk power point atau tulis ya, Kak? Aku lupa, hehehe."
"Oh.. itu. Ditulis juga nggak papa. Dikit doang soalnya, sayang kalo pake power point. Nanti di next materi, boleh kok pake power point."
"Hm.. gitu, ya. Oke, Kak. Makasih!"
Senja mengangguk. "Sama-sama."
Ratna berlalu, meninggalkan Senja ke kelasnya.
Senja mengerjap.
Sebentar...
X IPS 1.
Itu kelasnya Baskara.
"Eh! Ada Ibu Ketua Kelas cantik... Dari mana, nih?"
"Ck, apa, sih! Jangan ganggu, ah!"
"Ratna galak banget, no like."
"Ratna juga no like sama lu kali, Dam."
"Sialan lu, Bas! Kayak dia like lu aja!"
"HAHAHAHA, makanya, mikir dikit dong kalau gombal, kayak gini, nih." Pemuda tanpa dasi itu merapikan rambutnya, sambil tersenyum jahil menatap Ratna yang duduk dimeja depan. "Rat, tau nggak? I have kerak bumi on you."
"Kok kerak bumi, nyet?!"
"Apaan kerak bumi?!"
Pemuda tadi berdecak kesal, menendang dari bawah kursi temannya. "Kerak bumi kan, crush bahasanya inggrisnya."
"Itu crust harusnya, Bas!"
'Bas' tertawa kencang. "Bodo amat, yang penting, gue naksir lo! Ya, nggak, Rat?"
"Buaya!"
Tawa Baskara mengudara mendengar panggilan itu-yang sering kali ia dengar-namun, tawanya berangsur mereda begitu menangkap perawakan yang sangat ia kenali dari jendela kelas. Mata mereka bertemu. Untuk beberapa saat, menatap tanpa ekspresi apapun. Namun, beberapa detik kemudian, Baskara menarik sudut bibirnya-disusul Senja yang awalnya tak tahu laki-laki itu akan menunjukan sabit yang ia punya.
Mengejutkannya, bukan hanya senyum Abimanyu Baskara yang ia lihat. Tapi, juga, pesona laki-laki itu yang merepotkan perasaan Senja, sekarang. Mungkin, sampai selamanya.
****
notes:
friendly apa buaya sih kamu bas?
buaya yg bersembunyi dibalik kata friendly - baskara
terjawab ya genk wkwkkw
satu part lagi!! besok!! tungguin yaaaa
lov u
KAMU SEDANG MEMBACA
Baskara Senja (end)
Teen FictionBaskara hadir untuk memberi kehangatan, untuk Senja yang ingin menyimpan kerlip cerita dibalik matanya, untuk selamanya, semoga. © 2021 all rights reserved by juazahra [cover by pinterest & phonto] mulai: 29-12-21 rampung: 15-1-22