sepuluh: percakapan dengan baskara senja

49 5 3
                                    

"Nja', yakin, nih, nggak mau bareng gue ke bimbel? Gratis, loh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nja', yakin, nih, nggak mau bareng gue ke bimbel? Gratis, loh."

Tawaran Radit diparkiran sekolah menyambut Senja yang baru saja ingin keluar gerbang memegang ponsel. Teman sebangkunya itu tahu betul Senja akan memesan ojek online.

"Apa sih, Dit. Lo ngomong gitu kayak anak sd pdkt, tau nggak?" balas Senja terbahak kecil, lalu menggeleng beberapa kali seraya berkata, "nggak usah, deh. Ketahuan cewek lo, gue kena amuk lagi."

Radit berdecak sambil memakai helmnya. Tatapannya berubah kesal. "Udah putus."

Gita di samping Senja yang sedari tadi memesan ojek online ikut menoleh, mencibir mendengar penuturan itu. "Pantes nawarin tebengan. Langsung cari mangsa baru ya, Dit?" Ia mendengus, sebelum berkata lagi, "Senja udah ada, jauh-jauh aja deh lo, Dit. Balikan aja, masih anget, masih bisa, tuh."

Radit melotot. "Ngeledek mulu lo!"

Gita memeletkan lidah, lalu menoleh pada Senja. "Dapet nggak, Nja'?"

Senja melirik Gita, lalu menatap ponselnya yang berbunyi menandakan masih mencari driver. Ia mengembuskan napas pelan, "belum."

"Yah, gue udah dapet, nih. Lo kan, bimbel. Mau ambil punya gue, nggak?"

"Gak usah deh, Git. Gue naik bis aja. Lo, kan, juga harus ke rumah sakit."

Gita mendesah. "Iya, sih. Adek gue udah nungguin..."

"Iya, nggak usah khawatir-in gue. Gue ke halte duluan, ya."

"Iya. Hati-hati ya, Nja'! See you, baby! Muah!"

Senja melangkahkan kakinya menjauh dari gerbang, gadis itu berjalan pada trotoar menuju halte bus yang letaknya-beruntung tak jauh dari kawasan sekolah.

Kepalanya bergerak tanpa sadar dengan mulut yang bersenandung pelan mengikuti lagu yang terpasang di Cafe dekat halte. Lagu Ify Alyssa, Sisa Hari mengalun bercampur pada angin sepoi-sepoi yang terasa hangat layaknya matahari orange yang sebentar lagi akan tenggelam. Dari halte, tempat Senja duduk menunggu bis, gadis itu mengadahkan kepala, menikmati pemandangan langit itu yang amat memanjakan mata.

Senja juga suka senja. Maka, ia senang memiliki nama yang sama seperti hal yang disukainya. Gadis itu selalu suka dipanggil 'Senja' selama enam belas tahun ini. Meski, namanya Kinar Senjana, hampir tak ada yang memanggilnya Kinar-sebab, itu nama depannya- kecuali, Ayahnya.

"Senja."

Tin tin!

Suara yang mengawang indah ditelinganya-yang ia sudah duga pemiliknya -mata coklat itu kembali menyapanya dengan lengkungan senyum sabit yang tak pernah Senja lupakan. Mata Senja menelisik, laki-laki itu mengangkat tangannya melambai beberapa kali dengan semangat.

"Nja'! Sini deh, sini!!!" Pemuda itu menyunggingkan senyum lebar. "Nja'!!! Ini gue! Baskara!! Liat nggak?!?!"

Ah... Bodoh.

Baskara Senja (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang