Aruna berteriak kesal setelah membaca pesan singkat dari seorang yang menurutnya sangat menyebalkan itu. Ini hari libur, tapi orang yang baru saja mengiriminya pesan, seenak jidat menyuruhnya untuk bertemu. Urusan penting, katanya.
Urusan sepenting apa hingga ia tidak bisa menunggu besok senin, sih? Ini hari Minggu ya, asal dia tau.
Rasanya Aruna ingin sekali menjatuhkan pot bunga tepat diatas dikepala orang itu, berani beraninya dia menganggu waktu liburnya. Tapi Aruna masih punya kesadaran penuh untuk berpikir jernih, ia tidak mau masuk menfess kampus sebagai pelaku percobaan pembunuhan yang nantinya akan merepotkannya.
Dengan decak malas dan perasaan terpaksa, akhirnya gadis itu memaksakan untuk berdiri dan bersiap sebelum menemui 'Si Rese' a.k.a Ketua Departemennya sendiri, Nalendra Aryasatya.
Si Rese yang disebutkan barusan itu juga adalah dalang yang membuat pagi Aruna benar-benar berantakan. Kadep super bossy yang bisanya hanya menyuruh dan memerintah bawahan seenaknya, termasuk Aruna.
Aruna adalah staff tetap departemen PMO (Project and Management Office) dari salah satu organisasi di kampusnya. Sudah lebih dari setengah periode kepengurusan berjalan, ia berhasil bertahan dan melewati suka duka disana. Sebenarnya masuk departemen PMO itu menyenangkan, Ia tidak akan mendaftar di organisasi ini jika tidak memilih departemen PMO. Tapi masalahnya, Kadep dari departemen PMO ini sendiri yang sedikit banyak membuat ceritanya di organisasi ini dipenuhi banyak duka.
Agak lebay sih sebenarnya, tapi memang hanya 1 hal itu yang membuat Aruna berkali kali ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Kalau saja ia tidak ditahan dengan teman-teman lain di departemennya, Aruna mungkin sudah sejak lama cabut.
Nalendra Aryasatya, atau yang biasa disapa Arya, adalah seorang egois nan perfeksionis –menurut Aruna. Si Rese super bossy yang kerjanya hanya menyuruh-nyuruh dan memerintah bawahan, tidak pernah mau mendengarkan pendapat dan selalu merasa tindakannya adalah yang paling benar. Dan parahnya, orang ini adalah Kepala Departemennya sendiri.
Arya memperlakukan staff nya sebagai kacung yang harus siap sedia 24/7 untuk direpotkan. Tapi apa daya Aruna, ia hanya staff kacung yang mau tidak mau harus bertahan dalam kondisi seperti ini karna terikat akan komitmennya di awal pendaftaran dulu.
Sebenarnya, Aruna bisa saja menghilang tanpa kabar, tapi maaf ia bukan tipe orang yang seperti itu. Jika sudah terjun, maka dia akan memberikan yang terbaik dan tidak akan melalaikan tanggung jawab.
Aruna tidak akan melakukan tindakan pengecut seperti kabur walau alasan utama dia untuk kabur pasti bisa dimengerti banyak orang.
...
Kembali ke pagi ricuh Aruna. Kamarnya kini agak berantakan karna Aruna yang bingung mencari sweater kesayangan, belum selesai Aruna bersiap dan memoleskan liptint di bibirnya, kini satu panggilan masuk seketika langsung memeriahkan ponselnya -dari Arya.
"Dimana? Gue tunggu 10 menit lagi, kalau ngga gitu gue tinggal" ujar Arya dari sebrang.
"Sabaarrr, kak!!" Aruna berteriak kesal sambil berjalan cepat-cepat meninggalkan rumahnya.
Bodo amat sama menfess kampus, sepertinya Aruna beneran berencana menjatuhkan pot bunga diatas kepala Kepala Departemennya itu.
WARN!
semua hal yang berkaitan dengan organisasi yang nantinya akan disebutkan dalam cerita, adalah fiksi. jika terdapat kesamaan tempat, waktu dan kejadian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
selamat membaca! loves, -Nind.
kritik, saran dan komentar yang membangun sangat dipersilahkan untuk dituangkan disini.
KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN BIRU DAN NONA MERAH JAMBU [doyoung : sejeong]✓
FanfictionArya adalah Kadep serba bisa yang keras kepala nan perfectionist. Sedangkan Aruna adalah staff kacung haha-hihi yang tiba-tiba saja ditunjuk untuk menjadi Wakadep mendampingi Arya, menggantikan Wakadep sebelumnya. Aruna benci Arya, Sedangkan Arya ti...