Sekarang Aruna sudah sampai di tempat perjanjian dirinya dan Arya bertemu, Ruang Sekre Organisasi.
Ia buka pintu bercat hitam yang bertuliskan "UKM MUSIC AND PERFORMANCE" dan mulai memasukinya.
Sepi. Tidak ada siapa-siapa disana.
Ya karna siapa juga yang mau mendatangi ruang kumpul organisasi di hari libur seperti ini, pagi-pagi pula?. Cuma Yang Mulia Arya saja, manusia tak berperikemanusiaan yang seenak jidatnya menyuruh Aruna untuk datang.
Ngomong-ngomong tentang Arya, Aruna sama sekali tidak melihat batang hidung dari pria Nalendra itu disana. Kemana pria itu? Tadi katanya disuruh cepat-cepat datang.
"lama banget sih, ditungguin dari tadi juga"
Sebuah suara tiba-tiba mengagetkan Aruna, ia hampir saja terjatuh dari kursi kalau saja ia tidak sigap menopang badannya sendiri. Itu Arya yang baru saja muncul dari balik pintu.
"Yeeu, emang Kak Arya mikir gue bisa terbang?, ini udah secepet yang gue bisa ya. Pagi-pagi ngga usah ngomel dulu plis.." jawab Aruna sewot.
Arya yang masih terdiam di tempatnya hanya bisa mengerlingkan matanya cuek, kemudian lanjut mengambil tempat duduk di sebelah Aruna.
"Langsung aja kalau gitu. Gue yakin lo pasti udah denger desas-desusnya" ujar Arya membuka percakapan.
"ini ngga mau basa basi dulu gitu kek? Minum dulu yaa gue, aus banget tadi abis lari-lari"
"lama, ini penting soalnya. Lo harus dengerin ini baik-baik" Tegas Arya.
Aruna kicep.
"PMO di reshuffle"
"Mak- Maksudnya?" jawab Aruna sedikit kebingungan dengan situasi sekarang.
"PMO di reshuffle, Bintang mengundurkan diri dari jabatan. Jadi sekarang, posisi Wakil Kepala Departemen PMO kosong. Dan gue berencana pilih orang baru yang bakalan gantiin posisi Bintang" lanjut Arya.
"HAH? Kak Bintang jadi mundur? Demi apa?"
"Gue udah coba bujuk dia mati-matian, tapi disatu sisi gue berusaha ngertiin dia juga. Memang ngga mudah, apalagi dengan kondisi dia sekarang yang double degree, jadi ini pasti berat juga buat dia." Ujar Arya sambil menatap lurus kearah luar ruangan, ia tarik nafasnya agak dalam sebelum mulai melanjutkan kalimatnya.
"Gue udah ngerasa dari lama, kalau kinerja dia sedikit banyak mulai menurun. Gue jadi banyak handle apa-apa sendiri, gue juga ngga bisa semata-mata langsung alih tugaskan ke kalian. Dan yah, gue sempet merasa keteteran. Ternyata ngga lama setelah itu, dia sendiri yang minta mengundurkan diri. So, yah.. seperti yang lo bisa lihat sendiri sekarang. Kita udah ngga punya Wakil Kepala Departemen."
"I see.. gue sendiri juga ngga bisa bayangin sih beratnya kuliah dua, mana masih ikut organisasi lagi" jawab Aruna sambil manggut-manggut setuju.
"eh terus posisinya Kak Bintang, gimana? Reshuffle tu maksudnya bakalan ada yang gantiin posisi Kak Bintang gitu berarti ya?" cerocos Aruna kembali.
"Lo ngga dengerin penjelasan gue barusan?" jawab Arya.
"Yaelah, kan memastikan.. siapa kandidatnya kalau boleh tau, Kak? Kak Arya mau tarik orang luar atau gimana?" cerocos Aruna menghujani Arya dengan berbagai macam pertanyaan.
"lo, yang gantiin Bintang"
"oh.. HAH? Mak.. maksudnya?" jawab Aruna sedikit berteriak sangking terkejutnya.
"lo yang gantiin posisi Bintang jadi Wakadep gue, makanya gue minta ketemu lo hari ini buat ngebahas soal ini"
"emang Kak Arya pikir gue bersedia gitu jadi Wakadep? Kok Gue?"
"Ya terus siapa lagi?"
"Masih ada Caca, Ilham, Byan. Temen-temen PMO yang lain lah pokoknya, atas dasar apalagi kok tiba-tiba gue? Ngga, Kak. Gue takut mengecewakan" tutur Aruna.
"Sebelumnya gue juga udah rundingin sama BPH terkait masalah ini, dan yang paling mendekati pas untuk posisi Wakadep ya lo doang. Udah nggaada waktu lagi, Na. Bentar lagi kita juga akan ada event akhir tahun sebagai penutup proker sebelum demis, lo juga PJ event itu kan. Gue butuh bantuan lo untuk event ini"
"Kok tiba-tiba banget sih, kak. Kenapa ngga temen-temen PMO yang lain coba, kenapa harus gue. Gue Cuma staff haha hihi disini"
"Semua staff gue nggaada yang haha hihi ya asal lo tau, dan lagi. Pemilihan lo buat jadi Wakadep udah dipikirin matang-matang. Banyak pertimbangan sama BPH yang lain dan beberapa Desif. Gue bisa aja egois handle semua sendiri, tapi orang-orang ngga setuju dan gue juga merasa memang butuh Wakadep disamping gue" jelas Arya panjang lebar.
Aruna masih diam ditempatnya dengan wajah bingung.
"Dan gue percaya sama lo, Na" lanjut Arya sambil menatap Aruna lembut.
Sesaat, waktu yang berjalan di sekitar Aruna terasa berhenti seketika saat kedua pandang mereka bertemu.
Sadar obrolan mereka menjadi semakin serius, dengan ragu-ragu Aruna berujar pelan.
"Kenapa kok Kak Arya percaya sama gue?" cicitnya.
Pria Nalendra itu menghembuskan nafasnya sejenak, lalu menoleh kearah Aruna yang sedang tertunduk.
"lo mau gue jawab jujur apa ngga jujur"
"yaelah, lagi suasana berat juga. Pake nanya yang ngga-ngga segala lo, kak"
"becanda.. becanda.." kekeh Arya.
"Total kita udah ngelewatin 6 Proker selama ini, dan selama itu juga gue lihat lo adalah staff terbaik yang gue punya"
Aruna boleh agak tersipu ngga sih?.
"Lo tanggung jawab atas semua amanah yang diberikan, dan satu hal yang gue suka dari lo. Lo orangnya cekatan banget, Na. Lo yang paling aktif nanya-nanya perkembangan acara. Bahkan waktu lo harus balik, lo tetep handle acara by online kan. Gue tau ya yang handle webinar waktu itu lo semua padahal itu tanggung jawab Caca"
"gue percaya lo yang paling bisa diandalkan, melebihi Caca Ilham dan Byan. Makanya gue pilih lo" Sambung Arya.
Ada beberapa detik diisi keheningan setelah Arya menyelesaikan kalimatnya. Aruna masih tertunduk, kepalanya berat. Ia senang bisa dipercaya sebegitu luar biasanya seperti ini, ia merasa terhormat. Tapi di satu sisi, ia tidak yakin bisa mampu mengemban amanah besar ini. Terlebih yang jadi atasannya adalah seorang Arya.
"gue ngga pernah seyakin ini sama keputusan gue sebelumnya, tapi entah kenapa gue mau perjuangin lo buat jadi Wakadep gue. Gimanapun caranya" ujar Arya lagi.
Kini Aruna sudah menegakkan kepalanya, Arya sudah seyakin itu padanya. Ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini. Aruna sayang sekali dengan PMO, dan ini adalah jembatan besar untuk menorehkan pengabdiannya pada PMO. Tapi.. menghabiskan sisa kepengurusan bersama Nalendra Aryasatya?.
"gimana, lo butuh waktu atau gimana?"
Aruna terlihat berfikir, "kalau gue bersedia, Kak Arya ngga boleh rese lagi ya.." jawab Aruna.
Arya tersenyum simpul mendengar pernyataan Aruna.
"Mohon kerjasamanya, Aruna. Let's keep the hard work!" ujar Arya sambil mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan Aruna
"Mohon bimbingannya, Kak Arya" jawab Aruna tegas sambil menerima uluran tangan Arya.
Kini Aruna resmi naik pangkat menjadi Wakil Kepala Departemen PMO, amanah baru tanggung jawab baru. Aruna sudah memutuskan, mau tidak mau, sanggup tidak sanggup, ia akan menghadapi ini. Demi PMO yang lebih baik.
Doakan Aruna selalu diberikan kesabaran hati untukmenghadapi semua ini.
WARN!
semua hal yang berkaitan dengan organisasi yang nantinya akan disebutkan dalam cerita, adalah fiksi. jika terdapat kesamaan tempat, waktu dan kejadian, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.
selamat membaca! loves, -Nind.
kritik, saran dan komentar yang membangun sangat dipersilahkan untuk dituangkan
KAMU SEDANG MEMBACA
TUAN BIRU DAN NONA MERAH JAMBU [doyoung : sejeong]✓
FanfictionArya adalah Kadep serba bisa yang keras kepala nan perfectionist. Sedangkan Aruna adalah staff kacung haha-hihi yang tiba-tiba saja ditunjuk untuk menjadi Wakadep mendampingi Arya, menggantikan Wakadep sebelumnya. Aruna benci Arya, Sedangkan Arya ti...